(Catatan kecil dari perjalanan pertama disaat pandemi diantara rindu dan cemas akan Jakarta)
PCR test adalah kendala pertama saat tujuan penerbangan kita ke Jawa dan Bali yang bukan zona hijau. Tujuan diluar pulau tersebut cukup dengan tes antigen dan bisa dilakukan dibandara 2 jam sebelum penumpang cek in.
Sambas daerah terujung di utara Kalbar belum mempunyai tempat tes PCR terdaftar. Singkawang adalah kota terdekat untuk mendapatkan tes tersebut. Diperlukan waktu 4 jam pp untuk kita dapat menjangkaunya. Itu dilakukan untuk mendapatkan kartu bebas covid-19 minimal sehari sebelum keberangkatan.
Kemudian perjalanan darat yang panjang dengan waktu 7 jam membuat stamina tubuh kadang sedikit mengendor. Itu dikarenakan jadwal penerbangan pukul 12 siang kita harus dapat memastikan sampai di bandara Supadio paling tidak pukul 10 pagi. Untuk itu setidaknya pukul 3 dinihari kita harus bangun dan segera bersiap untuk pergi mendekati bandara di Pontianak.
Suasana bandara tampak lengang pagi ini. 2019 saat situasi normal, orang-orang  terlihat sibuk datang dan pergi. Parkir kendaraan mobil bandara selalu penuh. Sekarang hanya berjejer taksi bandara yang sepertinya telah lama menunggu penumpangnya yang belum kembali.
Beberapa kios jualan tampak gelap dan masih tutup.AC bandara terasa sedikit hangat. Semua tampak tenang dan lengang.
Sebelum cek in Memasuki bandara harus dapat memperlihatkan kartu vaksin 2 serta hasil tes PCR negatif dapat diperlihatkan melalui aplikasi Peduli Lindungi Diri. Pemakaian masker dan jaga jarak selalu diingatkan melalui pengumuman yang tertempel dimana-mana.
Pramugari/a semuanya memakai masker, face shield dan sarung tangan dalam melayani tamu yang sedang boarding. Gerakan menjadi tidak leluasa. Penumpang dihimbau untuk mengurangi interaksi dengan kiri kanan sesama penumpang serta menggunakan masker dengan benar. Hal itu juga diinfokan didepan tempat duduk masing masing penumpang.
Bandara Soetta...
Yang biasanya selalu padat merayap terlihat lengang.Mungkin karena hari Ahad.Setiap penumpang yang baru datang ditanyakan aplikasi Peduli Lindungi Diri sebelum masuk ke ibukota.
Â
Sopir taksi saling beradu cepat untuk mendapatkan penumpangnya. Mungkin hari ini penumpang lagi sepi karena bukan hari kerja.
Di perjalanan keluar tol, bunga kertas beraneka warna yang ditanam di median jalan terasa menyejukkan mata ditengah terik matahari tropis yang menyengat.
Dihotel kembali kita diminta untuk menerapkan prokes. Hand sanitizer disediakan dipintu lift, jejak kaki untuk posisi antri atau berdiri sudah diatur sedemikian rupa.
Untuk memasuki mal juga kita diminta kembali menunjukkan aplikasi yang memperlihatkan kita telah divaksin sempurna.
Waktu PCR yang efektif berlaku hanya 2 hari, sehingga memaksa kami mencari tempat tes disekitar hotel tempat menginap agar keesokan harinya diizinkan menaiki pesawat. Pencarian bermula sekembali dari melaksanakan dinas pukul 15.00. 4 tempat kami sambangi mulai dari berjalan kaki sampai dengan naik kendaraan umum. Tetapi kami tidak mendapatkannye. Tutup, hasil tes yg terlalu panjang membuat kami belum bisa mendapatkannya sampai waktu maghrib tiba.
Kemudian di lanjutkan mencari diluar wilayah hotel dibeberapa titik dan akhirnya mendapatkannya di sekitar Gambir yang melayani 24 jam penuh. Pilihan tes tersedia dalam durasi hasil tunggu yg berbeda mulai dari 10, 16 dan 24 jam
 Semakin singkat harga yang dibayar akan semakin tinggi serta mendekati juta an yang dibawah 10 jam. Kami kembali ke hotel setelah mendekati pukul 12 malam dan terus berharap virus tidak menginfeksi tubuh serta berharap cepat berlalu dari alam yang tampak mulai rapuh.
Sebuah perjalanan rindu Jakarta yang mendebarkan. Kehidupan normal baru menjaga diri sendiri sekaligus bagaimana upaya kita melindungi orang lain.
Jan Bestari
 17-19 Oktober 2021
Tugas pertama keluar daerah sejak pandemi covid 19 dalam sebuah ke normalan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H