Tadi (Selasa, 30 Agustus 2011) saya ikut merayakan 'Idul Fitri, yang juga dirayakan di belahan dunia lain juga (Arab Saudi, Malaysia, London, Jepang, Negara2 Arab lain). Karena saya berkeyakinan bahwa negeri Islam lain juga merayakan, pasti mereka tidak gampang untuk menetapkan, karena bulannya sangat muda.
Di hari yang sama, saya menyaksikan bulan pada ketinggian kira-kira 15 derajat (melihat dengan sedikit mendongakkan kepala) di arah barat pada jam 18:30 waktu Bandarlampung, beberapa menit kemudian saat mau saya ambil fotonya sudah tenggelam.
Kalau tidak salah perhitungan jarak bulan dari horizon adalah 30 menit matahari terbenam ditambah ketinggian bulan yang terlihat.
Total tinggi bulan = 7,5 + 15 (derajat)
Hasil perhitungan kasar saya sekitar 22.5 derajat, berarti malam ini (Rabu) tanggal pada bulan Syawal sudah masuk tanggal 2. Karena tanggal 2 pada bulan hijriah tinggi bulan diperkirakan antara 12,86 s.d. 25,71 derajat.
Kejadian Sering Berulang
Di negeri ini, kejadian sering berulang. Kok bisa? Saya sering membuktikan tanggal 1 hijriah dengan cara memundurkan hari seperti di atas. Saya buktikan tanggal 1 dengan melihat tanggal 2, caranya dengan melihat bulan pada hari yang sama kira-kira jam 18:00 s.d. 18:30.
Apakah negeri ini kekurangan "Orang Pintar" atau tidak ada alat yang lebih canggih lagi? Saya pikir bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah:
1. Ummat Islam saat ini sudah dikotak-kotakkan dengan wilayah, sementara akses informasi sangat mudah kita peroleh. Informasi dari belahan dunia dapat mudah kita akses asal sarananya memenuhi.
2. Tidak adanya rasa tawadhu' pada pemerintah. Pemerintah harusnya mau mengakui pihak lain, selama dapat dipertanggungjawabkan. Karena yang jadi korban adalah masyarakat awam.
3. Masyarakat tidak perlu mengedepankan organisasinya, golongannya.