Mohon tunggu...
edi sst
edi sst Mohon Tunggu... Guru - Nothing

Belajar di tengah kerinduan membatu yang tak pernah tertuntaskan oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Jendela dan Jalan Simpang

1 Oktober 2012   04:30 Diperbarui: 12 September 2023   09:19 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Jendela dan Jalan Simpang 

oleh edi sst 

Angin gurun terus menyayat-nyayat 

Menebar bau harum jiwamu yang pecah 

Berderap menapak di jalan simpang 

Menuju titik lembut dengan mata melepuh 

Lalu, angin pun bertiup tanpa sisa, tanpa sauh 

Meninggalkan sebaris narasi yang tak lagi utuh -di sebuah jendela yang menganga 

Ke arah manakah musim menempuh

Membawa sepenggal Cinta ke muara lapis tujuh 

Mengekalkan makna perjalanan menuju entah -begitu Agung dan bergemuruh 

Tak ada lagi sesuatu yang perlu dipahami 

Juga saat pupuh-pupuh megatruh dingin menyentuh 

Akankah sebegitu jauh? 

Semarang, September 2012 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun