Mohon tunggu...
Edi Ramawijaya Putra
Edi Ramawijaya Putra Mohon Tunggu... Guru - Dosen

Pendidik, Penulis, Trainer dan Pembicara Dengan Latar Belakang Linguistik Terapan Bahasa Inggris (TESOL) Bidang Kajian Sosiolinguistics dan Language Pedagogy. Instagram: @edi_ramawijayaputra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waisak dan Harapan Kesembuhan Bangsa

26 Mei 2021   11:47 Diperbarui: 26 Mei 2021   12:15 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam situasi pandemi diperlukan peran yang menyeluruh bukan parsial. Umat buddha di Indonesia hendaknya melakukan langkah-langkah partisipatif yang ko-kreasi dan kolaboratif. Komunitas buddhis Indonesia harus melepaskan diri dari stereotype minoritas karena sejatinya menolong kemanusiaan adalah kewajiban setiap agama. 

Masyarakat buddhis di seluruh pelosok tanah air harus berbuat dan bersinergi dengan komunitas beragama lain, lintas iman, untuk membantu meringankan dampak ekonomi akibat pagebluk. 

Di tingkat elite pimpinan organisasi keagamaan Buddha sebagai instrumen penting penjaga kerukunan menyerukan  secara intensif dan terus menerus pencerahan dan penerangan untuk saling membantu dan menguatkan dan tidak mudah terhasut atau terprovokasi yang dapat merusak sendi-sendi kesatuan dan persatuan bangsa. 

Peristiwa tutup usia (parinibbana) Buddha Gotama memperlihatkan bahwa kehidupan bagai buih air dalam sebuah muara yang mengalir. Mudah sekali pupus bahkan oleh satu terpaan titik air yang hinggap di atasnya. 

Pandangan Buddhisme melihat rapuhnya kehidupan juga juga diikuti oleh keberkahan mulia yang harus dijaga dan dipertahankan. Jasmani dan tubuh sebagai manusia dapat menjadi sumber kebahagiaan mahluk lain dan berkurangnya penderitaan. Terlebih kehidupan sebagai manusia di negara yang harmonis, rukun dan toleran seperti di Indonesia merupakan berkah yang langka.

Transformasi Diri dan Kepemimpinan Bangsa

Melakukan transformasi diri dengan mendorong kebijaksanaan , berbelas kasih, menghindari (avoidance) hal-hal buruk dan berpartisipasi aktif menyelesaikan masalah (solution) adalah implementasi etika individu yang dibutuhkan masyarakat dalam situasi kekinian. Namun hal itu semua juga harus sejalan dengan kepemimpinan bangsa. 

Saat ini, harapan besar tertumpu pada pemimpin-pemimpin bangsa ini yang diharapkan selalu menuntun diri sendiri dengan landasan moralitas dan etika yang baik. Memimpin diri sendiri sangat erat hubungannya dengan cara pandang terhadap eksistensi diri dan jabatan yang sedang diemban. Sedangkan menuntun diri sendiri berarti menaati norma, aturan dan asas secara terus-menerus. 

Diperlukan komitmen yang kuat untuk tidak berbuat kejahatan sekecil apapun karena malu dan takut akan akibat kejahatan yang ditimbulkan. Hati nurani seorang pemimpin harus peka terhadap penderitaan bangsa sehingga selalu berusaha memosisikan diri sebagai pelayan dan pengayom. Kepemimpinan bangsa yang  transformatif memperlakukan mandat sebagai jalan untuk berbuat kebajikan dan menjadi sebab terhentinya penderitaan bukan sebaliknya memperkaya diri sendiri atau penikmat semata.    

Edi Ramawijaya Putra
(Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun