Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mimi dan Mintuno, Romeo Juliet Versi Binatang

28 Juli 2013   07:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:56 8630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_269182" align="aligncenter" width="640" caption="3 pasang mimi dan mintuno, ada dalam nampan beserta minyak yang dihasilkannya (ada di botol-botol kecil)"][/caption]

Kalau anda orang Jawa, mungkin pernah mendengar ucapan "Mugo-mugo langgeng yo, koyo mimi lan mintuno". Ucapan seperti itu biasa atau lazim kita dengar dalam suatu pesta pernikahan. Para tetamu undangan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai diserta "doa" seperti itu.

Sebagai orang Jawa yang lahir bahkan besar di Yogyakarta, meskipun sekarang sudah tak berKTP Yogyakarta, saya acap mendengar ucapan seperti itu, yang intinya mendoakan agar pasangan mempelai pernikahannya awet dan langgeng seperti halnya mimi dan mintuno.

Seperti apa sebenarnya mimi dan mintuno itu sehingga orang-orang mengibaratkan pernikahan yang langgeng dan awet itu yang seperti mimi dan mintuno itu. Makhluk seperti apakah mimi dan mintuno itu, saya sendiri tak pernah tahu, bahkan hingga menjelang umur kepala empat ini, saya belum pernah sekalipun melihat makhluk yang disebut dengan mimi dan mintuno itu sebelumnya. Binatangkah atau malah tumbuhan, sama sekali saya belum pernah melihat wujud aslinya. Jangankan melihat, mencari tahu pun sama sekali tak pernah terlintas dalam pikiran saya.

[caption id="attachment_269184" align="aligncenter" width="640" caption="Pak Yogi di depan lapaknya"]

137496988074123319
137496988074123319
[/caption]

Saya hanya menduga-duga kalau yang dimaksud dengan mimi dan mintuno itu pastilah sejenis mahkluk yang sangat setia dan loyal terhadap pasangannya. Saking setianya maka setiap pasangan yang akan menikah hendaknya mewarisi sifat seperti mimi dan mintuno itu. Dan akhirnya dugaan saya terjawab sudah saat saya belanja takjil di pelataran Masjid Baiturahman yang berada di komplek PKT (Pupuk Kaltim) tiga hari lalu.

Ceritanya selesai belanja takjil sore itu saya bersama keluarga tak langsung kembali ke rumah. Berhubung waktu berbuka masih sekitar 30 menit lagi, saya masih menyempatkan ngabuburit dengan duduk-duduk di teras masjid yang kala itu lumayan ramai dengan orang yang lalu-lalang berbelanja berbagai menu takjil yang dijajakan di bazar Ramadhan di areal parkir masjid. Sementara itu beberapa pedagang tampak pula menggelar dagangannya di teras masjid. Ada yang menjual aneka baju koko, mukena, buku-buku Islami, bahkan ada seorang bapak tua yang menjual obat kuat.

[caption id="attachment_269185" align="aligncenter" width="640" caption="Pak Yogi di antara para pedagang lain yang berderet di sepanjang teras masjid"]

1374970010635632949
1374970010635632949
[/caption]

Semula saya mengira bapak itu menjual minyak wangi dari Arab, mengingat di lapaknya terdapat botol-botol kecil seukuran minyak wangi yang biasa dijadikan oleh-oleh para jamaah yang pergi ke Mekah. Tapi begitu saya lihat di depan botol-botol kecil itu terdapat tiga buah nampan yang berisi "sesuatu" yang nampak hidup, naluri ingin tahu saya muncul.

Saya lalu mencoba mendekati bapak penjual itu dan bertanya apakah gerangan "sesuatu" yang tampak bergerak-gerak sedari tadi. Bapak itu menjawab kalau itu adalah sejenis binatang laut. Tak lupa saja juga ditawari barang dagangannya. Sebotol minyak yang katanya berisi lemak dan juga lendir dari binatang yang berada di nampan itu. Harganya sebotol minyak itu bervariasi, ada yang harganya Rp 50.000,00 (untuk botol paling kecil seukuran jari kelingking), ada yang Rp 150.000,00 (untuk botol seukuran jari telunjuk), dan ada juga yang harganya Rp 300.000,00 (untuk botol yang ukurannya dua kali jari telunjuk). Terbilang mahal, tapi khasiatnya luar biasa, kata bapak penjual itu.

Saya pun langsung disodori secarik kertas berisi khasiat dari sebotol minyak itu. Saya baca kertas itu, disitu disebutkan bahwa sebotol kecil berisi minyak/lemak itu mampu untuk menambah ukuran (memperbesar/memperpanjang) alat vital (maaf) laki-laki. Sementara botol yang berisi lendir katanya mampu membuat tahan lama dalam berhubungan intim antara suami istri. Lebih lanjut bapak penjual yang ternyata bernama Pak Yogi itu menuturkan jika saya ingin merawat buah dada saya (maaf), agar lebih montok dan kencang juga bisa memakai minyak itu.

Dia meyakinkan kalau minyak yang dijualnya itu sudah terbukti khasiatnya. Oleh karena itu dia rutin datang dari Balikpapan ke Bontang seminggu sekali, setiap hari Jumat untuk berjualan minyak itu di teras masjid sekaligus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan-pelanggannya yang ramai berdatangan pada hari itu, sembari sholat Jumat. Sementara di hari-hari lainnya ia berjualan keliling dari kota satu ke kota lainnya, masih di seputaran Kaltim. Berhubung ini bulan Ramadhan, Pak Yogi tidak keliling dan memutuskan untuk berjualan setiap hari di teras masjid ini.

Saya pun hanya senyum-senyum menanggapi penuturan Pak Yogi. Tak terbersit sama sekali keinginan untuk membeli dagangan Pak Yogi karena kebetulan saya tak butuh minyak yang ditawarkannya. Saya sudah cukup puas dengan pasangan saya, begitu saya menolak secara halus barang yang diperdagangkan Pak Yogi.

Saya justru tertarik dengan binatang yang terus saja bergerak sepanjang saya mengobrol dengan Pak Yogi. Pak Yogi lalu bercerita bahwa minyak yang dijualnya itu memang berasal dari binatang yang dia taruh di atas nampan didepannya. Nama binatang itu adalah mimi mintuno. Sekilas bentuknya mirip dengan kepiting karena memiliki cangkang yang cukup besar. Tapi jika dalam posisi telentang, binatang ini mirip dengan udang dalam ukuran besar, lengkap dengan sungutnya yang panjang, meski sungutnya hanya sebuah.

Belangkas adalah nama lain dari mimi dan mintuno. Termasuk dalam jenis binatang beruas (artropoda) yang menghuni perairan dangkal wilayah paya-paya dan kawasan mangrove. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai horseshoe crab (Sumber : Wikipedia). Mimi adalah nama untuk yang berkelamin jantan. Sementara yang berkelamin betina biasa disebut mintuno.

Minyak/lemak dan juga lendir dari mimi dan mintuno itulah yang selama ini dijadikan obat kuat oleh Pak Yogi. Laki-laki yang usianya lebih setegah abad ini menuturkan, setiap kali ia mengolah minyak dan lendir yang berasal dari puluhan binatang itu (jumlahnya bisa sampai 50 ekor sekali olah) untuk dijadikan berpuluh-puluh botol minyak (jumlahnya tergantung besar kecilnya mimi dan mintuno). Semakin besar mimi dan mintuno, semakin banyak minyaknya.

Namun demikian ada salah satu sumber yang menyebutkan bahwa binatang ini beracun sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh manusia, kalaupun akan dikonsumsi hendaknya menggunakan teknologi tertentu untuk menetralisir racunnya (Suara Merdeka.com). Masih kata Pak Yogi, binatang yang banyak ditemui di perairan Balikpapan itu, selalu hidup berpasangan. Kalau keduanya sampai dipisahkan, maka akan matilah keduanya. Oleh karena itu Pak Yogi menaruhnya masing-masing pasangan mimi dan mintuno itu dalam satu nampan agar tidak ada yang mati.

[caption id="attachment_269186" align="aligncenter" width="640" caption="Di teras masjid inilah saya akhirnya melihat "]

13749701511902511080
13749701511902511080
[/caption]

Dan nyatanya memang saya lihat sendiri 3 pasang mimi dan mintuno itu hidup semuanya, walaupun tanpa perlu dimasukkan dalam air sesuai habitat aslinya. Bintang itu mampu bertahan lama di darat dan hanya diberi makan serabut kelapa, asalkan tidak dipisahkan dari pasangannya. Benar atau tidaknya, wallahualam bishawab.

Terlepas dari itu semua, kalau saja ucapan Pak Yogi itu benar adanya, bila sepasang binatang itu dipisahkan akan mati, maka filosofi dari "doa" orang-orang di Jawa sana yang menyatakan agar hendaknya pernikahan itu seperti mimi dan mintuno, langgeng, setia dan sehidup semati memang ada benarnya. Karena mimi dan mintuno pun seperti itu, setia pada pasangan dan juga sehidup semati. Kalau dalam dunia manusia kita mengenal kisah Romeo dan Juliet, maka kita mengenal mimi dan mintuno, Romeo dan Juliet versi binatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun