Mohon tunggu...
Edi Mikku Ate
Edi Mikku Ate Mohon Tunggu... Administrasi - Ed1SBD

Mahasiswa di Kampus Swasta Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musang CLS Tak Segarang Pilpres

27 Mei 2019   15:53 Diperbarui: 27 Mei 2019   15:55 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gajah mati tinggalkan gading namun tiada yang tak retak".

Kolaborasi pameo ganda itu amat tepat untuk menggambarkan jalannya hajatan musang dan pergantian pengurus Community Lakawa Sumba (CLS) periode 2018-2019. Prinsip persaudaraan, kebersamaan dan cinta kasih menjadi kunci perekat organisasi meredam konflik interes dalam pergulatan menjawab tantangan zaman.

Even akbar yang dihelat Minggu, 5 Mei 2019 di Sonopakis Kidul berjalan lancar meski beberapa putusan di luar prediksi para tetua CLS. Selama ini berperan sebagai 'invisible hand' merupakan perpanjangan 'moral adat' dalam menjaga dan mengawal eksistensi organisasi. Namun apapun putusannya merupakan representasi kedaulatan anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.

Nampak refleksi dinamika organisasi yang terlihat mulai hidup bahkan kian menguat. Bak fenomena gunung es, tak nampak di permukaan namun kedigdayaannya makin menggelora di bawah.

Simbolis Setijab 
Simbolis Setijab 

Suksesi Sukses

Acara ini berisi 3 agenda utama : LPJ pengurus lama, musang dan pemilihan pengurus baru periode 2019-2020. Euforia heroik dan efek lagu Indonesia Raya dari para peserta menggema sepanjang acara, membuat merinding audiens. Terbangun spirit menatap cakrawala pelangi nan indah, menjadi insan terdidik dari daerah berperan bersama elemen bangsa merajut masa depan yang  cemerlang.

Tuntutan kontestasi pencalonan kandidat membutuhkan kualifikasi tinggi dan networking luas, untuk menjawab tantangan menjadi organisasi pembelajar yang inovatif. Alhasil, proses pemilihan dari 2 kandidat terakomodir dalam peran strategis calon sesuai dengan skill dan potensi diri. Aspirasi luhur para anggota merupakan representasi manifestasi karya ketuhanan dalam konteks organisasi kekinian.

Rekonsiliasi jamak terjadi dalam sistem organisasi 'patembayan' seperti ini tetapi tetap mengacu pada prinsip the right man on the right place.

Proses suksesi berjalan mulus luss. Ternyata tidak seperti prediksi semula akan  segarang pilpres yang menggiring polarisasi 2 kutub kekuatan bangsa yang kebablasan. Mestinya mencari kandidat terbaik melalui demokrasi yang luber dan jurdil dalam bingkai nilai dasar seperti contoh di CLS.

Mengulik strategi Pengurus dan Dewan Adat dalam mempersiapkan Musang cukup fenomenal. Dilakukan dengan melempar isu kontestasi pergantian pengurus secara masif pada setiap pertemuan rutin atau informal. Menyangkut peran strategis termasuk keuntungan yang didapat CLS dan perorangan bila pencapaian visi bisa berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Taktik ini cukup efektif, terbukti terjadi polarisasi calon dengan menampilkan gagasan dan program para kandidat yang beragam.

Membangun Budaya Inovasi Tiada Henti

Akhirnya gayung bersambut, terjadi adu strategi dalam upaya pemenangan pemilihan ketua dan wakil ketua organisasi, dialektika model pembangunan organisasi ideal begitu membuncah. Meski masih berupa wacana dan narasi liar justru memberi referensi munculnya teori baru yang jauh dari jangkauan nalar akademik namun saat dicerna logika cukup apik dan menantang.

Kreativitas dan inovasi dalam memunculkan ide dan cara kerja baru ini menjadi sinyalemen telah terjadinya lompattan besar dalam mengelola organisasi. Mesti dilanjutkan secara menyeluruh pada setiap sendi kehidupan CLS, agar mampu membuat kebijakan representatif yang sesuai kebutuhan aktual anggota.

Para pendiri organisasi sementara bisa tidur nyenyak. Namun tantangan selanjutnya sudah menanti, menjadi kolaborator dan dinamisator sekaligus akselarator untuk membawa organisasi go publik ikut memberi warna pada geliat pembangunan Indonesia Raya nan Jaya.

Penyusunan alat dan kelengkapan organisasi yang berkualitas sedang dalam proses finalisasi, akan menjadi modal dasar dalam melangkah. Keberadaan Buku Pedoman Organisasi yang gahar bak kitab suci dalam agama menjadi tolok ukur dalam mengatur tata kelola CLS.

Akhirnya, pada periode kepengurusan kedua peran nyata seluruh stakeholder CLS harus siap mewujudkan visi misi organisasi.

Bantul, 5 Mei 2019

Dewan Adat

Edi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun