Mengulik strategi Pengurus dan Dewan Adat dalam mempersiapkan Musang cukup fenomenal. Dilakukan dengan melempar isu kontestasi pergantian pengurus secara masif pada setiap pertemuan rutin atau informal. Menyangkut peran strategis termasuk keuntungan yang didapat CLS dan perorangan bila pencapaian visi bisa berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Taktik ini cukup efektif, terbukti terjadi polarisasi calon dengan menampilkan gagasan dan program para kandidat yang beragam.
Membangun Budaya Inovasi Tiada Henti
Akhirnya gayung bersambut, terjadi adu strategi dalam upaya pemenangan pemilihan ketua dan wakil ketua organisasi, dialektika model pembangunan organisasi ideal begitu membuncah. Meski masih berupa wacana dan narasi liar justru memberi referensi munculnya teori baru yang jauh dari jangkauan nalar akademik namun saat dicerna logika cukup apik dan menantang.
Kreativitas dan inovasi dalam memunculkan ide dan cara kerja baru ini menjadi sinyalemen telah terjadinya lompattan besar dalam mengelola organisasi. Mesti dilanjutkan secara menyeluruh pada setiap sendi kehidupan CLS, agar mampu membuat kebijakan representatif yang sesuai kebutuhan aktual anggota.
Para pendiri organisasi sementara bisa tidur nyenyak. Namun tantangan selanjutnya sudah menanti, menjadi kolaborator dan dinamisator sekaligus akselarator untuk membawa organisasi go publik ikut memberi warna pada geliat pembangunan Indonesia Raya nan Jaya.
Penyusunan alat dan kelengkapan organisasi yang berkualitas sedang dalam proses finalisasi, akan menjadi modal dasar dalam melangkah. Keberadaan Buku Pedoman Organisasi yang gahar bak kitab suci dalam agama menjadi tolok ukur dalam mengatur tata kelola CLS.
Akhirnya, pada periode kepengurusan kedua peran nyata seluruh stakeholder CLS harus siap mewujudkan visi misi organisasi.
Bantul, 5 Mei 2019
Dewan Adat
Edi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H