Mohon tunggu...
Eddy Mesakh
Eddy Mesakh Mohon Tunggu... Wiraswasta - WNI cinta damai

Eddy Mesakh. Warga negara Republik Indonesia. Itu sa! Dapat ditemui di http://www.eddymesakh.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Komentar-komentar Itu Memojokkan NTT

6 April 2013   00:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:39 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_236461" align="alignnone" width="702" caption="Kota Kupang, Ibukota Provinsi NTT dilihat dari udara (dok pribadi)."][/caption] Kasus penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan Sleman begitu menggemparkan publik negeri ini. Penyerangan terhadap fasilitas Negara itu berlangsung sangat dramatis. Dari pemberitaan luas berbagai media massa, kisahnya seperti film-film laga a la Hollywood. Terorganisir rapi, penyelesaian cepat, dan sangat tepat sasaran! Hanya orang-orang sangat terlatih yang mampu melakukannya di dunia nyata. Kini terungkap sudah bahwa kelompok yang menyerang LP Cebongan adalah oknum yang berasal dari pasukan elite TNI (Kopassus). Hal ini diungkapkan oleh Kapuspen TNI Laksamana Madya Iskandar Sitompul dan disebarluaskan oleh berbagai media massa. Saya membaca hampir semua pemberitaan media massa online dan beberapa media cetak lokal dan nasional terkait kasus tersebut.  Demikian pula berbagai analisis ahli (maupun yang tak ahli) tak luput dari perhatian. Sangat menarik ketika membaca berita terkait di situs-situs berita online, lantaran pembaca bisa memberikan komentarnya.  Banyak pro dan kontra.  Ada yang mendukung para oknum yang menyerang dan menghabisi empat tahanan LP Cebongan.  Apalagi mereka ditahan karena telah menghabisi seorang anggota Kopassus. Masyarakat yang pro berharap penyerangan itu menimbulkan efek jera terhadap kelompok-kelompok premanisme di Indonesia. Sebaliknya ada pula yang kontra lantaran penyerangan tersebut melanggar hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kendati pun empat korban yang dihabisi diduga terlibat premanisme. Alasannya, empat tersangka sudah berada di tangan penegak hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pro dan kontra menjadi hal lumrah di Indonesia, satu di antara negara demokrasi terbesar di dunia. Yang tidak lumrah adalah ada begitu banyak komentar justru memojokkan daerah asal empat terdakwa yang tewas di Cebongan. Ya, mereka berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Akibatnya, banyak komentar yang menjelek-jelekkan masyarakat NTT. Bahkan ada komentator berita yang “mempersilakan” NTT keluar dari NKRI! Saya kutip beberapa komentar dari sebuah situs berita populer. Misalnya: “klo ribut trs NTT kluar dr NKRI aj sana..” Ada pula komentar sinis: “dari NTT, ya?” Dan masih banyak lagi komentar yang memojokkan NTT secara keseluruhan. Jika hanya hal “sepele” seperti ini sebuah daerah boleh memisahkan diri dari NKRI, maka mungkin hari ini tinggal Pulau Jawa yang disebut Indonesia. Tengok, Timor Leste harus melalui perjuangan panjang dan pertumpahan darah baru bisa lepas dari NKRI. Aceh pun pernah memperjuangkan hal serupa, dan Papua belum berhenti bergolak lantaran sejumlah pihak ingin lepas  dari Indonesia. Sungguh menyedihkan menjadi orang NTT. Saya sendiri juga berasal dari NTT. Bukanlah provinsi yang makmur dibandingkan sebagian besar  provinsi lain di republik ini. Sehingga orang NTT sendiri seringkali menertawakan daerahnya sendiri lantaran ketertinggalan itu. Misalnya membuat akronim-akronim “lucu” seperti NTT: Nasib Tidak Tentu, Nanti Tuhan Tolong, Negeri Tandus dan Terbuang, dan masih banyak lagi. Iklim NTT yang kering dan tandus tak cukup mampu untuk mendukung rakyatnya menjadi lebih sejahtera seperti saudara-saudaranya di wilayah Indonesia sebelah barat. Toh perhatian pemerintah pusat terhadap daerah ini sangat minim. Tak ada pembangunan infrastruktur memadai guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Tanya, kenapa? Tapi ada satu hal yang membanggakan dari masyarakat NTT secara umum. Silakan Anda berkeliling daerah-daerah di NTT: pernahkah Anda bertemu dengan pengemis jalanan? Kalau pun ada, dia pasti orang gila (orang sakit jiwa). Dan lantaran kerasnya kehidupan di daerahnya membuat orang NTT umumnya berkarakter keras dan lebih bernyali. Inilah yang membuat anak-anak muda asal NTT lebih disukai oleh para pengusaha sebagai petugas keamanan.  Bahkan dibayar oleh para pengusaha sebagai penagih utang (debt collector). Setitik nila merusak susu sebelanga. Kebetulan yang terlibat bentrok dan menewaskan seorang anggota Kopassus adalah anak-anak asal NTT, maka seluruh masyarakat NTT terkena stigma negatif. Pertanyaannya, apakah selama ini semua pelaku premanisme di Indonesia hanya berasal dari NTT? Sebaliknya, apakah tak ada orang NTT yang ikut berjasa membangun negeri ini? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun