[caption id="" align="alignnone" width="700" caption="BKKBN (Sumber: Kompasiana.com)"][/caption]
BATAM - Bila mampu memaksimalkan bonus demografi yang diproyeksikan terjadi antara tahun 2020-2030, Indonesia akan mengalami lompatan pertumbuhan ekonomi dan berubah dari negara berkembang menjadi negara maju. Bonus demografi adalah bonus yang dinikmati oleh sebuah negara manakala proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibanding penduduk tidak produktif berusia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas.
Bagaimana caranya agar Indonesia dapat memaksimalkan kuntungan dari berlimpahnya penduduk usia produktif itu? Pertanyaan ini dijawab dalam diskusi bertema “Bonus Demografi” pada acara “Kompasiana Nangkring bersama BKKBN di Batam”yang berlangsung dide ArianisCafé, JlEngku Putri Komplek Carnaval Mall, Batam Center, Batam, Rabu (8/10/2014).
Diskusi yang dihadiri puluhan Kompasianer Batam itu dipandu admin Kompasiana Nurulloh, menghadirkan tiga pembicara, yakni Drs. Yunus Patriawan Noya, M.Si dari Deputi Advokasi Pergerakan dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), DR. Sonny Harry B Harmadi selaku KepalaLembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia(LDFE-UI), dan Drs.Suyono Hadinoto MSc (Direktur Dampak Kependudukan BKKBN).
Suyono Hadinoto menjelaskan, dari sisi kualitas, besarnya jumlah penduduk Indonesia ternyata tidak diimbangi mutu sumber daya manusia yang memadai. Dia menekankan agar pemerintah tidak saja berfokus pada warga usia sekolah, tetapi juga memperhatikan pendidikan bagi warga di luar usia sekolah demi meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM).
Dijelaskan bahwa BKKBN terus melakukan upaya pengendalian kualitas bayi yang dilahirkan. “Ibu harus sehat agar bisa melahirkan bayi yang sehat,” ujar Suyono. Dengan demikian, ada tiga hal yang dilakukan BKKBN untuk mempersiapkan seorang ibu yang baik, yakni sebelum menikah, saat melahirkan, dan proses mendidik anak.
Hal-hal yang dilakukan BKKN antara lain membangun kerja sama dengan Departemen Agama untuk mengontrol usia pernikahan. Alasannya, banyak perempuan menikah di bawah umur atau sebelum mencapai usia 18 tahun. BKKBN juga memberikan penyuluhan soal asupan gizi ke masyarakat, serta terlibat dalam kegiatan Posyandu untuk imunisasi dan pemberian makanan tambahan.
Perhatikan keluarga TKW
Yunus Patriawan Noya menambahkan, Indonesia harus mampu menciptakan generasi yang siap agar bangsa ini bisa memperoleh manfaat optimal dari bonus demografi. “Setiap anak harus disiapkan sejak seribu hari pertama dalam kehidupannya. Sejak (masa) itu harus sudah tertanam bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang membutuhkan generasi muda yang cerdas. Revolusi mental generasi muda harus ditanamkan," papar Yunus.
Untuk itu, ujar Yunus, BKKBN juga membuat solusi strategis bagi anak-anak dari keluarga tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri. Ada tiga masalah krusial yang dihadapi anak-anak TKW, yakni terlambat sekolah, gizi buruk, dan kehilangan kasih sayang ibu karena hanya dirawat sang ayah.
Agar anak-anak tersebut dapat bertumbuh secara baik dan kelak menjadi manusia berkualitas, BKKBN turun tangan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi suami para TKW dan nenek dari anak-anak itu. “Mereka dipersiapkan agar bisa merawat anak-anak tersebut dengan baik,” jelas Yunus.
Dia mengungkapkan fakta mencengangkan yang ditemukan dalam sebuah penelitian terhadap para TKW di Hongkong. “Penelitian di Hongkong, 80 persen TKW kita mengidap penyakit kelamin. Umumnya mereka korban lesbian,” ujarnya.
Model solusi strategis yang dilakukan oleh BKKBN untuk mengatasi persoalan tersebut, kata Yunus, adalah datang ke daerah-daerah pengirim TKW terbesar di Indonesia, misalnya ke Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. “Anak-anak diberi asupan gizi berupa susu dan telur. Mereka juga diberi sikat dan pasta gigi,” ujarnya.
Promosi dan pencitraan
Selain aksi nyata di lapangan, BKKBN juga melakukan promosi dan pencitraan. Upaya ini dilakukan setelah memperoleh masukan dari John Hopkins University, Amerika Serikat. Salah satu masukannya adalah bekerjasama dengan Kompasiana untuk mengampanyekan isu “Bonus Demografi” kepada para blogger Kompasiana yang jumlahnya mencapai ribuan. “Kita melakukan pendekatan 360 derajat, artinya kapan dan di mana saja,” ujar Yunus.
Selain mempromosikan isu itu kepada para blogger, BKKBN juga mencari model yang bisa dijadikan panutan, antara lain para pemimpin yang dinilai sukses menjalankan Millennium Development Goals (MDGs), yakni Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
BKKBN juga memberikan penghargaan bagi iklan-iklan televisi bertema keluarga yang di dalam iklannya menggunakan dua anak. Ini diharapkan menjadi contoh sekaligus kampanye mengenai keluarga sejahtera. (*)
Artikel terkait: Merawat Generasi, Menuai Bonus Demografi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H