Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tears of The Sun, Film Perang Berbalut Kemanusiaan

24 November 2011   10:44 Diperbarui: 4 April 2017   16:53 47157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="446" caption="image from http://www.thepaltrysapien.com"][/caption]

Hari Sabtu siang kemarin saya melihat di HBO menayangkan film berjudul Tears of The Sun. Dan entah kenapa setiap kali menonton film ini, saya tetap saja menangis walaupun pernah menonton sebelumnya. Padahal film ini jelas-jelas bukan film drama. Film ini murni bergenre perang yang konon diangkat dari kisah nyata yang terjadi di benua Afrika sana. Hanya saja karena dibalut dengan misi kemanusiaan, makanya film ini mampu mengaduk-aduk emosi saya terutama di akhir-akhir cerita.

Tulisan ini sebenarnya bukan resensi atau sinopsi tentang film ini. Apalagi nyata-nyata ini adalah film lama. Tentu sudah banyak pula teman-teman yang sudah menontonnya. Tapi berhubung Sabtu lalu saya lihat lagi film ini, makanya pengin saja saya menuliskan tentang kesan-kesan saya terhadap film ini. Ya anggap saja sebagai apresiasi terhadap film yang menurut saya layak tonton ini. Dan menurut saya pula film ini tak kalah bagusnya koq dengan film perang lainnya semacam Saving Private Ryan yang konon juga merupakan film yang diangkat dari kisah nyata.

Tears of The Sun adalah film yang diproduksi pada tahun 2003, cukup lama bukan? Film ini disutradarai oleh Antoine Fuqua, yang juga pernah menyutradarai film King Arthur, Brooklyn's Finest, Hunter Killer, dan Training Day. Dibintangi oleh aktor kawakan Bruce Willis sebagai Letnan A.K. Waters dan Monica Bellucci sebagai Dr Lena Kendricks.

[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="pasukan Letnan Waters (image from http://3.bp.blogspot.com)"]

[/caption]

Dikisahkan dalam film ini, Letnan A.K. Waters yang diperankan oleh Bruce Willis  merupakan seorang komandan pada kesatuan elit Navy Seal, AS yang diperintahkan oleh atasannya Kapten Bill Rhodes (Tom Skerritt) untuk misi kemanusiaan yakni masuk ke negara Nigeria dan mengeluarkan warga negara asing dari negara tersebut ke negara terdekat yang relatif aman di perbatasan yaitu Kamerun. Hal ini dilakukan karena di Nigeria tengah terjadi konflik etnis yang mengarah ke perang saudara. Tidak semata-mata konflik etnis, tetapi juga telah mengarah ke tindakan makar terhadap pemerintahan yang berkuasa, yaitu Presiden Samuel Azuka.

Rupanya Presiden Azuka ini bukan hanya presiden bagi rakyat Nigeria, tetapi juga merupakan raja suku Ibo yang berdomisili di bagian selatan Nigeria. Sementara itu para pemberontak dipimpin oleh Mustafa Yakubu mengusai wilayah bagian utara, yang berusaha menggulingkan kekuasaan Presiden Azuka. Kudeta pun akhirnya terjadi, keluarga presiden termasuk Presiden Asuka akhirnya tewas dalam kudeta itu. Setelah presidennya tewas, kediktatoran Mustafa Yakubu makin merajalela. Pembersihan etnis Ibo dilakukan dengan cara kekerasan. Tentu saja warga sipil ketakutan, agar tidak dibunuh mereka melarikan diri mengungsi ke wilayah perbatasan. Akibatnya para warga asing yang menjalankan misi kemanusiaan dan keagamaan dan kebetulan tengah berada di area konflik pun kebingungan dan berusaha menyelamatkan diri. Inilah awal mula misi penyelamatan yang diemban oleh Letnan A.K. Waters.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Letnan Waters dan Dr. Lena (image from http://4.bp.blogspot.com)"]

[/caption]

Oleh Kapten Bill Rhodes, Waters hanya ditugaskan untuk mengekstradisi seorang tenaga medis berkebangsaan Amerika yang bernama Dr. Lena Kendricks (diperankan oleh Monica Bellucci), seorang pastor dan dua orang biarawati disana dan menghindari kontak senjata dengan pihak yang sedang bertikai. Sebagai prajurit yang loyal, Waters mematuhi perintah atasannya itu. Meskipun demikian seluruh tim yang dikomandani Waters diberi persenjataan yang lengkap. Akhirnya tim penyelamat yang terdiri dari Slo, Flea, Lake, Sutra, Zee, Doc, dan Red yang dipimpin Letnan Waters ini pun diberangkatkan dari kapal perang USS Harry Truman yang berlayar diperairan Afrika menuju ke daerah konflik.

Sampai di lokasi ternyata tidak semudah yang dikira Waters. Dr. Lena yang harusnya diselamatkan justru menolak diekstradisi karena lebih memilih tinggal di semacam rumah sakit darurat dengan para pengungsi dan pasiennya yang tentunya sangat membutuhkan tenaganya. Dokter cantik itu hanya mau diselamatkan jika tim Waterspun mau membawa serta para pengungsi dan pasien yang tengah dirawatnya ke tempat yang aman yaitu di perbatasan. Disinilah perang batin Waters mulai diuji, antara mematuhi perintah komandan yang hanya perlu menyelamatkan target utama seorang dokter atau menuruti permintaan dokter itu yang ingin membawa rombongan yang jumlahnya lumayan besar.

Tapi tugas tetap harus dijalankan. Karena lokasi yang aman jaraknya kurang lebih 12 kilometer dari tempat itu, maka akhirnya diputuskan untuk membawa para pengungsi dan pasien yang masih mampu berjalan saja. Sementara yang sudah tidak mampu berjalan tetap ditinggal di rumah sakit itu bersama para misionaris. Tepat ketika fajar menyingsing, mereka mulai menjalankan misi itu. Dengan menembus hutan rombongan pengungsi yang dikawal pasukan Letnan Waters berjalan menuju ke perbatasan. Ketika malam tiba, mereka tidak bisa beristirahat terlalu lama karena pasukan pemberontak ternyata terus mengejar mereka. Pada akhirnya sampailah mereka di titik penjemputan helikopter yang akan membawa Dr. Lena dan tim. Rupanya ini adalah ide awal dari pasukan Waters. Mereka sengaja membawa para pengungsi itu sekedar agar Dr. Lena mau diekstradisi. Dengan susah payah Letnan Waters memaksa Dr. Lena masuk helikopter, walaupun Dr. Lena sekuat tenaga meronta tetap tak mampu menandingi tenaga seorang tentara bernama Waters itu. Sementara para pengungsi dibiarkan tetap tinggal dihutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun