Sambas dengan alur sungainya yang panjang dan berkelok sampai ke hulu itu juga sekaligus tempat hidup berbagai biota sungai dengan potensi protein hewani yang besar bagi masyarakatnya.
Di sungai air tawar itu diantaranya hidup udang galah (Macrobrachium rosenbergii) Â yang pada musim tertentu tersedia dalam jumlah melimpah. Jenis udang ini jugalah yang menjadi sumber rasa gurih alami dan nikmatnya sajian kuliner bernama Tumpi. Sajian kuliner yang jarang ditemukan lagi di masyarakat.
Rasa gurih yang didapatkan itu berasal dari udang galah yang seperti menyatu sempurna dengan parutan kelapa agak muda yang telah diberi bumbu dapur seperti bawang putih dan merah, lada, jahe, garam dan penyedap rasa secukupnya.
Hal penting yang harus diingat dalam pembuatannya adalah kita sebaiknya menggunakan daging kelapa yang masih muda dan agak lembut karena diharapkan akan menimbulkan efek rasa manis dan lemak alami yang terasa lembut dilidah.
Rasa creamy alami yang tercipta dari sari pati kelapa berpadu dengan bumbu rempah dan rasa udang yang rasanya tersamar lembut itulah  yang membuatnya terasa unik.
Semua bahan olahan tumpi kemudian dibungkus menyatu dalam daun pisang muda  untuk kemudian dikukus sampai matang.
Untuk mendapatkan rasa dan aroma wangi yang lebih kuat, setelah dikukus matang tumpi yang dibungkus seperti pepes dapat di bakar diatas bara api yang nantinya akan keluar bau wangi secara perlahan kelapa muda dan saripati udang yang harum menguar kemana-mana bersamaan dengan bau hangus sedikit daun pisang pembungkusnya.
Â
Saat tepat mengkonsumsinya yaitu  disaat tumpi masih hangat dan mengeluarkan asap wangi perpaduan bahan alami hasil alam lokal Sambas yang baru saja diambil dari alam semula jadi.
Mencecap tumpi adalah bagian dari upaya kita mempertahankan eksistensi kuliner lokal.
Sambas, 10-2-2022
Jan Bestari
#Tumpi kuliner Sambas tempo dulu#