Saya bersemangat sekali ketika bangun pukul 2 dini hari tadi. Dengan backpack di punggung dan tas pinggak, saya meluncur bermotor ke tempat kediaman 6 orang yang bakal terbang bersama saya ke Kuala Lumpur pagi ini. Kami bertujuh sampai di Terminal 2 Bandara Juanda pukul 3 pagi. Momen yang tepat : pagi ini Terminal 2 (T2) Bandara Surabaya nan megah itu akan mulai hari pertama operasinya. Sejumlah perusahaan penerbangan, di antaranya Garuda Indonesia, AirAsia, Mandala Tiger Air, dan China Air datang dan bertolak di Terminal 2 Bandara Juanda.
Calon penumpang baru boleh masuk hall T2 pukul 4 pagi. Sejumlah pejabat hadir, musisi gamelan menghadirkan beberapa potong sajian, diikuti tari Remo. Sekitar lima puluh penumpang pertama yang masuk kawasan check-in mendapat kalungan untaian melati dan anggrek plus goody-bag berisi kaos dan topi berlogo Angkasa Pura melalui tangan para pejabat. Saya termasuk yang dapat kalungan bunga dan goody-bag dan beberapa helai senyum dari pria dan wanita model berbusana Cak dan Ning Surabaya.
[caption id="attachment_295462" align="aligncenter" width="629" caption="Pukul 4 subuh tadi, peresmian pembukaan Terminal 2 Bandara Juanda (Foto Eddy Roesdiono)"][/caption]
Kami bertujuh check-in, riang gembira mengawali perjalanan wisata Surabaya – Kuala Lumpur dan lanjut Kuala Lumpur – Hong Kong sore harinya nanti. Boarding Pass sudah ditangan, sudah pula kami lewati meja pemeriksaan imigrasi di lantai 2.
Meski sekilas terlihat megah, T2 Bandara Juanda yang dibangun dengan arsitektur berselera modern masih menyisakan ruang-ruang kosong dan barang-barang yang berserakan, berikut scaffolding yang masih terpancang di luar kaca. Di lantai 1, kesan mewah dan berselera internasional bisa mudah tertangkap dengan hadirnya sejumlah gerai café jaringan internasional Starbucks dan kios-kios barang-barang jenis branded.
Ruang tunggu keberangkatan internasional di lantai dua terasa aneh; sebuah ruang besar dan tak cukup kursi untuk menampung aliran penumpang yang terus berdatangan. Saya menatap kawasan apron, sedikit gelap; gelap yang tak biasanya. Saya berjalan ke arah dinding kaca bangunan yang menghadap parkiran; makin tak biasa pemandangan. Bias cahaya dari sorot lampu di parkiran berbaur dengan abu keputih-putihan yang seperti bergerak-gerak dalam desir angin. Puluhan mobil di parkiran terlihat bewarna nyaris sama, abu-abu, termasuk bagian kacanya.
Dan pesan-pesan BBM bermunculan, mengirim gambar letusan Gunung Kelud di Kediri. Ah, ternyata abu Gunung Kelud, yang meletus Kamis (13 Februari malam) telah sampai di Bandara Juanda. Saya kembali ke dinding kaca yang menghadap apron. Punggung pesawat Cathay Pacific berbalur abu tebal; petugas sibuk memasang lembaran plastik untuk menutupi mesin-mesin jet pesawat itu.
[caption id="attachment_295463" align="aligncenter" width="614" caption="Pesawat Cathay Pacific dan selimut abu, Bandara Juanda Surabaya (foto Eddy Roesdiono)"]
Tak terdengar suara pesawat mendarat dan tak ada tanda-tanda kami akan segera boarding meski waktu telah lewat saat seharusnya boarding. Sebentar kemudian terdengar voice over yang mengumumkan penerbangan Garuda untuk tujuan Jakarta dibatalkan karena alasan cuaca buruk. Beberapa jenak kemudian menyusul voice over lain yang menyebutkan bahwa Bandara Juanda berhenti beroperasi karena cuaca buruk. Satu persatu penerbangan dinyatakan batal, termasuk penerbangan QZ 8276 yang sedianya menerbangkan kami ke Kuala Lumpur pada pukul 05.40.
Calon penumpang mulai resah. Lihatlah ratusan calon jemaah umroh yang tak dapat menahan gundah; tengoklah puluhan perempuan TKW yang sedianya kembali dan mulai bekerja di Malaysia; sejumlah dosen dari perguruan tinggi yang dalam kelompok besar hendak studi banding ke Singapura.
Calon penumpang TKW dan umroh memilih menunggu, tiduran di lantai lantaran tak tersedia banyak kursi, sementara, entah kenapa, calon penumpang lain terus berdatangan.
Calon penumpang yang gagal terbang langsung menyerbu konter maskapai penerbangan untuk minta janji maskapai, yaknipenjadwalan ulang dan pengembalian uang. Antrian mengular di masing-masing konter dan layanan kelihatan lamban.
[caption id="attachment_295464" align="aligncenter" width="553" caption="Calon penumpang didera resah (Foto Eddy Roesdiono)"]
Saya memilih untuk membawa rombongan saya (di antaranya seorang ibu sepuh berusia 84 tahun pakai kursi roda)pulang, dan mengurus penjadwalan ulang penerbangan di Sales Point Airasia di Tunjungan Plaza. Di sini, antrian juga panjang, tapi tak sepanjang antrian di bandara.
Saya telah minta penerbangan kami dijadwalkan besok, merasa yakin Bandara Juanda akan beroperasi normal lagi tanggal 15 Februari besok. Sejauh ini petugas hanya bisa menjanjikan jadwal penerbangan Surabaya – Kuala Lumpur. Akan halnya penerbangan Kuala Lumpur – Hongkong, saya harus menunggu konfirmasi dari kantor pusat Airasia di Malaysia.
Hari ini abu vulkanik Gunung Kelud yang mengandung silica (bahan pembuat kaca) telah membuat dunia transportasi udara Indonesia kelimpungan. Puluhan penerbangan dari dan menuju ke Surabaya dibatalkan. Jutaan rencana manusia terempas kelabu.
Ketika menulis artikel ini, saya har-har-cem, harap-harap cemas. Pingin jadi berangkat besok. Kata orang, 14 Februari adalah hari Valentine, hari kasih sayang. Saya yakin hujan abu yang telah mengelabukan hari pertama operasi T2 Bandara Juanda, pada hari keberangkatan wisata kami ke Hongkong, adalah pertanda kasih sayang dari Sang Pemilik Jagat, yang akan mengantarkan kita pada pengalaman batin, kedalalam tentang kearifan alam dan kesukacitaan yang lebih bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H