Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Mati (4. Pulau Salem High Country)

29 Januari 2022   18:30 Diperbarui: 29 Januari 2022   18:34 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dari pictsart app

"Nyaman sekali rasanya ditelapak kaki, Dewi!" Kemala melompat-lompat kegirangan . Kemudian mereka bersama berlarian kecil menginjakkan kaki-kaki jenjangnya dipermukaan rumput hijau yang menutup pasir daratan pulau secara sempurna. Hijau merata sejauh mata memandang. Bunga liar kecil beraneka warna ada disela-sela warna hijau segar didasar daratan pulau berpasir itu. Semuanya lagi sedang mekar dengan bunga warna warni merah, ungu dan kuning bertaburan dipermukaannya. Sesuatu pemandangan yang sangat memanjakan mata.

"Sungguh! memang seperti sepotong surga, Dewa," Fithar berujar sedikit hiperbolis. Pandangannya tidak lepas dari melihat gerak-gerik dua teman gadisnya, meskipun dari kejauhan. Sedang yang diujung sana, dua peri cantik lagi asyik bermain kejar-kejaran, tertawa lepas dan kadang diselingi dengan kegiatan memetik bunga liar yang tumbuh terserak diantara hijau rerumputan.

Aku tidak terkejut dengan pernyataan Fithar terakhir. Pernyataan tersebut sudah jamak kudengar langsung dari orang-orang yang pernah kubawa ke pulau ini. Tetapi yang pasti bagiku, Fithar tampak seperti orang kepercayaan khusus yang ditugaskan menjaga dua bidadari yang lagi bersukaria diatas taman gratis yang dipersembahkan tuhan di Pulau Penyu ini.

Sambil membangun tenda kadang aku dan Fithar scara bergantian terus memperhatikan tingkah polah dua temannya. Terus berlarian kesana-kemari, memetik bunga dan duduk bercengkrama akrab diselanya. Terkadang berlarian berpegangan tangan sambil tertawa lepas seperti gadis kecil yang baru saja mendapat mainan boneka baru yang sedang bermain ditaman bunga yang sangat luas. Kadang kami hanya saling melempar senyum melihat mereka bermain. Memang sungguh menyejukkan jiwa, kala dapat melihat kegembiraan orang-orang bermain dibawah teduh cemara yang pohonnya rindang.

Pulau yang dapat kukatakan pasti dapat menghipnotis siapa saja yang berkesempatan melihatnya secara langsung.

"Putri-putri kayangan jika turun kebumi pasti akan bermain seperti mereka,"sambil aku menunjuk dua gadis yang lagi bermain dimabuk keindahan alam sambil tersenyum kepada Fithar.

"Persis!" balas Fithar singkat. Tetap dengan matanya yang terus memperhatikan dua bidadari kawalannya dari kejauhan.

"Tidak hanya manusia yang menyenangi pulau ini, Fithar!" kusambung pernyataanku lagi sambil aku terus bekerja bersama pengawal dua putri kahyangan itu.

"Hewan purba penyu pun tidak mau melewatan keindahan pulau ini," lanjut penjelasanku sambil sedikit berteriak kepada Fithar agar suaraku dapat mengalahkan suara angin dan gelombang pantai yang menderu-deru. Selama ini penyu-penyu tersebut mendamparkan dirinya secara sukarela untuk dapat bertelur dan menetaskannya dihamparan pantai pasir putih tebal yang terbantang dari selatan ke utara.

"Ikatkan talinya ke pohon cemara terdekat, Fithar!" pintaku kepadanya. Itu tanda dari akhir pekerjaan kami. Tali tersebut adalah tali dari dua tenda yang disatukan, yang harus diikatkan kepada sebuah tonggak kayu atau pohon. Tujuannya agar tenda nantinya tidak roboh. Setelah itu, barulah kami berempat mulai meng-eksplor pulau cantik ini bersama-sama.

Pulau yang kulabel sebagai Pulau Salem High Country disebabkan karena pemandangannya menyerupai sebuah iklan terkenal dari negeri tetangga. Orang kampung kami seusiaku pasti pernah melihat iklan tersebut melalui antena TV yang dibuat tinggi menjulang. Batang untuk penyangga antena tersebut berasal dari kayu atau bambu lurus. Bahkan kadang sampai mencapai diatas 10 meter demi mendapatkan kualitas gambar dan suara yang jernih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun