Kerajaan Sambas Darussalam, seperti seuntai permata di khatulistiwa. Sebuah negeri yang tampak hijau dengan aneka pohon-pohon raksasa yang meneduhkan melindungi negeri. Sungai-sungai lebar, dalam dan berkelok-kelok sampai kehulu telah menghidupi orang-orang yang tinggal dikiri kanannya. Sungai air tawarnya berwarna hitam kemerahan karena tanahnya berasal dari pohon dan dedaunan yang belum melapuk sempurna. Dibawah tajuk pohon yang tinggi menjulang, permukaan tanahnya selalu lembab dan basah dan jika berjalan diatasnya terasa menginjak kasur berbahan kapuk tebal dan empuk.
        Laporan yang kudapatkan dari pemerintah Hindia Belanda sebelumnya, bahwa di 1602 Meneer Oliver Van Dijk membawa kotak sirih yang berbahan perak mengkilat sebagai hadiah kepada penguasa  Sambas Darussalam. Hadiah ditujukan agar nantinya Belanda diizinkan berdagang emas dengan syarat, Belanda akan membantu melindungi kerajaan dari berbagai ancaman musuh yang datang mengancam. Meneer Van Dijk biasa ia disebut, dari tulisan yang kubaca ia adalah seorang antropolog Belanda yang biasa berpakaian serba putih dan bertopi bulat boater[1] juga berkacamata bulat dengan rokok pipa ditangan kirinya yang selalu digenggamnya. Goresan tinta dari cerita-ceritanya sepanjang perjalanan ke Sambas sangat mengasyikkan dan sering kubaca berulang kali. Dari catatan-catannya yang kupelajari tampak ia seperti seorang ilmuwan tulen dengan keingintahuan budaya Sambas yang tinggi, yang justru lebih menonjol daripada melaksanakan tugas yang diberikan oleh kongsi dagang Belanda.
Â
Catatan jejak perjalanan Meneer Van Dijk bersama Bestari pemuda lokal, akhirnya menjadi rujukan setiap orang yang akan mengunjungi Sambas Darussalam sampai saat ini. Lembaran sejarah Sambas Darussalam telah sempat sebagian kubaca sejak di Bristol. Beberapa dokumen kubuka kembali selama di Hindia Belanda yang kuyakini sampai saatnya nanti pasti akan sangat berguna. Seperti rangkuman penting yang kuintisarikan dibawah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H