Hal ini menyebabkan konsenterasi calon pemilih tidak lagi berpusat pada line-up visi dan misi paslon melainkan pada frasa-frasa interogatif yaitu "siapa dia, dari mana asalnya, sukunya apa, keturunan siapa" dan lain sebagainya. Pola seperti ini terbukti efektif dan mampu menutup konfigurasi porgam-program yang bermanfaat untuk kemajuan daerah yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan dan kajian calon pemilih untuk menambatkan hak politiknya pada kertas suara.
Menilik latar belakang individu, sosiopolitik, geopolitik serta materi parpol pengusung dari keempat pasang kandidat, muncul kekhawatiran menguatnya agregasi politik identitas yang mewarnai kontestasi pesta demokrasi lima tahunan ini. Diskursus politik dalam balutan isu-isu identitas jika dihembuskan dalam suhu perpolitikan yang serba panas berpotensi menyebabkan konflik horizontal, perpecahan komunitas dan akhirnya mencederai proses pendewasaan demokrasi yang beradab dan modern.Â
Antisipasi terhadap efek samping destruktif politik identitas bisa dicegah hanya dengan komitmen yang kuat dan induktif oleh keempat pasangan calon. Komitmen terhadap keberagaman ini harus terorganisir dalam sistem komando yang terstruktur dan termonitor oleh tiap-tiap paslon. Wujud nyata dari komitmen ini terimplementasi dari cara kerja tim pendukung, simpatisan, timses dan mesin politik partai yang selalu mengedepankan nilai saling menghormati, toleran, dan kesamaan hak dalam berpolitik.Â
Membuat Pilkada di NTB menjadi ajang lahirnya pemimpin yang demokratis dan berkualitas tidak hanya ditentukan oleh perolehan suara terbanyak namun terlebih pada edukasi politik oleh para pasangan calon. Meski pada akhirnya hanya satu paslon yang akan mendapatkan mandat memimpin (in-charge) namun kewajiban untuk memberikan pembelajaran politik dalam wadah demokrasi yang berkualitas adalah kewajiban semua paslon.Â
Kultur masyarakat NTB yang sangat hormat kepada pemimpinnya, arahan dan bimbingan para pemimpin adalah perintah dan dimaknai sebagai amanat hendaknya menjadi modal besar bagi tiap paslon untuk memberikan teladan yang baik dalam menyikapi perbedaan dan keragaman. Menjelang masa-masa suksesi dan transisi ini hanya ada empat paslon yang memimpin keempat kubu masyarakat NTB yang terkotak-kotak. Oleh karena itu, komitmen dalam keberagaman ini sangat dinanti demi Pilkada NTB yang berkualitas, aman, bermartabat dan amanah.
(Penulis adalah warga NTB kelahiran KLU saat ini berdomisili di Tangerang Banten. Alumni S2 Universitas Muhammadyah Jakarta. Mahasiswa Doktoral Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H