“Walaupun seorang yang sederhana, tapi tetap menjadi sosok inspiratif yang menginspirasi”
Kita pastinya sudah tahu arti dari sosok inspiratif. Sosok inspiratif adalah sosok yang menginspirasi kita dari kisah hidup dan pencapaian mereka. Kita dapat terinspirasi dari sosok itu, sebagian besar karena kita berhubungan dekat dengan mereka atau membaca kisah hidup mereka. Sosok inspiratif memiliki pengertian bahwa kita mau belajar dari pengalaman mereka dan menerapkan dalam hidup kita.
Dengan demikian, kita mendapatkan pelajaran berharga dan belajar dari hal itu karena hidup penuh dengan pelajaran yang beragam. Bagi kita semua, kita menganggap bahwa sosok inspiratif seperti pahlawan kita dan orang yang paling sempurna, meskipun mereka tidak menampakkannya atau terlihat biasa saja dan sederhana. Dari hal tersebut, saya teringat akan seseorang yaitu Ayah saya.
Ayah saya adalah seseorang yang sederhana dalam berpakaian dan dalam pergaulan. Tapi ayah saya tak kenal takut, mengeluh dan khawatir. Juga Ayah saya adalah sosok yang mahir dalam hal berhitung atau matematika dan seorang engineer yang mahir. Ayah saya lahir pada tahun 80-an. Dia selalu menggunakan seluruh kemampuannya dan berusaha untuk mengerjakan pekerjaannya agar memperoleh hasil terbaik.
Sejak Ayah saya masih SMP, Ayah saya harus membantu kedua orang tuanya dalam bisnis mereka. Ayah saya sering membantu membantu mengirimkan makanan ringan dan kue-kue kering dan kue basah ke pasar dan toko-toko bersama ayahnya (kakek saya) dengan mengendarai motor atau mobil yang kadang mogok. Kadang mereka kehujanan dan harus membetulkan mobil di pinggir jalan. Kalau naik motor kadang harus sambil membawa kardus-kardus besar berisi kue. Tapi ayah saya tidak pernah mengeluh dan tidak pernah menolak kalau disuruh.
Ayah saya juga hobby bersepeda. Ia bisa mengendarai sepedenya sampai keluar kota waktu ia masih remaja. Ayah saya harus melewati gunung dan jalanan yang ramai dengan mobil dan truk tapi ia tidak takut.
Saya menyimpulkan bahwa ayah saya adalah orang yang berkemauan keras dan selalu menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai dan selalu fokus ke depan. Karena pengalaman tersebut, Ayah saya dapat menjadi orang yang sukses dan dapat setia dalam perkara yang kecil juga perkara yang besar. Karena dari kecilnya terbiasa untuk ‘pushing his limit.’
Jika saya diberikan banyak tugas, kadang saya mengeluh karena tugas-tugas tersebut menambah beban hidup saya. Ketika Ayah saya mendengar saya mengeluh, Ayah saya berkata, “mengeluh tidak ada gunanya, tapi akan membuatmu semakin lemah.” Dari perkataan tersebut, saya sangat setuju karena mengeluh tidak membantu apa-apa tetapi kalau saya mengerjakan tugas dengan sabar, tentu saya dapat mengerjakan tugas dengan lebih cepat. Lalu saya mengerjakan tugas saya dengan penuh kesabaran. Lalu Ayah saya mengingatkan saya bahwa saya harus percaya bahwa saya pasti bisa agar saya bisa.
Dalam belajar menyelesaikan pekerjaan, terkadang Ayah saya juga melakukan kesalahan. Wajar jika Ayah saya melakukan kesalahan karena Ayah saya juga manusia biasa sama seperti kita. Walaupun Ayah saya melakukan kesalahan, ayah saya akan selalu mengoreksi kesalahannya dan mencari cara lain untuk menyelesaikan. Saya tahu bahwa Ayah saya pasti akan selalu belajar dan memperbaiki kesalahannya dan ternyata saya benar. Ayah saya memang belajar dari kesalahannya dan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam pekerjaannya.
Ayah saya tidak hanya sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi Ayah saya juga sibuk mendidik saya dan dua adik saya. Bagi dia mendidik tiga anak kadang sangat sulit karena kadang saya dan dua adik saya melawan perkataan Ayah saya. Jika kami bertiga melawan perkataannya, Ayah saya akan merasa sangat kecewa dengan kami bertiga. Bahkan beberapa kali kami juga dimarahi olehnya.
Tetapi setelah kejadian itu, ada yang berbisik dalam hatinya dan mengingatkan Ayah saya untuk tidak melukai hati kami bertiga dan harus lebih sabar lagi dalam mendidik kami bertiga. Setelah itu, Ayah saya menyesal atas kesalahannya dan bangkit untuk mencoba lebih sabar dalam mendidik agar tidak ada hati yang terluka. Saya dan dua adik saya juga berusaha untuk lebih mentaati perkataan Ayah saya dan lebih tunduk pada Ayah saya.
Sejak kejadian itu berlalu, Ayah saya dapat menjadi orang yang lebih sabar dalam menegur kami bertiga. Kemudian dia memanggil saya untuk datang ke ruangan tempat berkumpul keluarga. Saat sudah ada di ruangan tersebut, ayah saya berkata, “Saat kamu menjadi orangtua atas anak-anakmu, jangan mau untuk menaruh kepahitan dalam hati anakmu dan didiklah anakmu nanti dengan penuh kesabaran.” Memang tidak mudah untuk mendidik anak agar menjadi pribadi yang lebih dewasa, tapi jangan pernah menyerah untuk mendidik dengan sabar.
Kita patutnya bersyukur karena Tuhan menciptakan sosok yang dapat menginspirasi, seperti Ayah saya yang sudah saya ceritakan. Selama saya hidup sampai saat ini, Ayah saya selalu menginspirasi saya, dan belajar dari pengalamannya. Dari pengalaman yang dipelajari, Ayah saya memberitahu tentang hal tersebut kepada saya untuk saya ingat. Seperti itulah Ayah yang sejati dan sosok inspiratif dalam pekerjaan dan pendidikan ‘pushing the limit’ yang ia berikan kepada saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H