Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mbah Kakung, Laki-Laki Perkasa yang Masih Kuat Memulung

30 Mei 2012   21:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:35 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_184601" align="aligncenter" width="480" caption="Mbah Kakung yang tengah melintas di depan saya dengan gerobak tuanya"][/caption]

Siang kemarin lusa saya bertemu dengan sosok laki-laki perkasa. Kenapa saya bilang perkasa, karena diusianya yang tidak muda lagi yakni 78 tahun, bapak ini masih produktif bekerja. Disaat bapak-bapak lain yang seusia dengannya sudah mulai "duduk-duduk manis" sembari menikmati perkembangan cucu-cucunya, bapak yang satu ini masih giat bekerja.

Mbah Kakung, demikian saya memanggilnya. Seorang laki-laki tua yang tinggal seorang diri di Bontang, Kalimantan Timur nun jauh dari istri, anak, dan cucunya yang berada di Malang, Jawa Timur. Mbah Kakung juga tidak tahu, kenapa beliau sampai "nekad" merantau ke pulau Borneo ini. Yang jelas katanya semua dilakukan demi istri dan anak cucunya di Jawa.

Meninggalkan istri tercinta dan dua orang anak yang sebenarnya juga bukan anak kandung beserta cucu-cucunya di Malang menjadi pilihan hidup di tengah susahnya mencari "makan" di kampung halamannya sana. Karena tidak ada ketrampilan yang memadai ditunjang dengan usia tuanya, mbah kakung terpaksa memulung. Ya memulung adalah salah satu pekerjaan yang ia geluti di perantauan karena hanya memulunglah yang tidak membutuhkan ketrampilan khusus.

[caption id="attachment_184602" align="aligncenter" width="480" caption="Bermodal gerobak tua ini, Mbah Kakung keliling kampung mencari barang bekas yang tak terpakai"]

13383829962137982437
13383829962137982437
[/caption]

"Umur kulo sampun pitung ndoso walu bu, kula lahiran tahun tigang ndoso sekawan, wonten KTP kulo tahune mekaten" (Umur saya sudah 78 tahun bu, saya kelahiran tahun 1934, ada di KTP saya begitu), ujarnya ketika saya tanya berapa umurnya. Dengan berbahasa Jawa halus, mbah kakung pun mulai bercerita. Tanpa perlu melihat KTP-nya pun saya sudah percaya dengan angka yang disebutkan oleh mbah kakung itu. Mbah kakung memang tampak tua sekali. Dibalik topi lusuhnya tampak rambutnya yang mulai memutih. Beberapa gigi depannya pun sudah mulai tanggal.

[caption id="attachment_184603" align="aligncenter" width="480" caption="Mbah Kakung tengah beristirahat dibawah pohon yang rindang di belakang mesjid "]

13383831311393514056
13383831311393514056
[/caption]

"Yoga kulo kalih ning nggih namung pek-pekan, sak meniko kulo sampun gadah putu kalih. Sedoyo wonten Malang kaliyan semah kulo." (Anak saya dua orang tapi cuma anak angkat, sekarang saya sudah punya dua cucu. Semua ada di Malang bersama istri saya.) "Teng mriki nggih mung kiyambak, ngontrak teng mriku" (Disini ya cuman sendiri, kontrak disitu), kata mbah kakung sembari menunjuk ke suatu kampung di belakang komplek tempat tinggal saya ketika saya tanya beliau di kota ini tinggal dengan siapa.

"Wah mahal dong ngontraknya, mbah?" Saya pun tergelitik untuk menanyakan ini. Bukan tanpa alasan karena memang harga sewa rumah di kota saya ini lumayan mahal, apalagi untuk ukuran orang Jawa. Satu kamar saja sewanya bisa 500 ribu rupiah sebulan, apalagi kalo rumah utuh yang terdiri dari beberapa kamar bisa sampai 1,5-2 juta rupiah per bulan. Bagaimana mbah kakung mampu membayarnya melihat kerjanya mulung yang hasilnya tak begitu banyak setiap harinya.

"Mboten bu, kulo ngontrak namung mirah, setunggal latus mawon, ning nggih mboten ngangge lampu." (Tidak bu, saya ngontrak cuman murah, seratus ribu saja, tapi ya nggak pakai lisrik).

"Lha koq saged mirah, mbah?" (Lha koq bisa murah, mbah?),saya pun penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun