Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perbedaan Itu Indah Koq!

21 September 2011   01:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:46 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini saya membaca beberapa opini dari para kompasianer yang menyoroti tentang "rok mini dan perkosaan". Dan pada pagi ini, saya coba kembali mengklik opini-opini tersebut (dan tanpa saya klik pun sebenarnya dashboard saya sudah "kebakaran") karena ada beberapa yang memang saya tinggalkan jejak disana. Agak terkejut saya ketika membuka salah satunya, yaitu punya pak dosen Armand tentang Rokmin dan Perkos, Sebuah Tinjauan Sederhana. Ternyata yang berkomentar di tulisan itu juga lumayan banyak. Itu artinya banyak sekali ketertarikan orang terhadap tema semacam ini. Saya sendiri memang hanya berkomentar ala kadarnya di tulisan itu. Bukan karena saya tidak suka dengan opini tersebut. Justru karena saya suka, makanya saya memberikan komentar agar saya tetap bisa mengikuti diskusi yang berkembang disana. Oleh karena itu saya pagi ini kembali mengklik tulisan itu. Saya memang dari awal sudah yakin kalau tulisan itu nantinya akan ada banyak respon disana. Tapi daripada saya salah-salah dalam memberikan komentar, makanya saya hanya menitipkan jejak aja disana sambil menyimak komentar yang beragam dalam tulisan itu. Tapi yang saya sayangkan adalah adanya komentar yang terkesan mengajak berdebat. Dia merasa pendapatnya yang paling benar, sehingga mengharapkan penulisnya meralat tulisannya. Sebenarnya sih sah-sah saja orang berkomentar, tapi kalau sudah saling serang itu lho yang membuat saya agak risih. Walaupun mungkin benar orang yang berpendapat itu merasa bahwa argumennya sudah tepat dan merasa sebagai orang yang paling menguasai topik yang dibicarakan sehingga terkesan dia yang paling pintar. Tapi menurut saya seperti kurang etis atau kurang pantas ketika seseorang mengganggap orang lain bodoh hanya karena tak sependapat dengan argumennya. Apalagi ini dihadapan publik, kesannya tidak sopan dan tidak beretika. Itu pendapat saya lho! Saya sendiri mengatakan hal ini bukan karena saya sok pintar, toh kenyataannya saya memang bukan orang pintar. Saya bukan orang yang berpendidikan tinggi, saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang kebetulan suka ber-Kompasiana. Saya pribadi kalau dianggap tidak pintar begitu sih tidak akan tersinggung, memang kenyataannya begitu. Tapi belum tentu dengan orang lain bukan? Tiap orang kan mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda-beda. Karena itu, tidak bijak kiranya merendahkan orang lain di hadapan publik. Apalagi kalau sudah menganggap pendapatnya yang paling benar, sehingga ketika ada orang yang tidak sependapat dengannya dianggap kurang mengusai topik hingga akhirnya jadi ajang perdebatan. Sudah dijelaskan panjang lebar oleh penulisnya bahkan ditambah dengan orang lain, tetap saja ngotot. Sudah diserang sana-sini tetap saja ngeyel. Bahkan untuk mempertahankan prinsipnya sampai perlu melebar kemana-mana. Bawa-bawa logika matematika segala. Yang terjadi akhirnya hanya debat yang membosankan, bukan diskusi yang apik. Heran juga saya, koq ya ada ya orang yang sifatnya begitu. Ngototan, ngeyelan dan merasa pendapatnya paling benar. Tidak bisa menghargai perbedaan pendapat orang lain. Merasa dirinya paling pintar dan paling benar. Wah kalo sudah begini bahaya dong! Padahal diatas langit khan masih ada langit. Lagipula beda itu khan indah? Coba aja bayangkan jika pelangi itu warnanya biru semua, pastlah tidak indah bukan. Atau tengok saja ikan-ikan di aquarium anda (kalo ada lho hehehe), mungkin warnanya beraneka ragam. Dan itu sungguh menarik bukan? Apalagi tulisan pak Armand itu toh "hanya" opini. Jadi sah-sah saja kalo pak dosen berpendapat begitu. Kalo tidak setuju pun sah-sah saja, tapi tidak perlu ngeyel untuk memaksakan pendapatnya yang paling benar. Judulnya saja juga sudah jelas "hanya" sebuah tinjauan sederhana, jadi kita menanggapinya pun harusnya secara sederhana saja. Tidak perlu berlibet dan melebar kemana-mana. Buang-buang waktu dan pikiran saja, ya khan. Hidup itu sudah susah, jangan dibuat susah lagi. Santai saja, nikmati hidup ini dengan ceria. Bila perlu dengan cengengesan hehehe. Selamat Pagi dan Selamat Bercengengesan hehehe.....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun