Engkaulah bunda
perakit perahu
Mengalirkan kasih pada asuhan termanis
mengiring langkah-langkah
Pemberian itu
buah ketulusan
Merela harap
mereguk balas.
WANITA PENENUN SONGKETÂ
Beriro ini adalah sebatang unglen yang di serut
Benangnya adalah jalinan rakam yang bewarni
Merah, biru, putih, hijau
dan juga emas
Sedangkan bila lidi-lidi
adalah motif rangkai
yang berkembang
Begitu menghentak-hentak
Kala beriro beradu pinggiran
di ujung pelipir
Menyusun runsen
yang ditahan perut
Setiap hari atau malam
Di sepanjang aliran musi
Pada jemari para wanitanya
yang menyimpan naluri ketekunan alamiah
Maka kain
dan selendang songket ini
dikenakkan ketika itu.
MENJELANG LELAP
Mataku mohon terpejalah
Hai hati yang memegang titah
di kerajaan tubuh
Titahkan pada mata
tuk terpejam
Titahkan pada bibir
tuk tersenyum
Dan kau sendiri
bersandaralah barang sejenakÂ
CERITA PAGI
Kilau embun
urai sukma
percikkan sejuk
Serunai pipit
nan kirana
mekar di pucuk
Dalam arus menabuh air
merangkai nada
Sabda puja
PASAR KALANGAN
Bahkan kini mall virtual
hanya sedikit tekan mengulik
tombol berapa
pada smartphone
Maka jual beli kelaikkan pasar
ada di gerak jari
Bahkan kini pasar kalangan
masih ampuh
mengguratkan nostalgia
Bersama menjual pakaian
Bersama membeli lakso
dan sekian tandan pisang mas
juga pisang gedah
Bahkan menukar barter
Seperti dahulu
Tentang penulis,
Edho Surya Dinata, lahir di Palembang 6 Juli 1983, Menyenangi dan mulai menulis puisi sejak SLTP. Beberapa puisi dan cerpennya pernah dimuat di beberapa media.
Kini Edho berdomisili di Desa Saranglang Pemulutan barat Ogan Ilir Sumatera Selatan. Selain bertani, Edho juga masih tetap menulis.