Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

(IMLEK) Imlek Mengingatkan Saya Pada Mama dan Mak Co

20 Januari 2012   16:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:38 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1327075198367131204

Oleh : Edi Kusumawati, No. 39

Bersuamikan orang keturunan, itulah kenyataannya. Suami saya kebetulan adalah anak dari keturunan Tionghoa atau Chines. Ya, ibu mertua saya ternyata adalah orang Cina. Mama biasa saya memanggilnya demikian, adalah adalah anak tertua dari 7 bersaudara. Mama mempunyai nama Cina Tio Sin Nio. Meskipun keturunan Cina, tetapi mama adalah seorang muslim. Bahkan dari 7 bersaudara, mama satu-satunya yang menganut agama Islam. Sedangkan saudara mama yang lainnya berkeyakinan berbeda. Ada yang beragama Kristen dan ada pula yang Katolik. Sementara orang tua dari mama (saya biasa menyebutnya Mak Co) sendiri beragama Kong Hu Cu, agama dari leluhurnya. Demokratis bukan?

mama Indrarini (alm) alias Tio Sin Nio

Yang lebih unik lagi, menantu mama juga berasal dari berbagai etnis. Menantu mama yang tertua adalah orang Sunda. Menantu yang kedua berasal dari suku Banjar. Menantu yang ketiga juga dari Banjar. Sementara menantu mama yang keempat yaitu saya sendiri berasal dari suku Jawa. Dan menantu yang kelima merupakan asli keturunan Bugis. Dari keenam anak mama, hanya satu yang belum menikah sekaligus merupakan anak bungsu mama.

full team lengkap, anak, menantu dan cucu mama

anak, menantu, dan cucu-cucu mama (alm) di lebaran tahun lalu

Karena berasal dari beragam etnis yang berbeda, kesembilan orang cucu mama (sampai saat ini) tak semuanya berwajah oriental. Termasuk kedua anak saya yang menurut saya tidak putih dan sipit seperti anak-anak keturunan Cina pada umumnya. Anak saya cenderung berkulit sawo matang seperti saya. Karena tidak putih itulah mama sering memanggil anak saya dengan sebutan Hitaci alias Hitam Tapi Cina. Julukan ini berlaku bagi semua cucu-cucu mama yang kulitnya sama sekali tidak putih dan matanya tidak sipit.

anak saya dan saudara sepupunya

beberapa cucu mama, ada yg masih tampak berwajah oriental

Dulu saya sama sekali tidak tahu tentang ritual-ritual orang Chines. Tapi gara-gara mama pula sedikit banyak saya tahu tentang imlek, tahu tentang kue keranjang, tahu tentang hio (dupa Cina), tahu tentang angpao. Kata mama tahun baru imlek adalah saatnya untuk merefleksi diri atas berbagai hal di tahun sebelumnya. Segala yang tidak baik dhilangkan dan berharap di tahun baru akan lebih banyak hoki yang bisa diraih. Akan banyak kesuksesan yang diraih. Oleh karena itu mama pun tak lupa melakukan ritual sembahyangan ala orang Cina setiap pergantian tahun, yaitu membakar hio atau dupa guna menghormati arwah para leluhur.

Mama pula yang mengenalkan kue khas imlek yaitu kue keranjang yang terbuat dari tepung beras ketan. Bahkan cara memakannya pun mama mengajarkan kepada saya. Tidak terlalu rumit ternyata mengolah kue keranjang menjadi makanan yang lain yaitu cukup dilumuri dengan telur kocok, kemudian baru digoreng. Setelah itu dimakan hangat-hangat akan terasa nikmat. Selain kue keranjang, mama juga bilang dulu waktu kecil sering dapat angpao (amplop berwarna merah yang didalamnya berisi sejumlah uang) dari para kerabat. Biasanya mereka yang sudah menikah akan memberikan angpao untuk saudaranya yang belum menikah. Bisa juga orang tua kepada anaknya. Tapi seingat saya (selama jadi menantunya), mama belum pernah memberikan angpao untuk anak cucunya. Mama justru memberikan barang-barang, entah itu pakaian atau barang-barang lain yang bukan berujud uang. Mungkin begitulah cara mama mendidik anak cucunya. Justru dari tantelah (adik mama yang belum menikah sampai sekarang) anak-anak saya mendapatkan angpao.

Mak Co sebelum meninggal tahun 2009, sempat merayakan ultah ke-87 di rumah sakit

Dan setiap kali imlek pula saya akan selalu terkenang akan sosok mama. Bagaimana mama yang saya kenal dulu adalah sosok Cina yang ulet. Tapi sekarang mama sudah almarhum, tepatnya sejak tanggal 17 Juli 2005 mama menghembuskan nafasnya akibat penyakit kanker rahim yang dideritanya. Sejak saat itu, setiap kali imlek saya pasti teringat akan mama, teringat pula akan Mak Co yang juga telah meninggal sekitar 2 tahun lalu. Mama yang mengenalkan saya tentang seorang Mak Co. Walaupun belum pernah bertatap muka secara langsung (karena Mak Co waktu itu tinggal di lain kota), setidaknya setiap hari raya imlek mama selalu menelpon Mak Co.  Pada kesempatan itu pulalah saya pun bisa ngobrol dengan seorang Mak Co. Meskipun hanya lewat suara, Mak Co hapal dengan suara saya. Beliau selalu menanyakan kabar saya dan keluarga saya. Bagaimana anak saya, sehatkah? Begitulah selalu kata-kata yang diucapkan Mak Co jika sedang telpon.

saat upacara kremasi Mak Co, sayang saya tidak bisa hadir

Saking perhatiannya dengan saya, sebelum meninggal karena sakit tua, Mak Co memberikan kenang-kenangan untuk saya. Sebuah kain jarik khas dengan motif orang tua jaman dulu. Kata kakak ipar saya yang waktu itu sempat bertemu dengan Mak Co sebelum meninggal, kain jarik itu adalah salah satu koleksi dari Mak Co. Sampai sekarang kain jarik itu tetap saya simpan. Suatu barang kenangan yang tak akan pernah saya lupakan. Mengingat kain jarik itu sama saja mengingat Mak Co. Mengingat Mak Co juga akan mengingatkan saya akan mama. Dan setiap kali imlek, kenangan terhadap dua sosok itu pasti hadir. Mak Co, mama...andai masih bisa saya ucapkan, pastilah saya akan ucapkan "Gong Xi Fa Cai Mama...Gong Xi Fa Cai Mak Co"

Jarik kenang-kenangan dari Mak Co

*tentang mama, saya pernah menuliskannya di http://sosbud.kompasiana.com/2011/02/02/anakku-keturunan-cina-juga/

NB : Untuk melihat tulisan peserta lain dapat berkunjung kesini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun