Mohon tunggu...
edi dimyati
edi dimyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengayuh dengan Hati, Menghadirkan Buku, Mengabarkan Informasi

Bertualang telah menjadi aktivitas favoritnya.Invasi ke gedung tua, menyambangi museum, membelah hutan, menyusup gua, mengarungi lautan, belajar budaya dan bercengkrama dengan denyut aktivitas penduduk desa adalah rangkaian perjalanan yang mengasyikan. Dari sana, biasanya akan banyak menemukan keajaiban baru yang tak pernah diduga. Aktivitas: mengelola perpustakaan masyarakat 'Kampung Buku' di Cibubur, dan membina klub Yoyo bernama YOMA (Yoyo Mania) - Cibubur. Karya Buku : - Panduan Sang Petualang : 47 Museum Jakarta. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2010 - Panduan Sang Petualang : Wisata Kota Tua Jakarta. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2010 - YOYO. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2011 - Yuk, Bertualang ke Museum Jakarta, Penerbit: Grasindo, 2011 - Wisata Pesisir Ciamis Selatan, Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2012 . Youtube : KARGO BACA IG : kargobaca Web : www.kargobaca.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Museum Perangko Indonesia: Menyusun Puzzle Sejarah Bangsa

28 Maret 2012   02:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:23 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat dan prangko. Keduanya identik dengan budaya penyampai pesan sarat makna. Dari desain dan gambar-gambar yang dimunculkan lewat prangko, banyak  terdapat simbol dan pengabaran tentang sejarah. Museum ini mencoba merangkainya dengan tujuan  menginformasikan tarikh perjalanan bangsa kita. Bagi mereka yang punya  hobi mengumpulkan benda-benda pos, museum ini tentunya bisa dijadikan tempat mengasikan sekali. Pasalnya, di dalam gedung utama yang cukup lapang ini menyimpan koleksi langka yang jarang ditemukan sebelumnya seputar dunia surat menyurat. Ruangannya melingkar sekaligus mengantarkan pengunjung untuk  menapaki riwayat perkembangan prangko dari zaman dulu sampai masa kini. Pertama kali menapaki museum ini, awalnya kita nggak akan menyangka bahwa bangunan bernuansa etnik Jawa-Bali ini adalah sebuah museum yang menyimpan aneka ragam prangko dari dalam  dan luar negeri. Apalagi ketika berpapasan dengan gerbang dua pintu yang mirip dengan bangunan candi Bentar. Sebuah candi yang melambangkan ungkapan keramahan masyarakat Bali kepada para tamunya yang datang berkunjung.. Namun, sewaktu dihadapkan dengan monumen bola dunia yang di atasnya terdapat seekor burung merpati yang bertengger sambil membawa sepucuk surat, kesan lain sedikit terdeskripsikan. Tugu itu melambangkan visi dan misi PT Pos Indonesia. Kemudian, ditambah lagi gaya arsitektur dengan atap yang sisi-sisinya bergerigi menjadi ukiran khas tersendiri untuk mewakili museum prangko ini. Jauh sebelum museum ini berdiri, awalnya ide ini terbersit dari seorang istri mantan presiden RI ke-2. Pada bulan  Juni tahun 1981, Alm. Ibu Tien Soeharto sempat mengunjungi  pameran prangko yang diikuti oleh PT Pos Indonesia dalam acara Jambore Pramuka Asia Pasifik VI di Cibubur, Jakarta. Dari event itulah idenya bermula. Semenjak dicetuskan pendiriannya, museum ini baru rampung berdiri 2 tahun kemudian. Tepatnya museum ini diresmikan pada tanggal 29 September 1983. Dengan luas lahan 9.590 m2, museum yang dibangun dengan semangat edukasi ini dijaga oleh patung Hanoman. Patung Dewa yang menyerupai kera putih itu diletakkan persis di tengah-tengah pendopo. Dalam dunia pewayangan, ia dikenal sebagai Dhuta Dharma si pemberi kabar yang sama  dengan jasa tukang pos. Disebelah kiri dan kanan pintu masuk pungunjung bisa melihat dua lukisan karya pelukis Drs. Wayan Sutha. S. Lukisannya menggambarkan kisah pewayangan versi Bali yang menceritakan bahwa jauh sebelum kertas ditemukan, kegiatan surat menyurat dulu pernah menggunakan daun  tal (ron tal).

Sebelum merunut untuk menikmati keunikan ragam prangko yang ada, pengunjung akan dihadapkan oleh bangunan di dalam ruangan berbentuk segi delapan dengan dukukang pilar-pilar dan desain yang unik. Dimana dilantai atas bangunan itu dimanfaatkan untuk wahana baca anak-anak. Dengan tata cahaya lampu yang menyinari ke delapan arah menjadikan suasana museum ini lebih fresh dan gemilang.

13329019511292664296
13329019511292664296
Idola para Filatelis Museum ini terbagi kedalam enam ruang pamer yang tiap bagiannya menginformasikan lika-liku surat pertama kali di Indonesia dan menampilkan materi-materi prangko yang terbit pada setiap masanya. Sebagai tempat yang menjadi idola para filatelis, museum yang berlokasi di komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ini menjadi terkesan luar biasa ketika menengok di ruang pamer I yang menyajikan replika foto prangko pertama yang digunakan di dunia, the Penny Black. Perangko yang dibuat oleh pekerja Dinas Perpajakan Inggris bernama Sir Rowland Hill ini bergambar wajah Ratu Victoria, dan diterbitkan perdana pada tanggal 6 Mei 1840 oleh Dinas Pos Inggris dengan jumlah 68.158.080 keping. Berkat jasanya, Rowland Hill yang dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1795 dan meninggal di Hampstead, 27 Agustus 1879 itu dijuluki sebagai Bapak Prangko Dunia.pada tahun 1840 di Inggris. Masih di dalam ruang penyajian yang sama, pengunjung diajak untuk menelusur sekilas sejarah prangko di Indonesia dan Internasional. Di dalam kamar berkaca itu ada peragaan seorang pria yang sedang menulis surat dengan media daun lontar. Menggambarkan bahwa komunikasi lewat tulisan memang sudah menjadi budaya sejak dulu. Lainnya, ada juga foto-foto peristiwa yang pernah terjadi antara tahun 1602 – 1864 berkenaan filateli. Diantaranya ada foto kantor pos Batavia, yaitu kantor pos pertama di Indonesia berdiri tahun 1746, foto prangko pertama di Hindia Belanda yang bergambar Raja Willem II , foto Sir Rowland Hill, penggagas pengunaan perangko di dunia dan slide-slide cara pelunasan biaya pengiriman surat dari jaman VOC sampai tahun 1864 serta sampul-sampul surat jaman baheula. Bergeser ke kanan, di ruang pamer II menampilkan gambaran proses bagaimana sebuah perangko dicetak sejak tahun 1945. Ada patung seorang laki-laki perancang prangko yang sedang melukis dan mesin cetak   yang di pajang terlihat masih sederhana. Pun hasil cetakannya kala itu masih sangat biasa dan dicetak dengan menggunakan kertas merang. Mesin cetak prangko lima warna ini  pernah digunakan oleh Perum Peruri yang dilengkapi juga dengan motor penggeraknya.
1332902052909476318
1332902052909476318
Pada ruang Pamer III dan IV, museum ini menampilkan prangko-prangko yang terbit berdasarkan periode penerbitannya yang dimulai dari tahun 1864. Yaitu, pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Masa pendudukan Jepang, Masa perang kemerdekaan dan pasca perang kemerdekaan. Beberapa prangko yang ada diantaranya: prangko bertemakan peringatan 10 tahun kemerdekaan RI, foto prangko bergambar Bung Karno dan Bung Hatta yang dicetak di luar negeri.
13329020051755547869
13329020051755547869
Selain berdasarkan periode penerbitannya, museum prangko juga membagi koleksi-koleksi yang dimilikinya  berdasarkan subjek atau tema-tema tertentu. Semua itu tersaji pada ruang pamer V dan VI. Diantara tema-tema desain gambar perangko yang ditampilkan adalah Pariwisata, Sosial Budaya, Flora, Fauna, Lingkungan Hidup, Kemanusiaan, Olahraga dan kepramukaan. Dari keenam Ruang pamer yang tersaji, ada satu ruang pamer yang dijadikan pesan yang diiingin disampaikan oleh museum prangko. Di ruang pamer terakhir, kegiatan filateli yang punya banyak manfaatnya ini di sajikan dalam bentuk diorama. Berupa adegan sebuah keluarga yang sedang melakukan aktivitas filateli. Museum ini memang nggak akan sanggup menyimpan kleksi semua prangko yang pernah terbit  di Indonesia maupun di negara lainnya. Mengingat tempat yang terbatas dan munculnya prangko terus menerus sepanjang masa. Tapi, setidaknya dari museum yang koleksinya bertabur kepingan-kepingan prangko langka ini, pengunjung menjadi semakin mengerti bahwa prangko sebenarnya tidak saja digunakan sebagai  alat untuk bukti pengiriman. Ada misi lain yang ada di balik itu. Dari Prangko, banyak pesan atau himbaun yang disampaikan kepada masyarakat. Bahkan kerap juga dijadikan alat propagan negara. Tapi, semuanya menggambarkan catatan tersendiri dalam bentuk puzzle yang terangkai tentang peristiwa sejarah sebuang bangsa. (*) Alamat :  Taman Mini Indonesia Indah ' Jl. Raya Taman Mini, Jakarta Timur 13560 Telepon : 021-8409286, 8409287, 70732144 Fax       : 021-8401310 Waktu Buka : 08.00 s/d 16.00 (Senin-Jum’at), 08.00-17.00 (Sabttu & Minggu) Harga Tiket Masuk : Rp. 2.000,-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun