Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Indonesia Itu Ternyata Ngeyelan Ya?

22 Februari 2012   05:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:20 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="image from http://farm6.static.flickr.com"][/caption]

Mungkin anda tidak sependapat dengan pandangan saya bahwa orang Indonesia itu ngeyelan atau bahasa Jawanya ndableg. Sah-sah saja sih karena ini hanya pendapat pribadi saya. Tapi pendapat saya ini tidak sekedar pendapat asal-asalan, tapi berdasarkan pandangan atau pengamatan saya dalam kehidupan sehari-hari.

Belum lama ini disalah satu perempatan dekat tempat tinggal saya ada seorang pengendara motor yang nekad melanggar rambu lalu lintas. Sudah tahu lampu merah dan dibawahnya ada tulisan "belok kiri ikuti isyarat lampu", itu orang nekad belok kiri. Ya sudah tiba-tiba aja "brug" dan si pengendara itu sudah terkapar karena tertabrak pengendara motor lain yang datang dari sisi sebelah kiri. Kebetulan memang giliran jalan adalah pengguna kendaraan di sebelah kiri. Semua itu dilakukan si pengendara motor yang tertabrak itu hanya gara-gara di pos jaga itu sedang tidak ada polisi yang biasa berjaga disana. Beruntung ia hanya luka-luka tidak terlalu parah akibat kecelakaan itu. Coba kalo sampai meninggal, siapa yang pantas disalahkan?

Masih tentang kecelakaan, coba saja simak berita seputar kecelakaan bus Trans Jakarta misalnya. Sudah berapa orang yang jadi korban bus Trans Jakarta. Tidak hanya badan remuk, nyawa pun sudah beberapa kali melayang di jalur bus itu. Kalo kita cermati, kecelakaan itu kadang-kadang justru disebabkan oleh ulah si korban itu sendiri. Sudah tahu itu jalur harus steril dari pemakai jalan yang lain, entah itu pejalan kaki ataupun kendaraan pribadi. Tapi nyatanya masih saja kita jumpai orang seenaknya menyeberang di jalur bus. Atau bahkan sering saya lihat pengendara motor dan mobil seenaknya menyerobot lajur busway hanya semata-mata merasa jalur itu sedang kosong alias tidak ada bus yang sedang melintas. Akibatnya ya itu tadi, begitu tiba-tiba busnya lewat, "para penyerobot" itu langsung panik dan ujung-ujungnya kecelakaan tak dapat dihindari. Kalo sudah begini siapa yang pantas disalahkan? Pengemudinya atau sopir busnya? Bisa jadi karena kurang hati-hati dalam mengemudikan kendaraannya. Para penyerobot lajur busway? Jelas! Sudah tahu ada larangan untuk melintasi lajur busway, koq malah nekad. Sudah tahu itu berbahaya, koq malah dilanggar. Apa tidak cari mati namanya. Apa tidak ngeyel itu namanya?

Kasus lain misalnya di palang pintu perlintasan kereta api. Banyak sekali pelanggaran yang sering terjadi di sana. Saya ingat betul waktu saya masih tinggal di Jogja, hampir setiap hari saya pasti melintasi palang pintu perlintasan kereta api di Stasiun Lempuyangan bila hendak pergi ke sekolah. Karena letak posisi rumah saya yang disebelah selatan stasiun, sementara sekolah saya sejak SMP hingga kuliah berada di utara stasiun. Dan hampir setiap hari pula terjadi pelanggaran disana. Sudah tahu pintu palang diturunkan, yang artinya akan ada kereta yang akan lewat, tapi masih saja ada yang menerobos palang itu. Biasanya ini terjadi ketika palang pintu masih turun setengahnya. Tapi kadang-kadang juga ada yang nekad meskipun sudah tahu palang itu benar-benar sudah turun semuanya. Dan yang biasanya melakukan hal ini adalah para pejalan kaki. Dengan santainya pintu palang yang sudah nutup itu diangkat sedikit kemudian menerobos lewat begitu saja. Saya sering gemes melihat pemandangan yang seperti ini. Apa mereka tidak sadar ya, tindakan seperti itu sangat beresiko. Masak bodi kereta mau dilawan dengan bodi manusia. Konyol itu namanya.

Sebenarnya masih banyak kasus-kasus lainnya yang bisa mendukung pendapat saya bahwa orang Indonesia itu ngeyelan. tidak usah jauh-jauh, di sekeling kita saja banyak contohnya. Anda mungkin pernah baca tulisan "Dilarang Kencing Disini!!!" (saking semangatnya dikasih tanda seru yang banyak), tapi justru di tempat itu bau pesingnya minta ampun. Ada lagi papan pengumuman "Dilarang Membuang Sampah Disini!!!", tapi nyatanya justru ditempat itulah sering kita jumpai gundukan sampah. Apa tidak ngeyel itu namanya?

Terus kalo kita masuk suatu komplek perumahan, sering kita jumpai tulisan "Pemulung Dilarang Masuk" seperti yang ada di komplek saya ini.

[caption id="attachment_164403" align="aligncenter" width="459" caption="tanda ini ada di gang masuk komplek saya tinggal"]

1329888033807242796
1329888033807242796
[/caption]

Toh nyatanya masih banyak kejadian para pemulung yang masuk ke area komplek. Sebenarnya tanda larangan itu tidak tepat juga sih menurut saya karena kata "pemulung" itu artinya orang yang punya pekerjaan memulung. Mosok hanya gara-gara profesinya memulung koq dilarang masuk ke komplek, tidak manusiawi juga khan? Tapi masalahnya belakangan ini banyak dijumpai di komplek saya ini "oknum" yang mengatasnamakan pemulung, tapi ternyata justru malah mencuri. Awalnya datang memang hanya mengorek-orek tempat sampah, mungkin mencari kardus-kardus bekas atau botol-botol plastik. Tapi besoknya mulai mengamat-amati. Begitu ada kesempatan pas rumah kosong ditinggal penghuninya cuti misalnya, baru deh aksi pencurian dilakukan. Beberapa kasus sempat ditangani oleh sekuriti komplek dan ternyata pas ketangkap itu hanyalah "oknum". Saya pun pernah melapor ke sekuriti manakala di depan rumah ada gerobak pemulung, tapi tidak ada orangnya. Begitu diperiksa sekitar rumah, tidak diketemukan pemilik gerobak itu. Akhirnya gerobak itupun diangkut oleh mobil sekuriti. Dan begitulah akhirnya tak berapa lama rumah saya dibobol maling saat kami tertidur pulas. Yang begini ini yang akhirnya membuat geram para penghuni komplek. Tapi kenyataannya, tanda larangan itu juga tak berarti apa-apa. Masih saja banyak pemulung hilir mudik di dalam komplek. Mosok harus pakai tanda larangan yang bunyinya seperti dibawah ini, apa malah nggak serem tuh?

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="image from http://1.bp.blogspot.com"]

[/caption]

Saya sependapat dengan komentar Mbak Dian di salah satu postingan yang menyatakan bahwa sepertinya kata "Jangan atau Dilarang" itu justru cenderung mengundang orang untuk melakukannya. "Dilarang Parkir Disini!", toh justru ada aja orang yang seenaknya memarkir ditempat itu. "Dilarang Merokok!", tetap aja orang santai merokok di tempat itu bahkan kadang-kadang diruang ber-ac sekalipun. "Dilarang Berjualan Disini!", masih saja ada orang yang berjualan ditempat-tempat seperti itu. "Dilarang Menginjak Rumput", eh seenaknya saja orang melintas dan menginjak-injak rumput. Yang begini ini apa tidak ngeyel namanya? Tindakan yang begini justru sepertinya membudaya. Kalo ada yang alasan "tidak lihat pengumuman", nah ini yang sepertinya mengada-ada. Papan-papan larangan itu justru biasanya dibuat dalam ukuran besar agar oraang bisa melihatnya. Terus kalo ada yang alasan lagi "tidak bisa membaca", ini tambah mengada-ada lagi. Jaman sekarang tidak bisa baca tulis? Waduh lha wong setiap hari kerjaannya BBM-an koq, setiap hari menyanding gadget koq gak bisa baca tulis? Mustahil! Ya mungkin saja itu memang orang-orang yang buta huruf macam embah-embah jaman dulu, bisa saja tho? Nah justru orang-orang jaman dulu yang katanya buta huruf itu mesti banyak mikir untuk melakukan hal-hal konyol seperti diatas. Mereka masih mikir apakah tindakannya itu pantas tidak, sopan tidak, layak tidak? Tapi kalo orang jaman sekarang yang katanya melek huruf, itulah yang wajib dipertanyakan. Justru orang-orang yang katanya modern dan berpendidikan inilah yang biasanya suka melanggar berbagai aturan itu. Kenapa bisa begitu, ya karena sudah membudaya. Tindakan konyol semacam itu sudah seperti budaya, satu orang melakukan yang lain ikut-ikutan. Bener tidak? Ya namanya juga orang ngeyel, mbok dilarang seperti apa ya tetap ngeyel, tetap bandel!

Terus kalo sudah begitu kita bisa apa? Ya sebenarnya hal itu bisa sih dicegah. Caranya, ya mulai saja dari diri kita sendiri. Kalo kita sudah membiasakan dari diri kita sendiri, lama-lama orang lain juga akan mengikuti. Membiasakan tidak kencing sembarang, orang juga lama-lama akan malu kalo sampai ketahuan kencing sembarangan. Biasakan mentaati rambu lalu-lintas, pasti orang lain lama-lama juga akan mengikuti. Begitu seterusnya. Dan karena ingin memulai dari diri sendiri, maka saya pun yang punya kebiasaan trabas-trabas trotoar atau suka melanggar lampu merah (hanya gara-gara tidak ada polisi yang jaga di pos), sekarang juga sudah mulai koq meninggalkan kelakuan konyol saya itu. Kenapa karena saya masih sayang keluarga. Kalo saya sampai kenapa-kenapa di jalan, khan saya juga yang repot, keluarga saya juga yang repot. Kesimpulannya kita melakukan kekonyolan-kekonyolan seperti itu dampak terbesar justru pada kita koq, bukan pada orang lain. Jadi mulai sekarang jangan ngeyel lagi ya, jangan bandel lagi ya, dan jangan ndableg lagi ya hehehe.

Selamat siang dan salam cengengesan selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun