Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sejuta Kenangan Menggowes Sepeda Saat Musim Salju di Rotterdam

20 Maret 2022   23:54 Diperbarui: 21 Maret 2022   08:12 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepeda dan tempat parkir sepeda di kota Rotterdam_Dok pribadi

(Contoh keberhasilan strategi pemerintah dalam menyehatkan warganya)

Dapat merasakan bersepeda sepanjang tahun di Belanda adalah sebuah pengalaman berharga dan sangat  membekas dimemori selama penulis menempuh studi di Rotterdam. Belanda secara umum dapatlah dikatakan bagai surga bagi pesepeda tanpa terkecuali. Disinilah dijumpai pesepeda mulai dari usia balita sampai dengan kakek nenek yang seperti terus bersemangat mengayuh dua pedalnya dan melaju dijalur sepeda yang saling terhubung mulai disepanjang kota, taman-taman yang tertata indah dan bersih maupun sampai di komplek-komplek perumahan.

Menuju kampus melalui jalur sepeda dengan traffic light khusus sepeda_Dok pribadi
Menuju kampus melalui jalur sepeda dengan traffic light khusus sepeda_Dok pribadi

Bagi seorang pelajar sepertiku pada saat itu, bersepeda dalam berbagai aktifitas harian akan membuat hemat dikantong. Sejumlah Euro akan dapat disimpan. Uang lebih tersebut kemudian akan ditukarkan demi mendapatkan tiket: kereta api, mobil dan bahkan pesawat untuk modal teroka negara benua biru lainnya. Sebuah skenario yang sangat logis.

Jalur khusus sepeda diantara rindangnya taman hutan kota_Dok pribadi
Jalur khusus sepeda diantara rindangnya taman hutan kota_Dok pribadi

Dengan rajin bersepeda juga ternyata membuatku dapat menghadapi cuaca ekstrim yang dan justru membuat tubuhku tetap bugar dan tidak mudah terserang penyakit seperti flu maupun batuk.

Kecintaan akan kegiatan jalan dan terutama bersepeda oleh hampir sebagian besar orang Belanda ini juga menurut dugaanku terkait erat dengan lama rata-rata usia hidup serta tinggi tubuh orang Belanda yang merupakan salah satu tertinggi didunia. Tentu selain faktor gizi makanan yang mereka konsumsi maupun sanitasi yang lebih baik. Usia rata-rata penduduknya bahkan dapat hidup sampai diatas 89 tahun* . 

Belanda hanya kalah dari Islandia dan Australia. Ya, sekali lagi kebiasaan mereka bersepeda dan jalan kakilah yang menyebabkan mereka dapat hidup lebih berkualitas di usia lanjut. Sedang negara kita Indonesia baru dapat mencapai usia hidup rata-rata 67 tahun. Tentunya masih merupakan pekerjaan rumah yang panjang untuk semua pemegang kepentingan di negara kita.

Balita dalam boks sepeda di jalanan kota_Dok pribadi
Balita dalam boks sepeda di jalanan kota_Dok pribadi

Rasanya tidak sah jika saat menyebut negeri bunga Tulip kemudian kita tidak membicarakan sepeda. Sebuah gaya hidup untuk terus semangat bergerak baik melalui jalan kaki maupun bersepada dalam berbagai aktifitas hariannya. Tidak ada istilah 'mager' seperti anak muda zaman sekarang sebutkan untuk melabel sesorang yang fisiknya malas  bergerak.

Aktifitas bersepeda yang dimulai sejak usia sangat belia _Dok pribadi
Aktifitas bersepeda yang dimulai sejak usia sangat belia _Dok pribadi

Kemudian jika kita lihat lagi untuk tinggi rata-rata pria Belanda mencapai 182,5 sentimeter dan perempuannya 168,7 sentimeter. Bandingkan Indonesia dengan tinggi badan laki-laki masih dikisaran 166 sentimeter dan perempuan masih di 154 sentimeter.Perbedaan tinggi fisik ini terasa sangat mencolok disaat kita sedang berbicara dimana orang Belanda harus menunduk dan kita harus mendongak keatas. Sesekali tentu akan dapat menimbulkan rasa inferior terutama dalam hal fisik.

Bersepeda diantara parkir sepeda_Dok pribadi
Bersepeda diantara parkir sepeda_Dok pribadi

Hal diatas mungkin saja tidak terlepas dari ketersediaan Infrastruktur transportasi Belanda yang telah didesain sedemikian rupa agar seluruh rakyatnya aktif bergerak. Sebuah pilihan dan investasi sehat yang sangat cerdas oleh kerajaan. Sejak merancang infrastruktur terutama transportasi mereka sudah memikirkan bagaimana aktifitas fisik menggerakkan tubuh yang menyehatkan bagi setiap orang. 

Sedangkan untuk kasus negara kita Indonesia sebenarnya saat ini penulis melihat pembangunan kereta api bandara, stasiun di pusat kota dan transportasi umum ibukota sepertinya telah mendekati konsep diatas. Setiap penumpang seperti dipaksa untuk berjalan kaki dalam jarak tertentu yang pada akhirnya membuat badan terasa lebih hangat serta sedikit ngos-ngosan karena adanya aktifitas jalan kaki.

Parkir sepeda di sekitar kampus_Dok pribadi
Parkir sepeda di sekitar kampus_Dok pribadi

Jika kita melihat infrastruktur untuk pesepeda di Belanda memang telah diciptakan dengan cukup baik dan memadai. Jalur sepeda berwarna merah bata cerah tersebut dilengkapi dengan traffic light khusus. Setiap pusat aktiftas penting seperti: pasar, sekolah, stasiun kereta api, bus dan bandara dapat dipastikan semua terhubung dengan jalur sepeda. Sedang kantong parkir khusus sepeda dibangun dalam jarak tertentu untuk memastikan kita harus berjalan kaki setidaknya sekitar 5-10 menit. Sehingga tidak jarang terlihat orang-orang berjalan cepat atau berlari demi mengejar jadwal keberangkatan kereta yang selalu tepat waktu.

Tetapi secara tidak sadar infrastruktur yang dibangun telah mampu menggerakkan warganya agar tidak malas bergerak. Sebuah gaya hidup yang bukan tergantung musim dan pantas ditiru. Aktifitas rutin fisik yang juga dapat mencegah berbagai penyakit degeneratif. 

Jika dilihat dalam skala lebih besar, hal tersebut tentu akan dapat mengurangi belanja kesehatan individu rumah tangga dan bakan negara. Kebijakan membuat rakyat tetap bergerak dan sehat  sepertinya tidak tunggal, tetapi juga disertai dengan insentif dan disinsentif seperti melalui pajak kendaraan, harga BBM serta tarif parkir kendaraan pribadi yang tinggi.

Meskipun dijalanan umum Belanda yang lebar dan semuanya tampak berjalan tertib. Tetapi disanalah juga terkadang adrenalin ku dipacu lebih tinggi. Sering dipagi hari disaat jam masuk kantor dan sekolah, sepeda terlihat seperti menyemut dijalurnya dan sering dipacu kencang tanpa rasa takut terutama oleh anak muda usia belia.

Jalur sepeda disaat musim salju didepan Erasmus Universiteit_Dok pribadi
Jalur sepeda disaat musim salju didepan Erasmus Universiteit_Dok pribadi

Belanda, sepeda akan dapat mengantarkan kemana saja tempat yang ingin kita datangi. Jalur sepeda terhubung sejak dari tempat tinggal kediaman hingga keseluruh titik pusat keramaian dan aktifitas penting seperti pasar, sekolah, taman, stasiun bus, kereta api dan bahkan bandara.  Sebuah model penerapan jejaring transportasi sepeda yang terintegrasi dengan tujuan akhir memberikan efek bergerak massal penduduk sehingga meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup bagi warganya secara berkelanjutan.

Sedang bagi pelajar sepertiku, bersepeda adalah salah satu cara untuk menghemat uang saku beasiswa.Tantangan hanya harus rela menggowes sepeda tanpa henti meski ditengah musim gugur dan dingin bersalju.

Perubahan dari musim panas ke gugur biasanya angin berhembus kencang di kota Rotterdam. Pengalaman mengayuh sepeda saat berlawanan dengan arah angin dimusim saat daun-daun mulai menguning dan kemudian meranggas hebat itu kadang angin tiba-tiba terasa menghentikan sepeda. 

Terlebih lagi angin yang datang tersebut seperti menemukan momentum percepatannya sesaat terkumpul sempurna diantara lorong gedung-gedung tinggi pencakar langit yang tampak modern.   Dimusim itu juga beberapa kali terlihat nenek-nenek di supermarket sesaat akan keluar dari pusat perbelanjaan jatuh terjungkal karena tidak bisa menahan hembusan angin kencang yang secara tiba-tiba datang.

Salah satu kantong parkir bertingkat di Amsterdam_Dok pribadi
Salah satu kantong parkir bertingkat di Amsterdam_Dok pribadi

Berbeda lagi tantangannya disaat musim salju. Bahkan sempat beberapa teman menyarankan untuk tidak bersepeda ke kampus dan naik tram saja yang bisa membuat tubuh terasa hangat dan nyaman disepanjang perjalanannya. 

Tetapi rasa penasaran untuk bersepeda di sepanjang musim salju tidak terelakkan. Dalam benakku menjawab bahwa tidak akan mungkin lagi bisa mendapatkan pengalaman bersepeda di tengah salju lembut yang turun melayang-layang dari langit ketika sudah kembali ke tanah air. 

Ternyata keinginan untuk terus bersepada sambil merasakan sensasi salju turun lebih kuat menarikku untuk terus berpetualang dijalanan yang sering tertutup penuh salju yang dingin terasa menggigit kulit terutama bagian kulit yang terbuka langsung mengenai udara. 

Oksigen juga dirasakan sangat tipis karena sesekali terasa sulit bernafas. Sering juga dengan keisenganku sengaja menghembuskan nafas dalam-dalam demi melihat uap air yang terlihat sangat nyata di udara luar yang sebelumya hanya bisa kusaksikan di film-film.

Biasanya jalanan yang sudah dipenuhi salju tebal di jalur sepeda dibersihkan oleh petugas dengan kendaraan khusus pembersih salju. Jujur saja di musim ini tenaga ektra  diperlukan dalam usaha mengayuh sepeda. Tantangan berikutnya adalah disaat serpihan lembut salju yang menumpuk sebelumnya untuk beberapa hari kemudian akan mulai mengeras menjadi batu es yang melapisi jalan. Disituasi tersebutlah jalanan menjadi sangat licin dan mengendalikan kemudi sepeda sesuai arahnya menjadi tidak mudah dan kemudi sulit dikendalikan.   Kemudian aku menjadi mengerti mengapa tabrakan mobil yang tidak disengaja sering terjadi dimusim salju tersebut.

Kunci keberhasilan  mengayuh sepeda dimusim salju adalah harus dengan kecepatan lamban dan harus segera berhenti disaat sepeda tiba-tiba meluncur tanpa dapat dikendalikan. Mengayuh sepeda dimusim ini memang diperlukan nyali yang lebih besar. Justru dimusim ini jugalah aku melihat seorang pimpinan sekolah terkemuka dikota Rotterdam bersepeda ria bersama menuju kampus ditengah salju turun yang tampak memutih bersih di merata tempat.  

Pada waktu musim salju juga artinya durasi siang menjadi lebih pendek dibanding malam hari.  Dimusim dingin menggigil tersebut matahari baru akan terbit sekitar pukul 9 pagi dan kemudian akan tenggelam sekitar pukul 4 sore. Sedangkan jam belajar  atau kerja kantor harian tidak berubah yang dimulai pukul 9 sampai dengan 5 sore. Sehingga praktis  kita harus pergi pulang sekolah dalam keadaan langit gelap dengan keriuhan jalanan dijalur sepeda tetap ramai seperti biasanya.

Di waktu pagi biasanya ada pemandangan yang selalu menarik perhatianku. Untuk anak-anak balita bule yang belum bisa mengayuh sepeda untuk pergi sekolah maka mereka akan dibawa dengan sepeda kayuh yang bentuknya seperti becak. Semua terlihat lucu dan mengemaskan. Bocah balita tersebut duduk tenang dan nyaman didalam kotak terlindung diposisi bagian depan sepeda. Sedang untuk anak usia taman kanak-kanak mereka mulai diajarkan bersepeda dibawah kendali orang tuanya. Sungguh sebuah contoh pembiasaan yang sangat menarik.

Bagiku sepeda saat di Belanda merupakan transportasi lokal utama. Dibagian belakang sepeda, di bagian kiri kanannya selalu tersedia kantong yang menyerupai tas untuk membawa berbagai barang keperluan. Negeri yang saat ini dipimpin oleh raja tidak menyiapkan kantong plastik saat berbelanja. Jikapun ada kantong plastik tersebut dijual dengan harga mahal. Kantong belanja yang melekat di sepeda itulah yang akan membantu kita untuk membawa berbagai belanjaan dengan aman dan nyaman sampai dikediaman.

Paling tidak 3 hari sekali  aku berbelanja dengan sepeda ke supermarket terdekat untuk membeli kebutuhan harian seperti susu cair segar, roti tawar lengkap dengan aneka selainya serta buah. Membiasakan makan dengan menyesuaikan tempat dimana kita tinggal bagiku adalah bagian dari strategi untuk bertahan hidup. Biasanya juga aku akan selalu membeli rijsdessert yaitu sejenis makanan kemasan langsung konsumsi seperti bubur nasi yang terasa manis oleh campuran susu dan keju didalamnya.  Ia merupakan jenis produk makanan  favorit dan wajib ada bagiku jika  tidak ingin perut keroncongan ditengah suasana dingin menggigil.

Sepeda memang seperti identik dengan keseharian orang Belanda. Sering terlihat sepeda dibeberapa gerbong kereta api bertanda khusus untuk tujuan dan waktu tertentu dimana sepeda diizinkan untuk dibawa serta.

Bagi penumpang kereta yang akan bepergian jauh antar kota, stasiun kereta api telah menyediakan lapangan kantong parkir sepeda gratis yang luas. Disana biasa tampak seperti lautan sepeda. Pemandangan serupa dapat juga kita temui di kampus-kampus karena sebagian besar mahasiswa dan dosen bersepeda saat pulang pergi ke kampus.

Di Belanda akan dengan mudah kita dapatkan tempat parkir untuk sepeda.  Kita tinggal mengunci dengan gembok terbaik agar masih bisa melihat sepeda kita lagi. Pengalaman penulis juga sempat kehilangan sepeda saat diparkir di tepi sebuah jalan raya. Di Belanda tingkat pencurian sepeda tergolong tinggi dan sepeda hasil curian akan dijual dipasar gelap dengan harga miring.

Tetapi apapun cerita terkait bersepeda di Belanda ia merupakan suatu kenangan manis bagi penulis karena sesaat pernah menjadi bagian masyarakat yang sangat menggemari aktifitas bersepeda serta menjadi suatu gaya hidup sehat berkelanjutan.

Ahh..entah kapan lagi bisa bersepeda kembali di musim dingin yang penuh sensasi itu...

Sambas, 20 Maret 2022

Jan Bestari

#Serpihan Kenangan Teroka Benua Biru#

* https://data.tempo.co/data/476/negara-dengan-presentase-penduduk-yang-berumur-lebih-dari-65-tahun

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun