Mohon tunggu...
Mantiko Langek
Mantiko Langek Mohon Tunggu... -

Saya berdomisili di depok, saya berdarah minang

Selanjutnya

Tutup

Politik

2014

26 Mei 2012   10:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:45 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa sekarang sudah 2012, hanya tinggal 2 tahun lagi Indonesia akan melaksanakan pemilu, sudah bermunculan tokoh2 yang akan mencalonkan diri atau idolanya untuk menjadi calon presiden indonesia.

Tapi tahukah rakyat siapa pemimpin yang patut menjadi panutan bagi mereka?? Jangan2 kita akan mendapatkan pemimpin yang hanya menyuburkan korupsi, entahlah mungkin rumput yang beroyang yang akan bisa menjawabnya. Berbagai strategi diciptakan hanya untuk mencari simpati.

Begitu juga peminpin yang sedang memerintah saat ini, sebagai contoh SBY :Semua orang yang mengomentari rencana demokrat menjadikan ani jadi presiden, sudah termakan strategi sby, ingat sby adalah jago strategi. Awalnya dia melempar wacana tidak mengijinkan istrinya jadi presiden, setelah itu para penjilat pan*at sby melontarkan isu dan menyodorkan ani sebagai calon. dan para pengamat dan masarakat ramai-rammai mengomentari dan mungkin ada yang mencaci, sehingga seolah-olah ani disakiti atau dizalimi, dan dengan kebijakannya sby meluncurkan blt agar rakyat bawah senang dan diam-diam dia menghubungi kpu untuk mengatur suara dpt. dengan janji diangkat sebagai petinggi dan pejabat, dan pada 2014 suara demokrat mencapai 40% dan pada pemilihan presiden langsung suara ani 75%, lalu jadilah ani sebagai presiden indonesia. Lalu anda mau ngomong apa???? karena rakyat yang pilih walaupun patut dicurigai tapi tidak bisa dibuktikan. dan terakhir datanglah laknat dari yang maha kuasa karena korupsi diindonesia naik 100%. he he.

Yanh begitulah negeri yang terkenal dengan gotong royongnya dan keramahannya, sekarang tinggal kenangan. Mari kita renungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun