Mohon tunggu...
Eddy Mesakh
Eddy Mesakh Mohon Tunggu... Wiraswasta - WNI cinta damai

Eddy Mesakh. Warga negara Republik Indonesia. Itu sa! Dapat ditemui di http://www.eddymesakh.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Muncul Ide Liputan Cerdas saat Ngopi Bareng...

23 Mei 2015   08:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:42 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_367209" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi (foto:eddy mesakh)"][/caption]

NGOPI yuuuk...! Ajakan seperti ini sangat akrab di telinga para awak redaksi ketika saya masih aktif sebagai jurnalis. Pagi, setelah rapat perencanaan liputan maupun sore seusai rapat budgeting, hampir selalu diakhiri dengan acara ngopi bareng di sebuah warung kopi dekat kantor kami. Ngopinya bareng, tapi bayarnya sendiri-sendiri... :D

Kalau kantong mulai menipis  – biasanya jelang akhir bulan -  acara ngopi bareng tidak berlangsung di warung kopi. Masing-masing awak redaksi menyeduh kopi sendiri-sendiri lalu kembali ke ruang redaksi untuk bersantai sambil berbincang mengenai apa saja, tak terkecuali topik yang baru selesai dibahas dalam rapat.

Pembicaraan ketika acara ngopi bareng ini malah seringkali menghasilkan rencana liputan yang lebih menarik maupun pilihan berita yang lebih menjual daripada hasil perbincangan serius di ruang rapat redaksi. Kami tidak pernah menyadari dan memang tak pernah merencanakan untuk mengambil keputusan mengenai liputan maupun berita yang akan diterbitkan ketika acara ngopi bareng itu. Tetapi begitulah kejadian yang sering terjadi. Hasil “rapat” saat ngopi bareng seringkali mengalahkan keputusan rapat redaksi.

Biasanya, setelah tiba di warung kopi atau setelah secangkir kopi sudah tersedia di hadapan kami, perbincangan masih umum menyangkut apa saja sambil bercanda. Kemudian kami mulai bicara tentang peristiwa hari itu, tentang situasi politik yang sedang berkembang, tentang situasi bisnis, tak terkecuali gosip-gosip politik nasional, lokal, hingga gosip di seputaran kantor kami.

Sambil menyeruput kopi, obrolan santai mengalir tak tentu arah dengan topik yang berganti-ganti “seenaknya”. Sementara tinggi permukaan kopi dalam cangkir kami terus menurun, dan ketika itu topik dari rapat redaksi mulai memasuki tema obrolan tanpa tema itu. Tahu-tahu kami sudah memutuskan untuk mengganti rencana liputan maupun pilihan berita hasil rapat dengan hasil obrolan sambil ngopi itu. :D

Ada satu contoh. Suatu hari di bulan Juli 2007, sambil ngopi-ngopi di ruang rapat redaksi – tentu saja setelah rapat perencanaan - seorang senior kami yang sudah malang melintang di dunia jurnalistik memegang selembar kertas berisi iklan orang hilang. “Aku curiga anak ini diculik.” Iklan yang akan diterbitkan di koran kami itu memuat foto seorang gadis keturunan Tionghoa. Keluarga gadis tersebut sangat cemas sehingga memasang iklan orang hilang pada hari kedua setelah gadis cantik tersebut tak pulang ke rumahnya.

Iklan orang hilang itu sama sekali tidak dibahas dalam rapat perencanaan. Tapi setelah ngobrol sambil ngopi, sang senior mengajak beberapa di antara kami untuk berangkat ke rumah orangtua gadis itu. Kami bagi-bagi tugas. Ada yang bertugas ngobrol dengan keluarganya, ada yang bertugas mendeskripsikan situasi rumahnya, memotret, dan saya sendiri “mencuri” foto gadis itu. Bukan, bukan mencurinya dari dalam rumah, melainkan mengambilnya dari teras rumah itu. Foto itu dicetak pada selembar kertas HVS untuk disebarkan kepada masyarakat agar bisa memberikan informasi bila bertemu atau mengetahui keberadaannya.

Esoknya, Minggu 15 Juli 2007,  si gadis belum juga ditemukan. Koran kami sudah memberitakannya di halaman satu ketika koran-koran lain belum ada yang memberitakan. Sehari kemudian, jenazah gadis itu ditemukan di sebuah hutan. Maka hebohlah Kota Batam. Semua koran menjadikan penemuan mayat itu sebagai berita utama. Feeling sang senior terbukti bahwa gadis itu telah diculik dan dugaan itu muncul saat kami sedang ngopi bareng!

Mayoritas awak redaksi di kantor kami adalah para penikmat kopi. Mungkin office boy sering kesal karena jejak kopi biasanya tertinggal di mana-mana; dekat dispenser, meja kerja, hingga meja rapat redaksi. Saya sendiri adalah penyuka kopi. Meja kerja saya ketika masih aktif di media massa maupun meja kerja saya saat ini, hampir selalu meninggalkan jejak hitam bulat bekas dudukan cangkir berisi kopi.

Sejak kecil saya adalah peminum kopi, pengaruh dari kedua orangtua saya yang sama-sama penyuka kopi. Di antara empat bersaudara, saya satu-satunya penyuka kopi. Kakak dan dua adik saya kurang menyukai kopi. Banyak penelitian mengungkapkan bahwa kopi dapat mengakibatkan penyakit jantung. Entahlah! Tapi ketika masih kecil, saya malah mendapat “ajaran keliru” dari ibu mengenai kopi yang justru bertolak belakang dengan pendapat umum itu.  “Minum kopi, sadiki sa ko supaya jantong kuat,” kata ibu saya... hahahahaha....!

Ayah-ibu saya biasanya minum kopi Flores. Biasanya ibu membeli biji kopi Flores dari pedagang keliling maupun dari pasar, disangrai sendiri, dan ditumbuk menggunakan lesung kayu. Lantaran ditumbuk sendiri, tentunya tak sehalus kopi-kopi yang dijual dalam kemasan, sehingga selalu menyisakan banyak ampas ketika diseduh. Saya paling suka makan ampas kopi itu.

Suatu ketika, awal tahun 1990-an, ayah saya baru pulang bertugas dari Jakarta. Itu pertama kalinya ayah saya - seorang guru di kampung (Kupang) - menginjakkan kakinya di tanah Jawa. Dia membawa oleh-oleh berupa beberapa kemasan kopi dalam tabung kaca. Itu pertama kali saya mengenal merek kopi Nescafe. Saya kagum ketika menyeduh kopi ini karena tak ada ampasnya. Tiga saudara saya yang tak menyukai kopi malah ikut menikmati dan menyukai rasanya.

Ngopi yuuuk...! (*)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun