Mohon tunggu...
aprianto eddy kurniawan
aprianto eddy kurniawan Mohon Tunggu... -

hadapi semua tantangan dengan teguh hati percaya semua akan lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dua Dunia: Chapter I

16 November 2017   09:01 Diperbarui: 16 November 2017   09:34 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Alam pedesaan yang dingin dan dipadu udara yang segar, pagi ini di iringi oleh kicau burung yang indah sahut menyahut di atas dayan pohon. Diantara pepohonan itu tampak sebuah rumah yang indah dan sangat sejuk. Di sampingnya mengalir aliran sungai kecil yang menciptakan gemericik air yang semakin membuat suasana semakin tenang. Tapi ditengah-tengah ketenangan itu terdengar nyanyian seorang gadis dengan suara yang begitu lembut.

" Oh angin, bawakan kembali dia padaku, karena aku tidak sanggup hidup tanpanya, Oh Burung, nyanyikan suaranya untuk mengobati sedikit saja rinduku"

Demikian nyanyian merdu dari gadis itu, seorang yang seperti terkurung di dalam dunianya sendiri menanti kedatangan seorang yang begitu dia cintai. Tanpa terasa air matanya sudah mengalir menuruni pipinya yang saat ini tidak pernah di hiasi oleh senyuman lagi.

"tok tok", terdengar pintu diketuk halus dari luar oleh seseorang

"Siapa ! ..." Seru Indira, nama gadis yang selama ini hidup dalam dunianya sendiri itu.

"Ini saya Pak Mamat", Jawab dari luar pintu.

"Sebentar ya pak", Indira segera membersihkan airmatanya dan bergegas menuju pintu untuk membuka pintu. Dan menemukan Pak Mamat di depan pintu. Pak Mamat adalah orang yang sama ini sudah merawat Indira ketika di temukan dengan luka tembak di bahunya dan dikala seperti menunggu sang ajal menjemputnya, Pak Mamat menyelamatkan. Pak Mamat merawatnya penuh kasih dan sudah menganggap Indira seperti anaknya sendiri. Pak Mamat memiliki perawakan seperti orang Indonesia pada umumnya, tidak tinggi dan tidak juga pendek, dengan kulit yang hitam karena setiap hari harus bekerja di sawah untuk mencukupi kehidupan mereka berdua.

Istri Pak Mamat sudah lama meninggal di tangan para penjajah Jepang yang dengan keji menculik, memperkosa dan membunuhnya, Sedangkan anak-anaknya juga sudah meninggal di tembus timah panas para serdadu Jepang. Pak Mamat bisa selamat karena ketika kampungnya di serbu oleh pasukan Jepang dia sedang berada di ladang yang memang jaraknya cukup jauh. Hidup Pak Mamat hancur saat itu, tapi semangatnya kembali ketika Indira hadir di kehidupannya yang dimana mengingatkan dia kepada anaknya yang sudah meninggal.

"Bapak sudah pulang ?" Tanya Indira.

"Iya nak, kamu kenapa ?" Tanya Pak Mamat melihat raut wajah Indira yang sedih

"tidak kenapa-kenapa pak" Jawab Indira singkat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun