Pertanian merupakan sektor yang menyediakan sumber daya pangan utama bagi masyarakat. Kemandirian pangan merupakan salah satu tuuan dari SDG's yang tengah disuarakan saat ini. Pertanian Indonesia merupakan pertanian masyarakat yang memanfaatkan luas lahan yang sempit untuk ditnanami, sehingga perlu adanya upaya maksimal penggunaan lahan dengan menerapkan sistem pertanian terpadu. Salah satu pondok pesantren di Kota Batu yaitu yayasan pondok pesantren Raudhatul Madinah yang visi-misinya ingin memberdayakan anak yatim piatu melalui semangat entrepreneur yang ingin dikembangkan di bidang agrokompleks.
 Sayangnya, pondok tersebut masih dalam tahap perintisan, sehingga santri yang berkecimpung di dalamnya masih dapat dihitung jari. Tidak hanya masalah sumber daya manusia, namun potensi lahan pertanian yang luas (lebih dari 1 hektar) ternyata juga belum dikelola dan termanfaatkan secara maksimal. Hal tersebut diperparah dengan banyaknya lahan tidur dan tanaman mati. Selain itu, budidaya ikan lele juga susah berkembang, pakan domba (kosentrat) di setiap harinya selalu dibeli dengan harga mahal karena didatangkan dari Pacet, Mojokerto.
Berdasarkan permasalahan tersebut, lima mahasiswa UB yang terdiri dari Nurul Rodiyah Jurusan Antropologi (FIB UB), Edho Okta H (Fapet), M. Andhika Yudha H (Fapet), Ani Puspita Ratih (Fapet), dan Entry Widyawati Kusuma (Fapet) melaksanakan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) di Pondok Pesantren Raudhatul Madinah Batu Desa Mojorejo Kecamatan Junrejo, Kota Batu Jawa Timur.
PKM-M yang berjudul  INSTABLE (Integrated Stock Raising Double Solution): Sistem Pertanian Terpadu Pengolahan Limbah Organik melalui Biodegradable Maggot (Hermetia illucens) sebagai Raising Stock Product untuk Generasi Petani Unggul, diharapkan dapat menjadikan santri Pondok Pesantren Raudhatul Madinah Batu menjadi SDM petani unggul, produktif, dan kreatif dalam mengolah potensi lahan yang ada melalui sistem pertanian terpadu. Sehingga dapat diwujudkan adanya keterkaitan antar sub sektor pertanian, peternakan, dan perikanan untuk mewujudkan sustainability dari pertanian dan bersih tanpa limbah (Zero Waste). Adapun program yang dilaksanakan memiliki keterkaitan sebagai berikutÂ
Agar program tersebut dapat teraplikasikan, maka tim pelaksana melakukan beberapa kegiatan berikut:Â
1. Pelatihan Budidaya Maggot dari Limbah Organik, Maggot merupakan larva dari Black soldier fly (BSF) yang belakangan ini dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas karena tinggi protein dan bahan makanan nya pun hanya limbah organik seperti sisa makanan, buah busuk, dan sayuran sisa memasak. Daya cerna larva ini mencapai 100% pada limbah organik. Maggot dibudadayakan di lingkungan pesantren lalu dipanen sebagai pakan ikan yang ada di pondok dan sebagai residu limbah organik.
2.Pelatihan Pembuatan Pelet Ikan dari maggot, Pelet iakn dari maggot dibuat dengan penambahan bahan seperti sampah organik, bioaktivator, vitamin dan dedak sebagai pengisi pellet. Kebutuhan pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan, sehingga dengan memanfaatkan larva maggot yang memiliki nutrisi protein 72% dapat meningkatkan produktivitas tambak ikan di lingkungan pondok.Â
3. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dengan memanfaatkan kotoran domba yang akan difermentasi menggunakan EM4, serta pembuatan Silase sebagai pakan cadangan domba tatkala musim kemarau.
Dalam Pelatihan Penanganan Produk Peternakan, dan Pelatihan Kewirausahaan (manajemen pemasaran dan usaha), tim memonitoring dan mendampingi para santri hingga dapat melakukan promosi hasil kreasinya sendiri. Terakhir, agar program pemberdayaan tersebut tetap berlanjut, TIM PKM akan melalukan monitoring, mendekat kepada santri, dan mendengar segala keluh-kesah dari santri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H