"Aku akan tetap melayani Tuan dengan baik, layaknya seperti yang telah kukerjakan selama ini!" ujar Mayang yang tidak bisa menutupi kegelisahan hatinya, disaat kuutarakan niatku agar ia tinggal saja serumah denganku.
"Tuan dapat mengambil perempuan muda dan cantik lainnya" balasnya tegas disaat aku kembali mendesak agar ia melakukan sesuai dengan keinginanku. Jawabannya yang demikian justru lebih meyakinkanku bahwa Mayang bukan gadis biasa. Akhirnya aku mengalah. Meski surat cinta Arthur selalu mengusikku yang Mayang saat ini lebih mencintai Arthur pemuda perayu itu.
Aku membatin, Apakah aku seorang yang berumur paruh baya dengan fisik kaki yang kurang sempurna  tidak sepadan lagi dengan Mayang yang belia ini?
"Apakah kau mencintai Arthur?" tanyaku tanpa kata bersayap lagi untuk memastikan semuanya sehingga membuat hatiku tenang. Sepertinya ia terguncang dan ketakutan saat kusebut nama Arthur. Wajahnya langsung pucat pasi.
"Tidak ..., sungguh tidak begitu, Tuan Stewart" jawaban Mayang lirih, rambutnya hampir menutup sebagian wajahnya yang selalu tertunduk saat aku berkomunikasi dengannya. Tampak wajahnya seperti menahan sakit yang ditahan dengan sekuat tenaganya.
"Aku akan tetap melakukan pekerjaan seberat apapun, Tuan," kepalanya semakin menunduk seperti memohon agar tidak dipecat dari pekerjaannya,"tetapi tidak untuk tinggal bersama Tuan," sambungnya lemah dan pelan. Ia seperti ingin berlalu agar segera dapat kembali meneruskan pekerjaan yang belum diselesaikannya.
Aku tahu bahwa gadis belia tersebut harus menanggung beban hidup keluarganya yang dapat kukatakan melarat dan ibunya saat ini sedang sakit-sakitan. Tentu juga aku tidak tega dan tidak akan mungkin memecatnya. Apalagi jika mengingat pengorbanannya mendampingiku selama aku sakit keras. Malahan saat ini aku menginginkan hubungan yang lebih jauh lagi.
Tetapi kecemburuanku tetap kembali menyeruak. Rasa penasaranku sepertinya belum padam. Apakah memang ada cinta diantara mereka?, masih terus saja menggelayuti fikiranku. Seperti isi surat yang memperlihatkan betapa eratnya jalinan hubungan Arthur dan Mayang. Surat yang ditulis rapi dengan bahasa yang indah masih kusimpan rapi dimeja khusus dengan laci yang terkunci.
Pada saat diinterogasi oleh pejabat inggris di Buitenzorg, dalam kesempatan itu aku dapat menjelaskan kepada pejabat yang menginterogasi bahwa hubunganku dengan Mayang adalah murni rasa sayang meskipun Mayang menganggap hubungan kami antara pemberi kerja dan pembantu pribumi yang memerlukan pekerjaan. Meski jauh dilubuk hati paling dalam Mayang telah kuanggap kekasihku yang orang lain tidak perlu mengetahui itu.
Rumor dimana aku telah tidur dan tinggal serumah dengan Mayang dapat kupatahkan saat interogasi karena alasan sakit kerasku, yang mengharuskan seseorang Mayang selalu berada disampingku sepanjang waktu tanpa jeda.