Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memoles Soal Cerita Matematika

9 Oktober 2014   19:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:43 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali memberikan pelatihan joyful learning dan creative teaching kepada para guru, saya senantiasa mendapatkan pertanyaan bagaimana cara membuat pembelajaran matematika lebih menyenangkan. Saya tak banyak paham matematika, akan tetapi, sebagai penggemar bahasa, setidaknya saya punya gagasan kecil untuk membuat pelajaran matematika lebih menyenangkan, yakni dengan menempuh langkah-langkah kreatif dalam memoles soal cerita; yang dalam hal ini adalah kreasi bernarasi.

Seperti kita ketahui, sebagian dari soal-soal ulangan atau ujian mata pelajaran matematika disajikan dalam bentuk soal cerita (narasi). Bila diamati, kebanyakan soal narasi tampak kering, kurang kreatif dan tidak memberikan nuansa enjoyment bagi pelajar. Yuk kita simak salah satu soal cerita dari sebuah bank soal matematika SMP.

“Dari sekelompok anak, terdapat 15 anak gemar bulutangkis, 20 anak gemar tenis meha, dan 12 anak gemar keduanya. Jumlah anak dalam kelompok tersebut adalah…..

Dari segi tujuan pengujian, soal cerita tersebut sudah bagus. Namun, cobalah simak soal serupa yang telah saya poles di bawah ini :

“Dari sekelompok siswa kelas 8A, 15 siswa memiliki akun Facebook, 20 siswa memiliki akun Twitter , dan 12 siswa masing-masing memiliki akun Facebook dan Twitter. Berapa jumlah siswa dalam kelompok tersebut?”

Anda benar, nuansa kreasi soal cerita dibumbui topik, fenomena sosial atau hal-hal yang akrab dengan dan menjadi bagian kehidupan sosial siswa dewasa ini .

Lihat pula contoh soal cerita esei berikut ini (dalam lembar soal yang sama dengan soal di atas) :

Dalam suatu kelas terdapat 40 siswa, yang gemar matematika 23 siswa dan yang gemar bahasa Inggris 32 siswa, serta yang gemar keduanya sebanyak 20 siswa.

A.Buatlah diagram Venn-nya.

B.Berapa siswa yang tidak gemar matematika maupun bahasa Inggris?

Yuk kita ubah soal tersebut dengan sentuhan yang lebih menarik minat siswa :

Di kelas 7D, terdapat 40 siswa. 23 di antaranya adalah fans JKT 48, dan 32 di antaranya adalah fans Super Junior. 20 siswa di antaranya gemar JKT 48 dan Super Junior"

A.Buatlah diagram Venn-nya.

B.Berapa siswa yang tidak gemar matematika maupun bahasa Inggris?

Agar soal cerita tidak terdengar kering dan flat, soal cerita bisa juga dibuat dengan cara lebih lengkap, lebih informatif, lebih otentik dan lebih realistis. Mari kita simak sebuah soal cerita yang menurut saya ‘kering’ dan ‘datar’ ini :

Seorang ayah, ibu dan dua anaknya naik kereta api. Harga tiket kereta api per orang adalah Rp 300.000. Anak kedua, karena masih berusia di bawah satu tahun, mendapatkan potongan harga sebesar 75% dari harga tiket. Berapakah keluarga tersebut harus membayar biaya keseluruhan tiket?

Kita ubah menjadi demikian :

Pak Made, Bu Made, dan dua anak mereka yakni Agung dan Saraswati naik kereta api Argo Bromo Anggrek dari Surabaya ke Jakarta. Harga tiket kereta api adalah Rp 400.000 per orang. Karena Saraswati berusia di bawah satu tahun, ia mendapatkan potongan harga sebesar 75% dari harga tiket normal. Berapakah biaya yang dibutuhkan keluarga tersebut untuk membeli tiket kereta api?”

Mari kita simak pula soal cerita ‘kering’ yang lainnya ini :

“Siswa-siswa kelas 9 yang jumlahnya 300 siswa bersama 12 guru hendak berdarmawisata ke sebuah wisata pegunungan. Mereka akan tinggal di rumah persewaan milik penduduk di pegunungan tersebut. Setiap rumah sewa penduduk memiliki 8 kamar masing-masing untuk 2 orang.(A) Berapa rumah sewa yang diperlukan? (B) Berapa banyak kamar yang tersisa?”

Yuk kita ubah menjadi lebih informatif dan menarik :

“300 siswa kelas 9 dan 12 guru SMP Widya hendak berdarmawisata ke gunung Bromo. Mereka akan tinggal di rumah persewaan milik penduduk (home-stay). Masing-masing rumah sewa penduduk memiliki 8 kamar. Masing-masing kamar bisa menampung 2 orang.(A) Berapa rumah sewa yang diperlukan? (B) Berapa banyak kamar yang tersisa?”

Anda mungkin menganggap perubahan detail cerita itu sepele belaka. Namun, saya berpendapat bahwa detail yang lebih informatif, otentik dan realistis akan lebih menarik.

[caption id="attachment_328142" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi (www.thinkingofteaching.blogspot.com)"][/caption]

Soal cerita yang disajikan dengan sentuhan realistis, informatif, menarik dan otentik saya temukan dalam sebuah soal cerita di buku teks Mathematics terbitan Houghton Mifflin yang digunakan di sekolah dasar di Amerika. Ini dia :

Stonehenge, on Salisbury Plain, in England, is a favourite tourist attraction. The stones, some of them weighing as much as 90,000 pounds, were brought to this location and arranged about 4,000 years go. What is the weight of the heaviest stones in tons?”

(Stonehenge, di Dataran Salisbury di Inggris, adalah salah satu atraksi wisata favorit. Batu-batunya, di antaranya bisa seberat 90.000 pon, diangkut ke lokasi itu dan disusun sekitar 4.000 tahun lalu. Berapa bobot batu-batu terberat dalam ukuran ton?)

Bukankah kita bisa menulis soal serupa itu, misalnya :

“Candi Singosari di kota kecamatan Singosari, kabupaten Malang, adalah candi bercorak Hindu-Buddha yang dibangun pada tahun 1315 Masehi. Bangunan candi ini terbuat dari batuan andesit berbentuk bujur sangkar 14 x 14 meter dengan bangunan candi yang menjulang setinggi 15 meter. (A) Berapakah usia candi Singosari saat ini?, (B), berapakah luas Candi Singosari? (C) Berapakah tinggi candi Singosari dalam milimeter?”

Melalui soal cerita seperti ini, siswa bisa melakukan operasi hitungan berdasarkan fakta otentik, mendapatkan deskripsi singkat tentang sejarah dan letak candi yang merupakan informasi tambahan yang bermanfaat tentang khasanah sejarah, budaya dan pariwisata Indonesia.Saya yakin, informasi yang menarik dalam soal cerita bisa memicu siswa untuk lebih tertantang dalam problem solving.

Selain itu, saya sangat menyarankan agar bahasa Indonesia dalam soal cerita juga diperhatikan dari segi tatabahasa, ejaan, serta efisiensi kata, frasa dan kalimat. Nama-nama tokoh dalam cerita juga bisa lebih divariasikan. Bosan kalau selalu Ali, Tini, Tono, Pak Badu, Amir dan semacamnya. Kita bisa gunakan nama-nama diri khas daerah di Indonesia : Made, Daeng, Panjaitan, Sutisna, Albertus, Rumemper, Ni Wayan, Cecilia, Pepih, Iskandar, Gaganawati, Tjiptadinata dan seterusnya.

Kalau kebetulan ada penulis soal-soal matematika yang membaca tulisan ini, semoga Anda suka gagasan saya.

Oh ya, saya punya satu soal cerita matematika ‘kering’ dan ‘datar’ di bawah ini. Mari kita poles agar lebih menarik. Silakan tulis usulan kreasi Anda di kolom komentar.

Salam guru hebat!

“Pak Ali sanggup mencangkul sebidang tanah dalam waktu 15 hari, sedangkan pak Budi sanggup mencangkul dalam waktu 30 hari. Jika mereka mencangkul tanah bersama-sama, dalam berapa harikah tanah tersebut dapat dikerjakan?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun