oleh edi sstÂ
Lihat sungai itu tetap mengalir ke tempat yang samaÂ
Lalu perahu berkabut kau simpan di sudut senjaÂ
Menjelma catatan tentang cinta, jalan, dan jendelaÂ
Kau lihat hujan ini masih hujan yang kemarinÂ
Yang mengguyurmu: kau berlari kuyupÂ
Di sela-sela bibir dingin yang mengecupÂ
Lalu saat kemarau begitu kering terdamparÂ
Kau tak juga bersijingkat berselancarÂ
Berkecipak bermain ombak yang diliarkan anginÂ
Kau masih berteman malam-malam mengangaÂ
Bersama sepenggal mimpi tentang rumah tuaÂ
Dan sepetak pekarangan di desaÂ
Kau bilang itulah cintamu yang sederhanaÂ
Kau tahu, di sini sebuah rebana tergeletak tak bersuaraÂ
Dalam sebuah jeda kasidah tanpa namaÂ
Semarang, Oktober 2012Â
gambar dari goresan-pensil.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H