Mohon tunggu...
Edgar Wilbert Priyono
Edgar Wilbert Priyono Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid

Siswa SMA

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampaknya Rokok dan "E-sigaret" pada Remaja

28 April 2024   22:10 Diperbarui: 28 April 2024   22:17 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Rokok adalah hal yang tidak baru di kalangan rakyat Indonesia, namun pada tahun 2010, istilah "E-sigaret" atau vaping mulai menjadi terkenal di Indonesia. Pada periode ini, tren vaping mulai menyebar di berbagai negara termasuk Indonesia. Dan pada saat ini, tren vaping dan rokok menjadi hal yang biasa, terutama di kalangan remaja.  

Rokok adalah hal yang sering terlihat di kalangan masyarakat, dengan mayoritas perokok di Indonesia adalah laki-laki dengan 95% berdasarkan hasil penelitian. Sebagian besar perokok di Indonesia memiliki latar belakang pendidikan hanya lulus SD (35%), warga yang bekerja(80%), memiliki tingkat ekonomi yang rendah (79%), dan warga yang tinggal di perkotaan(57%). 

Penggunaan rokok tidak dibatasi oleh umur, masa remaja merupakan masa seseorang sedang mencari jati diri. Penggunaan rokok lebih rentan pada usia remaja karena mereka ingin mencoba citarasa yang dijanjikan oleh iklan rokok serta harga yang murah dan mudah untuk didapat, ingin tampil lebih macho, gaul, dan dianggap dewasa, memiliki persepsi bahwa rokok dapat menghilangkan rasa stress, bersosialisasi dengan komunitas perokok, dan berbagai alasan lain. 

Vaping pun juga merupakan hal yang sering terlihat di kalangan masyarakat dengan 55.7% masyarakat sudah terpapar dengan informasi mengenai "E-sigaret" dan sebanyak 11.9% antaranya pernah menggunakan vape, sementara 3% masih aktif menggunakan vape. Kebanyakan pengguna vape menganggap kadar nikotin lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional berdasarkan Prof Agus (Anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). 

Dari 937 subjek, ada 719 atau 76,7 subjek dalam riset survey di 2021 memiliki tanggapan tersebut mengenai vape. Alasan kedua adalah, mereka memilih untuk menggunakan vape dengan alasan varian rasa ketika menggunakan vape. Vaping terutama merupakan tren yang sering ditemukan di kalangan remaja. 

Dalam riset yang berbeda yang dilaksanakan pada tahun 2019, alasan penggunaan vape di kalangan remaja tidak jauh berbeda, yakni para pengguna vape menganggap vape tidak jauh berbahaya dibandingkan rokok konvensional. 

Walaupun ada banyak perokok di Indonesia dan sebagian besar pengguna vape menganggap vape tidak jauh berbahaya dibanding dengan rokok konvensional, namun faktanya bahwa dampak dari vape dan rokok tidak jauh berbeda. 

Vape memiliki zat-zat seperti nikotin (zat adiktif), Asetaldehida dan formaldehida (zat karsinogenik yang menyebabkan kanker), Acrolein (bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru), THC (zat kimia dalam ganja), Vitamin E asetat (bahan kimia yang dapat memicu cedera paru-paru) dan banyak lain zat atau bahan kimia. 

Zat dan bahan kimia yang terdapat di dalam vape juga dapat ditemukan di dalam rokok. Sehingga dampak vape pada tubuh manusia sama seperti dampak rokok. Dampak vape berupa:

  1. Popcorn Lung

Istilah "Popcorn Lung" atau bronchiolitis obliterans adalah kondisi akibat oleh kerusakan paru-paru sehingga saluran udara menyempit. Zat diacetyl dapat menyebabkan penyakit ini. Diacetyl sering ditambahkan ke dalam e-liquid yang ada di dalam vape untuk meningkatan rasa. Menghirup diacetyl dapat menyebabkan peradangan dan jaringan parut permanen pada bronkiolus, jika terjadi peradangan di bagian bronkiolus maka akan menyebabkan kesulitan bernafas. 

  1. Paru-paru runtuh

Pneumotoraks spontan primer atau paru-paru runtuh berarti terjadinya ketika ada lubang di paru-paru tempat keluarnya oksigen. Vaping dan merokok dapat meningkatan risiko kolapsnya paru-paru. Terdapat tanda-tanda ketika paru-paru runtuh seperti nyeri di dada, sesak nafas, dan sulit bernafas.

  1. Perilaku dan kesehatan mental yang kurang stabil

Nikotin akan selalu ada di vape dan rokok yang berupa zat adiktif. Ketika seseorang kecanduan pada nikotin, akan sulit untuk mereka berhenti menggunakannya karena tubuh dan otak mereka tidak terbiasa untuk menggunakan nikotin. Hal ini dapat berdampak pada perilaku seseorang seperti menjadi mudah marah, gelisah, merasa cemas, sulit tidur dan berkonsentrasi, mudah stress, dan dampak lainnya. 

Referensi:

https://www.halodoc.com/artikel/berbahaya-seperti-rokok-ini-5-dampak-kecanduan-vape

https://www.detik.com/jabar/berita/d-7132170/pengguna-vape-di-indonesia-terus-meningkat-ini-4-penyebabnya

https://www.rri.co.id/kesehatan/508874/indonesia-peringkat-pertama-dunia-pengguna-rokok-elektrik-tertinggi

https://ayosehat.kemkes.go.id/bahaya-nge-vape-memahami-risiko-di-balik-asap-modern#:~:text=Vaping%20dapat%20memberikan%20dampak%20negatif,yang%20berisiko%20terhadap%20kesehatan%20jantung.

https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-akibat-tembakau/kandungan-dalam-sebatang-rokok

https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-akibat-tembakau/apa-faktor-yang-mendorong-seseorang-merokok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun