Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Unik Madras Shirt, Kemeja Jokowi

28 Juni 2014   19:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:24 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah wawancara yang dimuat laman Time 10 Juli 2012, berjudul “The Man in the Madras Shirt: An Outsider Campaigns for Jakarta’s Top Job, yang ditulis dalam kaitan pencalonan Jowo Widodo sebagai Gubernur DKI, Jokowi mengungkapkan alasan ia gemar mengenakan baju kotak-kotak (madras shirt). Kata Jokowi, “Saya suka kemeja ini karena kaya warna dan berbeda dari pakaian yang biasa dipakai pejabat-pejabat lain. Orang sudah bosan pakai yang itu-itu saja”.

[caption id="attachment_313099" align="aligncenter" width="300" caption="Jokowi dan kemeja Madras (foto : www.batamtoday.com)"][/caption]

Kemeja Madras yang biasa dipakai Jokowi, public figure yang terus melejit, kemudian jadi popular dan makin dikenal pula berbareng dengan pencalonan Jokowi sebagai Capres 2014.

Pakaian dan motif pakaian itu berjalan seiring dengan peradaban manusia. Kemeja Madras juga punya catatan sejaran dan asal-usul. Berminatkah Anda membaca terus tentang kemeja Madras?

[caption id="attachment_313101" align="aligncenter" width="227" caption="Kemeja Madras (foto : www.sidewalkhustle.com)"]

1403934320565184724
1403934320565184724
[/caption]

Dalam laman Wikipedia, disebutkan bahwa kemeja Madras itu pakaian khusus musim panas. Motif kotak-kotak berwarna-warni itu mulai populer dalam sebagai kemeja, celana panjang/pendek, jaket baju wanita. Madras juga digemari sebagai celana pemain golf, kemaja anak, kaos kaki dan benda-benda asesoris lain. Kain motif kotak-kotak itu disebut pula sebagai Madrasi Checks (Kotak-kotak Madras). Corak kotak-kotak Madras bisa merupakan hasil cetak atau merupakan gabungan dari kain-kain perca ukuran 3 x c cm yang dijahit menyatu.

[caption id="attachment_313102" align="aligncenter" width="456" caption="Kemeja Madras (foto : www.swipelife.com)"]

140393436555097672
140393436555097672
[/caption]

Laman Gentleman’s Gazette mengulas kemeja Madras lebih dalam lagi. Disebutkan bahwa kain corak Madras berasal dari nama kota Madras di India yang sekarang sudah berganti nama menjadi Chennai. Madras semula adalah desa nelayan kecil bernama Madraspatnam dan pertama kali didarati kapal dagang Belanda pada tahun 1612 yang khusus mencari pasokan bahan pakaian. Kapal dagang Inggris East India Company mulai ikut menjelajah Madras untuk keperluan yang sama, namun kecewa karena jenis pakaian yang didapat ternyata berkualitas rendah, dan satu-satunya alat cetak kain di Madras adalah alat cetak blok kayu yang teramat sederhana. Tapi, awak kapal dagang menemukan sesuatu yang lain; yakni jenis kain long cloath and morrees (kain terbuat dari kapas biru).

[caption id="attachment_313104" align="aligncenter" width="601" caption="Berbagai corak Madras (Foto : www.gentlemansgazette.com)"]

14039344391995429842
14039344391995429842
[/caption]

Perusahaan dagang Inggris mendapatkan hak dari penguasa setempat untuk membangun pos perniagaan dan inilah cikal bakal kemajuan kota Madras. Perusahaan dagang ini kemudian mengundang ratusan pembuat kain untuk bermukin di Madras dan menjual produk pada perusahaan dagang Inggris dengan insentif bebas pajak. Mulailah diproduksi pakaian longgar bermotif kotak-kotak dalam warna biru, hitam dan merah, pakaian yang cocok untuk iklim tropis yang lembab. Karena menggunakan bahan pewarna alami dan kain mudah menyerap, kain Madras punya penampakan yang sama baik di bagian luar atau dalam.

Pakaian berkain Madras mulai popular di Inggris dan di wilayah kekuasaan Inggris Raya. Nama 'Kain Madras' sendiri konon digagas oleh seorang penjahit bernama David J. Anderson pada tahun 1844. Corak Madras modern ditandai pula oleh garis-garis yang malang melintang sebagai pembatas kotak-kotak.

[caption id="attachment_313105" align="aligncenter" width="610" caption="Jas berkain Madras (foto : www.gentlemansgazette.com)"]

14039345071286906233
14039345071286906233
[/caption]

Kehadiran Madras di Amerika punya catatan sejarah tersendiri. Madras hadir pertama kali di Amerika sebagai sumbangan untuk mahasiswa Collegiate School of Connecticut pada tahun 1718 dari Elihu Yale, Gubernur Madras. Nama belakang sang gubernur akhirnya menjadi nama baru perguruan tinggi ini : Yale University.Kain Madras mulai sangat kondang di tahun 1930-an sebagai ‘corak wajib’ turis Amerika di Kepulauan Karibia. Pada tahun 1958, William Jacobson, importer tekstil Amerika ‘kulakan’ kain Madras di Bombay, India.

Di Bombay (sekarang Mumbai), William Kapten C.P .Krishnan Nair pemilik Leela Scottish Lace Ltd, perusahaan eksportir tekstil dari Chennai yang mengenalkan William pada kain Madras, yang diwarnai dengan pewarna berbahan sayuran dan minyak wijen. William dapat harga ‘ciamik’, yakni 1$ per yard. Nair mengingatkan William bahwa kain ini harus dicuci dengan cara yang benar, pelan-pelan dengan air dingin agar tidak luntur.

William mengulak 10,000 yard kain Madras dan sukses menjualnya pada Brooks Brothers yang memproduksi celana dan jaket seharga$50. Sayangnya, William lupa menjelaskan soal cara mencuci kain Madras. Konsumen mengamuk ketika mendapati pakaian berkain Madras yang mahal itu luntur. William balik marah pada Nair dan mengancam akan menuntut Nair. Nair berangkat ke Amerika untuk memenuhi panggilan William.

Alih-alih bertengkar hebat soal kain luntur, baik William dan Nair ternyata menemukan gagasan marketing cemerlang untuk mengatasi kekecewaan konsumen. Mereka mengundang redaktur Majalah Seventeen dan mengarang cerita tentang kehebatan kain Madras. Mereka bilang kain ini sengaja didatangkan dari Madras khusus untuk Brooks Brothers di New York. Besoknya, Majalah Seventeen terbit dengan artikel sepanhang tujuh halaman berjudul “Bleeding Madras—the Mircale Handwoven Fabric from India” (Madras Luntur, Kain Ajaib Buatan Tangan dari India). Berita dilengkapi juga dengan foto yang diberi caption “Guaranteed to Bleed” (Dijamin Luntur). Kain luntur, dari dimaki-maki, menjadi amat disuka. Makin luntur, makin disuka. Para pemakai kain Madras tak sabar menunggu kain mereka segera luntur!

Hanya beberapa hari setelah majalah beredar, Brooks Brothers kebanjiran order pakaian berkain Madras. Sejak saat itu, William dan Nair telah menapak jalan menuju sukses besar industri kain India, dengan jutaan yards kain Madras mengalir terus dari India ke Amerika.

Corak Madras telah merupakan bagian dari pilihan budaya berbusana. Kain Madras dipakai oleh siapa saja dan kapan saja, olah rakyat biasa atau calon presiden. Tak ada aturan yang membatasi kain Madras. Satu-satunya 'aturan' adalah : jangan pernah pakai atasan Madras dengan bawahan Madras pula. Kata orang Amerika, "it will be too colourful". Kata orang kita : 'tabrakan'. Itu saja!

Sayang sekali, kain Madras yang beredar saat ini kebanyakan diproduksi dengan sistem cetak modern dan oleh karenanya sulit luntur. Saya yakin, kemeja Madras yang biasa dipakai Jokowi dan pendukungnya, adalah jenis yang tidak luntur!

Salam kotak-kotak, salam dua jari! Two-Finger Greeting!

Sumber :

www.wikipedia.org

www.gentlemansgazette.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun