Sambas sebuah negeri kaya penghasil emas, intan dan karet di zamannya. Banyak mengundang peniaga datang dari berbagai bangsa.
Rajanya alim nan bijak penguasa lautan. Rakyatnya makmur, taat lagi beradab. Pemudanya banyak pergi mengaji ke tanah suci Mekkah.
Sungai menjadi urat nadi kehidupan.Kapal-kapal hilir mudik berlayar sampai ke hulu. Steher- kampungnya sibuk bongkar muat dagangan.
Pagi itu disaat matahari mulai menanjak...
Ibu-ibu berkerudung kain sibuk mencuci pakaian dengan tenangnya. Sedang anak anak disampingnya berloncatan kesungai saling kejar riang gembira disaat air  pasang yang warnanya coklat kemerahan. Jamban dan perahu-perahu yang terikat seperti dihantam gelombang karenanya.
Sepoi angin sungai dengan aroma khasnya menguar hidung. Terasa dingin yang menyegarkan tubuh.
Diseberang sungai sana tampak berjejer rumah menghadap sungai sangat megah bercat kuning dan putih. Beratap sirap yang menyejukkan penghuni dibawahnya. Bukaan pintu dan jendelanya sangat lebar.Â
Tiang-tiang penyangganya yang kokoh berasal dari kayu jenis Eusideroxylon Zwageri  yang tak akan lapuk oleh zaman. Lantai papannya bersih mengkilat bagai cermin yang sangat nyaman saat diinjak.
Jembatan di sepanjang sungai menyatukan rumah sekampung bagaikan keluarga besar. Gerbang-gerbang selamat datang bercat putih seperti mengucapkan selamat datang di kota Sambas sebuah kota yang berbudaya sungai tempo dulu.
Jan Bestari
Sambas, Senin 11-10-2021_Museum Daerah Kab Sambas