Mohon tunggu...
Muhamad Imam Ngasim
Muhamad Imam Ngasim Mohon Tunggu... Freelancer - Griya Edelweiss - Owner Rumah Tani

Penulis Jalanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pupuk Sulit, Jeritan Petani yang Tak Bermakna

7 September 2023   17:37 Diperbarui: 7 September 2023   18:02 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malang - Kelangkaan pupuk bersubsidi di tanah air terus menjadi permasalahan yang menghantui para petani. Jeritan mereka yang seolah tak pernah mendapatkan jawaban atas masalah ini semakin menguat. Kendati demikian, akar masalah yang sebenarnya masih menjadi perdebatan antara petani dan pemerintah.

Para petani, yang merasa terpinggirkan oleh kelangkaan pupuk ini, mengungkapkan bahwa permasalahan tersebut terutama disebabkan oleh distribusi pupuk bersubsidi yang tidak efisien dan adanya pihak yang tidak bertanggung jawab dalam penyaluran pupuk tersebut. Mereka merasa kebingungan dan kesulitan mendapatkan akses ke pupuk yang sangat dibutuhkan untuk pertanian mereka. "Kami telah menghadapi kesulitan besar untuk mendapatkan pupuk yang kami butuhkan. Distribusinya sangat lambat dan tidak merata," ujar Budi, seorang petani di Kota Batu, Malang.

Namun, Menteri Pertanian Anton Apriantono memandang masalah pupuk dari sudut pandang yang berbeda. Menurutnya, kelangkaan pupuk bersubsidi terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan akibat peningkatan produksi pertanian dan juga kebiasaan petani untuk mempergunakan pupuk secara berlebihan. "Kami telah melihat peningkatan produksi pertanian yang signifikan, dan hal ini memicu permintaan pupuk yang lebih besar. Selain itu, kami perlu mengedukasi petani agar menggunakan pupuk secara bijak," kata Menteri Pertanian Anton Apriantono dalam sebuah konferensi pers.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangkaan pupuk bersubsidi ternyata cukup kompleks. Penyalahgunaan pupuk bersubsidi, adanya oknum yang tidak bertanggung jawab dalam penyaluran, ketergantungan petani pada pupuk anorganik, dan pemupukan yang tidak berimbang merupakan beberapa faktor yang turut berkontribusi. Untuk mengatasi permasalahan ini, Menteri Pertanian menegaskan perlunya kerja sama antara pemerintah, petani, dan industri pupuk untuk mengoptimalkan distribusi pupuk bersubsidi serta memberikan edukasi kepada petani tentang penggunaan pupuk yang tepat.

Sementara petani terus berjuang untuk mendapatkan pupuk yang cukup untuk usaha pertanian mereka, perdebatan mengenai penyebab sebenarnya kelangkaan pupuk bersubsidi masih berlanjut. Sebagian kalangan berharap agar pemerintah dapat segera menemukan solusi yang tepat untuk memastikan bahwa petani tidak lagi harus merasakan jeritan kesulitan dalam mendapatkan pupuk yang seharusnya menjadi penunjang keberlanjutan pertanian di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun