Pencapaian tingkat ke-buddha-an oleh Gotama juga merupakan realisasi tertinggi dari praktik kesadaran penuh. Tanpa disadari oleh kita semua bahwa terdapat oknum yang memanfaatkan situasi bangsa yang sedang berjuang sembuh untuk meraup keuntungan sendiri dan golongannya.Â
Korupsi dana bansos covid-19, penggunaan alat testing yang sudah terpakai demi keuntungan, eksploitasi dana penanganan covid-19 adalah bentuk perilaku yang nir-sadar tanpa memiliki rasa malu (hiri) dan takut (ottapa) akan akibat dari perbuatan tidak bajik.Â
Potensi pejoratif lainnya sebagai upaya memanfaatkan situasi pandemi untuk merusak tatanan harmoni bangsa juga dilipatgandakan oleh masifnya berita-berita palsu (hoax) dan penyesatan informasi yang tidak sedikit menggiring opini dan perspektif sebagian masyarakat untuk menjadi acuh terhadap protokol kesehatan dan abai terhadap himbauan dan anjuran yang benar.Â
Hal inilah yang justru membuat situasi menjadi kontraproduktif di tengah upaya pemerintah dan otoritas kesehatan merancang dan mendeasain kerangka penangannan covid-19 namun masyarakat masih sangat rentan terkena dampak penggiringan dan penyesatan informasi di linimasa media sosial.Â
Diperlukan kecerdasan literasi media dan edukasi dari semua stakeholder untuk menangkal masalah ini. Energi kesadaran (mindfulness) yang penuh menjadi faktor utama penentu keputusan-keputusan yang kita ambil, mulai dari perilaku memahami utuh sebuah konten berita hingga keputusan jemari kita untuk share dan post berita.    Â
Waisak, Nasionalisme dan Kesembuhan Bangsa  Â
Sebagai sebuah bangsa rasa sakit diibaratkan sebagai seluruh bagian tubuh kesembuhan bisa terjadi apabila dilakukan secara bersama-sama. Momentum waisak menyadarkan kembali pada nilai-nilai spiritual dan nasionalisme. Hal ini bermakna bahwa hidup sebagai umat buddha di Indonesia haruslah sinergis dan harmonis dengan sesama pemeluk agama dan pemerintah.Â
Pelaksanaan kehidupan spiritual beragama Buddha hendaknya sepadan dengan implementasi bobot nasionalisme pada bangsa dan negara yang saat ini berupaya pulih dari dampak virus corona. Peran agama saat ini adalah kunci sebagai suluh penuntun sikap untuk keselamatan bangsa. Batin yang maju menempatkan etika dan sikap yang bijaksana sebagai cara pandang untuk memiliki rasa cinta dan rela berkorban kepada bangsa dan tanah air sendiri.Â
Agama Buddha di Indonesia adalah komponen bangsa yang harus berperan aktif dalam melihat dan menyelesaikan persoalan bangsa. Bagi umat buddha, waisak tidak hanya dimaknai sebagai perayaan mengulang kilas balik sejarah tiga peristiwa agung Sang Buddha namun juga sebagai momentum untuk berbenah spiritual dan rasa kebangsaan. Dua dimensi penting ini sangat relevan dan kontekstual mengingat bangsa ini berjuang melepaskan diri dari jerat pandemi.Â
Sang Buddha telah membuktikan bahwa dirinya adalah seorang role model bagi sinergitas agama dan negara. Selama 45 tahun membabarkan Dharma, Buddha telah memperlihatkan sosok yang altruis menerima murid dari berbagai kasta dan suku serta bersedia membabarkan Dharma tanpa harus membenturkan nilai-nilai spiritualitas beragama dengan simbol-simbol negara.
Diperlukan Partisipasi, Kolaborasi dan Ko-kreasi Â