Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyoal Keberadaan Lampu Countdown di Jalan

25 Mei 2012   12:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:48 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_183600" align="aligncenter" width="640" caption="papan countdown yang membuat was-was"][/caption]

Siang tadi saya bertugas untuk menjemput anak sulung saya Danny ke markas Kodim Bontang. Kebetulan dalam tiga hari terakhir ini anak saya tersebut mendapat pelatihan baris-berbaris langsung dari anggota Kodim. Begitu telpon berbunyi dan dari seberang sana terdengar suara untuk minta jemput, saya langsung bergegas menuju ke markas Kodim tempat anak saya berlatih. Saya keluarkan motor kesayangan saya dan tak lupa saya bawa juga anak bungsu saya Darryl di kursi boncengan depan.

Sampai di markas, anak saya sudah menyambut dengan muka masam. Capek dan haus katanya dan ia ingin segera pulang sampai rumah karena bekal minuman yang dibawanya sudah habis. Saya pun segera membelokkan motor saya menuju arah rumah. Di tengah perjalanan saya teringat sesuatu yang harus segera saya beli di salah satu toko. Kebetulan letak toko itu berlawanan arah dengan jalan untuk menuju pulang.

[caption id="attachment_183601" align="aligncenter" width="640" caption="papan countdown di perempatan Sendawar"]

13379357171409701341
13379357171409701341
[/caption]

Akhirnya dengan sedikit bersungut, anak saya Danny mengiyakan saja ya mampir dulu untuk membeli barang yang saya maksud. Saya pun langsung putar ke arah yang berlawanan. Kebetulan saya melewati beberapa pertigaan dan perempatan lampu merah yang dilengkapi dengan countdown (lampu pengatur lalu lintas yang dilengkapi dengan papan digital).

"Cepetan ma, keburu lampu merah!" begitu teriak Danny ketika saya hendak melewati lampu lalu lintas yang kala itu berwarna hijau. Saya yang sedang konsentrasi melihat jalan tak urung segera menoleh ke papan countdown yang terletak dibawah lampu traffict itu. Saya lihat angka yang tertera adalah 2 yang artinya dalam hitungan 2 detik lampu traffict itu akan segera menyala warna merah. Melihat jarak yang masih beberapa meter saya sengaja memperlambat laju motor saya karena kalaupun dipaksakan juga tidak akan nutut alias tidak akan sampai.

[caption id="attachment_183602" align="aligncenter" width="640" caption="papan countdown di perempatan Ramayana"]

13379357791325772617
13379357791325772617
[/caption]

Benar saja begitu saya nyampai tepat di depan lampu traffict itu, warna merah sudah menyala diikuti lampu countdown yang juga telah berganti menjadi 60, 59, 58 dan seterusnya. Saya pun segera mengerem motor saya. Tapi belum juga saya benar-benar sempurna menghentikan laju kendaraan saya, tiba-tiba dari samping kiri saya melintas dua motor yang sama-sama memacu kendaraannya. Kedua motor yang sama-sama dikendarai laki-laki muda berboncengan itu tampaknya memang sengaja untuk menghindari lampu merah. Melihat lampu countdown masih menyala sekian detik, mereka sengaja menerobos lampu merah. Padahal dari arah berlainan lampu hijau sedang menyala yang artinya para pengendara dari arah yang berlainan itu tentunya juga memacu kendaraannya. Dari tempat saya berhenti terlihat kedua motor tersebut hampir saja bertabrakan dengan sebuah kendaraan roda empat. Beruntung kedua motor tersebut bisa menghindari tabrakan itu karena telat sekian detik aja bisa-bisa mereka akan menghantam kendaraan roda empat yang tengah melaju itu.

[caption id="attachment_183603" align="aligncenter" width="640" caption="di perempatan inilah tadi hampir terjadi insiden tabrakan antara motor dengan mobil"]

1337935840277843246
1337935840277843246
[/caption]

Berdasarkan kejadian tersebut saya berpikir seberapa efektifkah pemasangan lampu countdown di traffict saat ini? Saya tahu bahwa countdown dipasang sebenarnya bertujuan untuk mengatur lalu lintas dan mengurangi kecelakaan. Tapi kenyataannya yang saya lihat tadi bahwa ternyata justru countdown ini dapat memicu terjadinya kecelakaan. Kenapa, karena yang saya lihat tadi justru para pengendara cenderung untuk memacu kendaraannya sekencang-kencangnya menjelang detik terakhir lampu hijau. Begitu pula sebaliknya, pada saat detik-detik awal lampu merah banyak pengendara yang mencoba untuk menerobos lampu merah itu. Selain itu banyak pengendara yang kurang fokus ke jalan dan justru malah matanya fokus ke atas tempat lampu countdown itu dipasang. Hal ini jelas-jelas beresiko. Kalau lagi apes, ya bisa-bisa tabrakan tidak bisa dihindari. Itu artinya nyawa taruhannya!

Sebagai pengendara yang baik (cie...cie...), saya tidak akan memaksakan diri untuk mengorbankan nyawa saya dan anak-anak saya daripada saya memacu motor saya demi menghindari lampu merah. Permasalahannya lampu traffict yang saya lalui itu adalah perempatan. Ketika saya berhasil melintas dengan menerobos lampu merah itu artinya saya menyerahkan nyawa saya dan anak-anak saya karena bisa jadi dari arah yang berlainan lampu sedang menyala hijau dan biasanya orang mulai memacu kendaraannya. Dan mungkin tabrakanpun bisa saja tidak terhindarkan. Masih untung kalau saya bisa menghindar dari tabrakan, kalau tidak apa tidak malah apes namanya. Mau cepat sampai tujuan, tapi malah sampainya rumah sakit.

[caption id="attachment_183604" align="aligncenter" width="640" caption="papan countdown di perempatan Ramayana"]

13379359141352525059
13379359141352525059
[/caption]

Saya tidak tahu pasti berapa jumlah lampu countdown yang terdapat di traffict di kota saya. Sebagai kota kecil setahu saya memang tidak banyak lampu traffict yang dipasangi papan countdown ini. Tapi paling tidak saya bisa menyebutkan dua diantaranya yaitu countdown yang dipasang di pertigaan Ramayana dan countdown yang dipasang di perempatan Sendawar, dimana saya sempat melewatinya tadi siang. Kedua tempat ini memang merupakan jalan raya utama di kota saya. Parahnya di kedua tempat tersebut tidak terdapat pos polisi dan jarang pula ada polisi yang berjaga. Ini pula yang mengakibatkan banyak pengendara seenaknya saja menerobos lampu merah. Meskipun setahu saya hanya dua countdown, tapi tetap saja menimbulkan perasaan was-was jika melintasi tempat itu. Karena kita tidak tahu tabiat orang lain dalam menyikapi keberdaan lampu countdown itu. Kita bisa saja sudah berhati-hati, tapi orang lain mana kita tahu?

Selain lampu merah, rambu "BELOK KIRI IKUTI LAMPU" yang terpasang di tiang traffict light aja juga sering dilanggar. Dengan tanpa rasa bersalah, dengan seenak beberapa pengendara belok ke kiri, meskipun lampu traffict menyala merah. Padahal tulisan yang tertera juga jelas bukan berbunyi "BELOK KIRI TERUS".

1337948672422704257
1337948672422704257

Di kota kecil seperti Bontang aja perilaku masyarakatnya seperti itu, apalagi di kota-kota besar? Dan saya yakin di kota-kota besar justru lampu countdown ini lazim kita jumpai di setiap perempatan atau pertigaan. Ada baiknya lampu countdown ini ditinjau ulang keberadaannya. Apakah memang benar bisa meminimalisir terjadinya angka kecelakaan atau malah justru sebaliknya? Dilihat dari segi keindahan juga tidak  indah menurut saya. Bahkan mungkin malah pemborosan anggaran. Bayangkan saja berapa anggaran yang harus dikeluarkan untuk memasang lampu countdown itu? Apalagi jika disetiap traffict light ada countdown-nya, pastilah tidak sedikit budget yang harus dikeluarkan. Jadi daripada mubazir, mendingan dihilangkan sekalian.

Selamat malam dan selamat beristirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun