Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Mati (16 Prahara dan Memanggil Semangat)

31 Januari 2022   06:43 Diperbarui: 31 Januari 2022   13:14 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf karena aku hanya bisa sekali menemani Kemala menemui Dewa. Rasanya Dewi telah menunaikan semua keinginan-keinginan ayah selama ini. Aku tidak bisa membohongi perasaanku lagi ayah. Semuanya telah usai.

Sekali lagi maafkan Dewi. 

Dari anakmu Dewi yang tidak bisa lagi melanjutkan harapan-harapan ayah

Tanpa kusadari kertas yang ada ditanganku telah berpindah ketangan Raja Bestari. Ia tampak membaca pesan terakhir anak kesayangannya. Dibacanya dengan perlahan dan beberapa kali harus terhenti, air matanya mengalir deras karena perasaannya yang sangat tertekan.

Kadang ia menangis terisak karena anak satu-satunya dari orang yang sangat dicintainya Tanjung Buih harus juga meninggalkannya. Sebuah harga yang sangat mahal harus dibayarnya.

Harta dan fasilitas hidup ternyata tidak bisa menyelesaikan perasaan hampa seorang anak yang sangat rindu kepada ibu kandungnya. Rasa cintanya terlarangnya yang tidak diketahuinya. Perasaan tertekan untuk selalu mengikuti keinginan Raja ternyata telah membuat Dewi menderita lahir batin dan mengakhiri hidupnya dengan menenggak segelas racun.

****

Di kampung diceritakan bahwa Aku yang sedang membawa tamu dari kota belum kembali ke kampung. Tentu, emaklah yang paling khawatir dengan keadaanku. Sebagai anak laki satu-satunya yang tersisa di keluarga saat ini tentunya emak berharap banyak agar aku dapat menjadi kebanggaaan bagi ke dua orang tua.Seperti yang ditanamkan selalu kepadaku sedari kecil untuk selalu menolong orang lain maka karma itulah yang akan menolongmu. Kata pamungkas itulah yang dikatakan berulang ulang. Sehingga selalu kuingat pesannya untuk selalu menolong orang lain terutama yang dalam kesusahan.

Kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kampungku, untuk aku dapat membantu tamu-tamu yang akan ke pulau juga merupakan salah satu karma baik nantinya. Dimana nilai kepercayaan, dan ketulusan merupakan nilai manusia yang tidak ternilai oleh materi dan uang. Hal itulah yang membuat emak selalu yakin aku akan selalu mendapat pertolongan jika aku terlambat kembali ke kampung. Banyak hal-hal di lapangan yang tidak bisa diprediksi dikarenakan faktor cuaca, mesin perahu motor dan alam lainnya yang tidak terduga sebelumnya. Tetapi karena nilai hidup yang ditanamkannya dapat kujalankan dengan baik, sehingga aku menjadi anak yang dapat dibanggakan sekaligus harapan terakhirnya setelah kehilangan semua anggota keluarganya

Setelah 7 hari, dari 3 hari yang direncanakan kami juga belum kembali. Beberapa orang dikampung diperintahkan untuk menyusul di pulau. Mereka yang mencari hanya melihat perahu motorku masih tertambat di bangunan jermal Datuk Emran. Tetapi tidak ada satupun penghuni disana. Tenda kami dipulau juga kosong melompong tanpa penghuni. Hanya terlihat bekas perapian yang berupa arang-arang kayu habis terbakar. Dan tetap tanpa diketahui keberadaanku beserta 3 orang tamu yang bersamaku.

Di tengah keputusasaan orang-orang kampung yang mencariku di pulau,mereka juga mencariku ke hutan mangrove sekitar pulau, tetapi tidak juga ditemukan dan sampai akhirnya diwaktu ba'da maghrib hari ke-7  yaitu persis berakhirnya masa larangan orang-orang untuk melaut. Emak dengan doa-doanya dalam setiap sembahyang nya tetap mendoakan untukku yang terbaik. Dihari ke-7, rasanya aku terlempar dengan sangat kuat dari kamar istana super mewah itu dan tertidur kembali di bangunan jermal Datuk Emran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun