Semenjak hamil, aku berusaha mempersiapkan apa pun untuk calon buah hati. Termasuk salah satunya mempersiapkan biaya pendidikannya kelak. Apa yang menjadi pertimbanganku untuk memiliki tabungan pendidikan adalah karena ibu bapakku melakukan hal ini untukku dan adikku. Aku merasakan saat masuk kuliah adalah masa paling butuh banyak uang.
Suamiku pernah bercerita kalau sebenarnya dia ingin masuk jurusan teknik, tetapi karena terkendala biaya maka ia masuk jurusan pertanian. Oleh karena itu aku tidak ingin anakku memiliki kendala biaya saat dia kuliah nanti. Saat itu aku mantap memilih tabungan rencana pendidikan untuk si jabang bayi.
13 November 2011. Anakku lahir dan aku langsung membuka tabungan pendidikan untuk anakku. Tabungan pendidikan ini bersifat berjangka dan waktunya boleh ditentukan dari kurun waktu 1 tahun. Berhubung aku ingin mempersiapkan biaya untuk kuliah anakku kelak, maka aku menabung untuk jangka waktu 10 tahun. Kurun waktu yang cukup lama bukan?Â
Salah satu temanku kemudian menyarankan, bagaimana kalau uang tabungan itu dialihkan untuk asuransi pendidikan? Semula aku sangat tertarik dengan istilah 'asuransi' yang ditawarkan.
Akan tetapi aku kemudian galau, karena ternyata asuransi pendidikan yang ditawarkannya adalah berupa unit link. Aku sejujurnya pernah 'terjebak' dalam unit link. Kenapa aku bilang terjebak? Karena niatku ikut unit link adalah untuk berinvestasi, tetapi kenyataannya uangku malah habis untuk membayar premi dan tergerus nilai saham yang turun (saat itu aku memilih saham untuk investasinya).Â
Kemudian aku diberi nasehat oleh bapakku, bahwa bila asuransi itu adalah proyek rugi, tidak bisa disamakan dengan investasi. Rupanya aku salah bila menggunakan unit link sebagai sarana investasi. Namun, Kalau niatnya memang untuk mendapatkan kepastian dana pendidikan anak, maka unsur asuransi harus dimasukkan. Karena, siapa yang tahu rezeki dan nasib di masa depan, iya kan? walaupun untuk sebuah 'nilai' kepastian itu, ada harga yang harus dibayarkan, yaitu premi asuransi itu sendiri.
Dalam sebuah workshop, aku mendapat penjelasan mengenai macam-macam asuransi. Sekarang aku sudah nggak bingung dengan berbagai macam nama asuransi, karena pada dasarnya asuransi itu terbagi dalam tiga hal:
1. Asuransi murni. Dalam asuransi murni seluruh dana dibayarkan untuk premi, sehingga ketika tertanggung tidak mengalami musibah/masalah, maka premi asuransi ini hilang.
2. Asuransi plus tabungan. Dalam asuransi plus tabungan ada alokasi dana untuk premi asuransi dan alokasi dana untuk tabungan. Keuntungan asuransi jenis ini adalah adanya jaminan LPS untuk nilai tabungan di asuransi ini. Kelemahannya adalah imbal baliknya tidak maksimal.Â
3. Asuransi plus investasi. Ini adalah jenis asuransi yang paling diminati di Indonesia, karena ada iming-iming imbal balik yang lumayan. Unit link termasuk asuransi jenis ini. Asuransi pendidikan yang beredar sekarang juga kebanyakan mengusung jenis ini. Soalnya inflasi biaya pendidikan sangat tinggi, mencapai 10%, kalau uangnya hanya ditabung tentu tidak bisa mengimbangi besarnya biaya pendidikan anak nanti.
Nah, untuk persiapan dana pendidikan anak, maka kita perlu menginvestasikan dana dengan imbal balik yang sepadan dengan kenaikan biaya pendidikan sekaligus memiliki proteksi bagi si pembayar premi. Dalam hati aku menjadi semakin yakin memilih asuransi plus investasi untuk persiapan biaya pendidikan anak.
walaupun pada dasarnya unit link memang serupa dengan asuransi plus investasi pada asuransi pendidikan anak. Akan tetapi, bila dicermati maka ada perbedaannya. Maka setelah mataku terbuka dengan produk perbankan yang satu ini, maka tabungan pendidikan yang telah mengendap berencana kututup dan akan kualihkan ke asuransi pendidikan anak. Tentu saja ada beberapa hal-hal yang harus kuperhatikan sebelum membuka premi asuransi pendidikan anak.
Hal-hal penting yang harus kuperhatikan dalam memilih asuransi pendidikan anak itu antara lain:
1. Tentukan nilai premi yang dibayarkan untuk pendidikan anak
Nilai premi yang tepat sangat penting untuk memastikan dana pendidikan anak tercukupi pada saatnya tanpa mengabaikan proteksinya. Umumnya premi asuransi diset seminimal mungkin agar hasil investasi bisa maksimal. Sesuaikan juga nilai premi dengan kondisi keuangan masing-masing.
2. Displin dalam membayar premi sesuai jadwal yang ditetapkan
Sebaiknya memilih fasilitas auto debet untuk pembayaran premi asuransi pendidikan. Hal ini untuk mendisiplinkan pembayaran sehingga tidak perlu terkena jatuh tempo atau pun denda. Walaupun tidak dikenakan denda, tetapi pembayaran premi yang tidak disiplin akan berakibat hasil investasi tidak maksimal.
3. Sebaiknya jangan menutup polis di tengah periode kontrak karena hasil investasi tidak akan maksimal
Kondisi keuangan dan rezeki kadang bisa berubah dengan cepat dan tidak teruga. Walaupun demikian, tetaplah bertekad untuk menyelesaikan polis sesuai lamanya kontrak. Karena menutup polis pada saat periode kontrak akan mengakibatkan hasil investasi tidak maksimal. Akibatnya, dana pendidikan yang seharusnya sudah dipersiapkan menjadi tidak tersedia. Ingatlah bahwa asuransi pendidikan adalah progam jangka panjang.Â
4. Hasil investasi di asuransi pendidikan dapat bervariasi
Walaupun returnnya menjanjikan, akan tetapi dana di asuransi pendidikan tidak dijamin LPS. Nilai investasi bisa bervariasi tergantung kondisi perekonomian saat pencairan.Â
Akan tetapi ada produk asuransi pendidikan anak yang menjamin dana kelangsungan belajar (DKB) bagi anak yang dibayarkan bertahap saat anak masuk SD, SMP, SMU, dan kuliah. Selain itu mendapatkan jaminan hasil investasi sebesar 4,5%. Produk asuransi pendidikan anak itu bernama Mitra Cerdas dari Bumiputera.Â
Kepastian dana pendidikan adalah yang utama, sehingga asuransi pendidikan adalah solusinya. Bumiputera Mitra Cerdas adalah salah satu pilihannya.Â
Bumiputera adalah satu-satunya perusahaan asuransi berbasis mutual (patungan) di Indonesia, milik anak bangsa Indonesia. Taglinennya, "Proven Over Time", karena kinerjanya sudah teruji dari 1912. Jadi makin yakin untuk memilih Bumiputera Mitra Cerdas untuk asuransi pendidikan anak saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H