Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menyoal Kerja Pertamina yang Melebihi Kerja Matahari

1 Desember 2016   08:01 Diperbarui: 1 Desember 2016   18:12 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penduduk Krayan bisa nikmati BBM legal (Sumber : m.liputan6.com)

Pernah merasakan kelangkaan BBM? Bagaimana kira-kira rasanya, sudah capek-capek antri bensin begitu sampai giliran ternyata hasilnya zonk alias nihil karena ternyata stok sudah tak mencukupi? Marah, sebel, jengkel dan seringnya sambil mengumpat-umpat, di medsos khususnya *upss keceplosan.  Ya iyalah, hari gini gitu lho paling enak kan memang mengumpat di medsos hehehe. Termasuk saya ini, berapa kali saya "curhat" tentang kelangkaan bensin di medsos? 

Berkali-kali! Kalau tak percaya intip saja FB saya hehehe. Tingggal mainkan jari tangan, tanpa pikir panjang yang penting publish kelar urusan hahaha. Yakin, kelar urusan? Ya enggaklah! Emang medsos bisa apa coba? Ehh, jangan salah lho kalau pas "beruntung" curhatan kita di viral di banyak medsos paling tidak kan ada tindak-lanjutnya.

Saya masih ingat pada bulan Januari lalu ada seorang dokter yang membuat surat terbuka untuk presiden tentang kelangkaan BBM di Bontang yang ternyata di viral kemana-mana. Dengan viralnya curhatan dokter itu setidaknya mulai adalah perubahanlah. Antrian tetap ada, tapi sudah tak berjam-jam seperti dulu. Ehh, tapi emang benar ya di Kalimantan Timur juga ada kelangkaan bensin? Yaelah...meski katanya sumber minyak, di Kalimantan Timur juga ada kelangkaan BBM bro! Serius? Suerrr!!!

Koq bisa ya, Kalimantan Timur yang kaya minyak bisa terjadi kelangkaan BBM? Sementara di Jawa yang minim sumber minyak bisa tetap lancar jaya pasokan BBM-nya? Ya, kenyataannya memang demikian koq! Dan orang-orang semacam saya, masyarakat awam ini kan bisanya cuma berkeluh-kesah.

Masyarakat kan tahunya stok harus selalu ada dan tidak boleh dibeda-bedakan antara wilayah Jawa dan luar Jawa. Titik! Nah, ini yang tentu saja membuat pemerintah, dalam hal ini Pertamina kewalahan memenuhi ketersediaan BBM di seluruh wilayah tanah air, tak terkecuali di pelosok sekali pun! Bagaimana Pertamina tak kewalahan mengingat kondisi geografis negara tercinta ini?

Berpegang pada UU No.8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, Pertamina memang satu-satunya "pemain" yang mendistribusikan BBM ke seluruh wilayah NKRI. Baru pada saat berlakunya UU No.22 Tahun 2001, ketika pasar telah dibuka seluas-luasnya, perusahaan-perusahaan swasta nasional pun mulai tumbuh dan berkembang cukup pesat.

Setidaknya ada sekitar 200 badan usaha swasta nasional yang bergerak di sektor hilir migas ini. Hanya saja tidak semua perusahaan swasta itu berkembang seperti seharusnya. Hal ini lebih disebabkan oleh rantai distribusi yang rumit. Boleh dibilang distribusi migas di Indonesia adalah yang terumit di dunia. Mengapa? 

Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.500 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan 2.342 diantaranya merupakan pulau berpenghuni. Bayangkan saja bagaimana rumitnya harus mendistribusikan BBM ke pulau-pulau yang dipisahkan lautan luas. Untuk menjelajah satu pulau ke pulau lainnya, Pertamina harus mengarungi lautan luas itu. Kondisi alam yang menantang dan kadang tak bersahabat merupakan salah satu kendala utamanya. 

Selain itu masih banyak daerah-daerah di Indonesia ini yang belum memiliki lembaga penyalur seperti SPBU, APMS (Agen Premium dan Minyak Solar), dan SPDN (Solar Packed Dealer Nelayan). Dan untuk membangun itu, badan usaha yang bersangkutan harus kuat dari berbagai segi baik itu finasialnya, SDM-nya, maupun teknologinya.

Dengan kata lain industri migas memang padat teknologi, modal, dan resiko. Sampai saat ini tercatat hanya PT. Aneka Kimia Raya Corporindo (AKRA) yang masih bertahan untuk ikut mendistribusikan BBM. Yang lainnya, ya wassalam deh! Akhirnya Pertaminalah yang harus melakukan itu semua. Tentu saja dengan segala keterbatasannya. Meski Pertamina sudah bekerja secara maksimal, tetap saja di wilayah terpencil akan sulit untuk terpenuhinya kelancaran penyediaan dan pendistribusian BBM yang merata di seluruh wilayah NKRI.

Kebetulan pak suami bekerja di salah satu perusahaan migas di Bontang. Pernah suatu ketika saya tanyakan mengenai distribusi BBM oleh Pertamina ke daerah-daerah. "Wah, jangan dikira gampang mendistribusikan BBM ke pedalaman. Gak usah pedalamanlah. Di tempat kita ini (Bontang) saja sudah makan waktu berapa lama coba? Dan mereka (Pertamina) kerjanya kontinyu lho! Terus-menerus sepanjang hari." Dan Jawaban suami saya itu membuat saya sedikit merenung. 

Iya juga, ya? Saya pun mulai membayangkan distribusi BBM untuk kota saya sendiri. Di Bontang ini ada 5 SPBU yang setiap hari mendapat pasokan BBM dari luar kota. Bisa dari Samarinda, bisa juga dari Balikpapan. Jarak tempuh dari Samarinda ke Bontang kurang lebih 3 jam perjalanan darat. Sementara kalau dari Balikpapan ke Bontang sekitar 6 jam.

Meski hanya 3 sampai 6 jam, tapi jangan pernah membayangkan dengan kondisi di Jawa ya! Kondisi jalan di Jawa cenderung rata, mulus, dan tak bergelombang. Mau 6 jam juga santai aja. Kalau di sini? Sudah jalannya berkelok-kelok, naik-turun, bergelombang, banyak lubang pula. Kanan-kirinya? Jangan ditanya...hutan dan jurang bro! Sudah gitu kalau malam hari minim penerangan pula. Makanya meski sudah menetap selama 17 tahun lebih di sini, kalau terpaksa harus ke luar kota, saya lebih milih jalan di siang hari. Relatif aman daripada malam hari. 

Nah, kondisi jalan yang seperti itu yang harus dilalui truk-truk tangki Pertamina pembawa BBM ke kota saya. Dan itu kontinyu, setiap hari, siang malam tanpa henti mengingat ada 5 SPBU yang harus diisi, dengan berbagai jenis BBM (premium, solar, pertamax, pertalite, minyak tanah) pula. Kalau sudah ingat begini, saya harusnya bersyukur. Meski harus antri, paling tidak ada stoknya dengan harga murah pula. Bayangkan dengan saudara-saudara kita yang tinggal di Pulau Seram - Maluku, Sanggau - Kalimantan Barat, Krayan - Kalimantan Utara atau Puncak Jaya - Papua sana? Widihhh...tak sanggup saya membayangkan! 

Lha di kota saya kan juga ada tuh pemukiman penduduk di tengah laut. Namanya Desa Selangan. Sebagian besar penduduknya adalah nelayan. Karena letaknya di tengah laut, maka sudah pasti distribusi BBM juga sulit di sana. Untuk memenuhi kebutuhan BBM, baik minyak tanah atau solar untuk kapal, mereka harus ke kota.

Sambil ke kota mereka menjual ikan tangkapan mereka dan selanjutnya dibelikan kebutuhan hidup lainnya, termasuk BBM tadi. Bagaimana dengan kebutuhan listrik mereka? Untungnya tahun lalu pemerintah Bontang sudah turun tangan dengan menyediakan panel-panel surya sehingga kalau malam penduduk tidak hidup dalam kegelapan. Itu sekedar contoh saja lho!    

Beginilah pemukiman warga Selangan, Bontang (dok.pri)
Beginilah pemukiman warga Selangan, Bontang (dok.pri)
Saya dan teman-teman saat berkunjung ke Desa Selangan (dok.pri)
Saya dan teman-teman saat berkunjung ke Desa Selangan (dok.pri)
Warga harus naik kapal untuk berbelanja kebutuhan hidup (dok.pri)
Warga harus naik kapal untuk berbelanja kebutuhan hidup (dok.pri)
Masih banyak penduduk Indonesia yang tinggal di daerah terpencil dengan infrastruktur minim yang boleh dibilang lebih parah daripada di propinsi saya. Untuk menjangkau itu, Pertamina terkadang harus berganti-ganti moda transportasi. Mulai dari kapal laut, kapal tongkang, kapal ferry, pesawat hingga kuda.

Beruntung kalau sungai sedang mengalami air pasang, Pertamina bisa mengandalkan kapal dan tongkang untuk mengantarkan BBM. Bagaimana jika air sungai sedang surut hingga tersisa 40 cm saja, padahal pasokan BBM tetap harus didistribusikan? Mau tak mau ya Pertamina harus menempuh jalanan sempit dan berlubang-lubang sepanjang ratusan, bahkan ribuan kilometer. Tidak hanya beresiko tinggi, namun biayanya pun pasti lebih mahal. Sudah gitu Pertamina juga tetap harus menjual BBM dengan harga yang sama seperti di Jawa lho!

Kondisi jalan di daerah Krayan-Kalimantan Utara (Sumber : FB Juari Stenly Lundayeh)
Kondisi jalan di daerah Krayan-Kalimantan Utara (Sumber : FB Juari Stenly Lundayeh)
Kondisi jalan di daerah Krayan-Kalimantan Utara (Sumber : FB Juari Stenly Lundayeh)
Kondisi jalan di daerah Krayan-Kalimantan Utara (Sumber : FB Juari Stenly Lundayeh)
Beberapa waktu lalu di timeline FB saya berseliweran foto-foto seperti di atas ini. Ini adalah kondisi infrastruktur di daerah Krayan, Kabupaten Nunukan. Selama 70 tahun lebih kemerdekaan Indonesia, masyarakat Krayan boleh dibilang tidak merasakan "hadirnya"negara di sana. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk BBM, masyarakat lebih mengandalkan pasokan dari negara tetangga Malaysia. Alhamdulillah di tahun ini mereka bisa menikmati BBM legal dari negeri sendiri, meski untuk itu pendistribusiannya harus melalui jalan udara. 

 

Penduduk Krayan bisa nikmati BBM legal (Sumber : m.liputan6.com)
Penduduk Krayan bisa nikmati BBM legal (Sumber : m.liputan6.com)
Begitu pula yang terjadi dengan saudara-saudara kita yang mukim di Papua dan Papua Barat. Kondisi geografis yang berat, ditambah minimnya infrastruktur jalan darat untuk mencapai pelosok, maka distribusi BBM pun terpaksa menggunakan pesawat dan ini membuat biaya distribusi menjadi sangat tinggi.

Tak heran jika penduduk Papua sudah terlalu biasa mendapati harga premium mencapai Rp 50.000,-/liter bahkan lebih. Beruntung sekarang ada kebijakan strategis dari pemerintah mengenai BBM satu harga yang artinya harga jual BBM di seluruh wilayah Indonesia akan sama, termasuk di Papua (Sumber : harianterbit.com).   

Sejauh ini dalam menjalankan kewajibannya sebagai distributor utama BBM dan elpiji, Pertamina sudah mengerahkan tak kurang dari 192 kapal ukuran kecil, sedang dan besar yang berseliweran di lautan Indonesia. Kemudian juga didukung oleh pipa BBM sepanjang kurang lebih 1.600 km yang tertanam di bawah tanah untuk memastikan seluruh penduduk Indonesia terjamah tangan Pertamina.

Selain itu, Pertamina juga melibatkan 118 terminal BBM, sekitar 513 stasiun pengisian elpiji, 5.091 SPBU, sekitar 1.500 APMS, AMT, SPDN serta ribuan mobil tangki BBM yang tersebar di seantero negeri (Sumber : Bontang Pos, 4 Maret 2014). Ada juga 273 unit kapal tanker, 8 unit kilang dan 111 unit terminal BBM yang sudah beroperasi. Pertamina juga memiliki 6865 unit retail outlet dan 64 unit DPPU (Depot Pengisian Pesawat Udara) (Sumber : www.beritasatu.com - 22 Maret 2016). 

Semua daya upaya sudah dikerahkan Pertamina demi terpenuhinya pasokan BBM di seluruh penjuru tanah air. Siang dan malam secara kontinyu, Pertamina senantiasa mendistribusikan BBM. Boleh di bilang Pertamina saat ini bekerjanya sudah melebihi matahari. Jika matahari memberikan energi untuk bumi dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 06.00 sore, maka Pertamina menyalurkan energi untuk Indonesia selama 24 jam penuh. 

Pertamina telah menghabiskan sekitar 70% aktifitasnya untuk kegiatan distribusi BBM ini. Meskipun tidak memberikan keuntungan yang memadai, bahkan berisiko menderita rugi, tahun 2013 lalu Pertamina ternyata telah mengantarkan 46,25 miliar liter BBM dan 4,4 juta metrik ton elpiji ke seluruh penjuru Indonesia (Sumber : Bontang Pos. 4 Maret 2014).

Itu semua dilakukan Pertamina sesuai dengan amanat pemerintah bahwa Pertamina harus menyalurkan BBM ke seluruh penjuru negeri, bahkan hingga ke perbatasan terluar sekali pun. Meski untuk itu (pegawai) Pertamina harus rela bekerja melampaui kerja matahari. 

Antri bbm dulu ya hehehe (dok.pri)
Antri bbm dulu ya hehehe (dok.pri)
Kalau sudah begitu, saya jadi mikir mau mengeluh lagi lantaran antri BBM hehehe....

banner-berita-admin-582f24d122afbd920fd8953a-583ee50564afbd82058b4572.png
banner-berita-admin-582f24d122afbd920fd8953a-583ee50564afbd82058b4572.png
https://www.facebook.com/edi.adicahya
https://twitter.com/watiklovers

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun