Mohon tunggu...
Edi Himawan
Edi Himawan Mohon Tunggu... -

Foto. Fotografi. Fotografer.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Novel Melawan Arus "Anak Desa yang Menaklukkan Dunia"

5 Desember 2013   01:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:18 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Melawan Arus Penulis : Raffreds Northman Penerbit : Nulis Buku Tanggal Terbit : 31 Oktober 2013 Jumlah Halaman : 174 halaman Ah, akhirnya novel ini tiba di depan rumahku. Dengan berjuta harapan untuk memilikinya, kini aku bisa membacanya dengan penuh penasaran dan sukacita. Dari judulnya saja “Melawan Arus” aku sudah membayangkan akan menemukan kumpulan cerita-cerita yang membuat tanda tanya. Apa arti dari melawan arus? Apakah ini sebua cerita misteri? Aku mulai membaca bab 1, 2, dan 3 di hari pertama. Hendry, seorang anak desa yang dilahirkan dengan keadaan ekonomi pas-pasan, terpaksa bekerja serabutan membantu orang tuanya yang bekerja sebagai buruh tani dan pemetik teh. Sejak kecil, ia sudah bercita-cita sangat tinggi, ingin berkeliling dunia. Hendry anak yang aktif dan rajin bertanya tentang apa yang belum ia tahu. Ini menandakan ia anak yang insiatif dan cerdas. Masa remaja Hendry penuh dengan lika liku. Untuk makan saja susah, apalagi sekolah. Oleh karena itu kerja kerasnya bekerja serabutan akhirnya membuahkan hasil. Keadaan ekonomi keluarga mereka perlahan meningkat. Ayah dan ibu Hendry kini mampu membeli rumah sederhana di pusat Kota Medan. Kepintaran Hendry juga dibuktikan dengan ia diterima di salah satu SMA favorit di Kota Medan. Kesempatan ini tidak ia sia-siakan. Hampir setiap hari ia belajar mati-matian demi cita-citanya untuk dapat melanjutkan pendidikan tinggi seperti anak-anak perkotaan lainnya. Tuhan mengabulkan doa Hendry. Ia diterima di fakultas kedokteran sebuah universitas ternama di Jakarta. Setelah enam tahun berjuang, Hendry berhasil menyandang predikat “Dokter Umum” dan ia membuka praktek pribadi di Jakarta. Namun, Tuhan berkata lain. Karirnya sebagai dokter tidak semulus pemikirannya. Prakteknya kalah saing dengan teman sejawatnya. Karena sering tidak ada pasien, Hendry menghabiskan waktu untuk ngeblog. Justru keisengannya lah kini berbuah manis. Pundi-pundi rupiah mulai menebalkan kantongnya. Penghasilan sebagai seorang blogger dan penulis artikel mulai membangkitkan lagi semangatnya bahwa dalam hidup ini kita harus berani melawan arus, meskipun kita tidak bekerja sesuai latar belakang pendidikan namun rezeki itu sudah diatur oleh Tuhan. Hendry telah mengajarkan pada kita bahwa dia adalah manusia yang tangguh dan tidak menyerah karena kekalahannya. Satu punya satu komentar untuk novel ini: “Sangat Menginspirasi!” Edi Himawan -Fotografer-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun