[caption id="attachment_343076" align="aligncenter" width="630" caption="LENGANG - Lapak-lapak kosong melompong di Pasar Induk Jodoh, Batam, Selasa (23/12/2014) pagi, sekitar pukul 08.00 WIB. (eddymesakh) "]
Ada sedikit aktivitas di dalam bangunan Pasar Induk. Terlihat sejumlah ibu-ibu tengah membersihkan sayuran yang akan dijual di Pasar Tos 3000. Tampaknya pasar tersebut ada penghuninya, karena beberapa lapak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti ada jemuran, piring kotor di tempat cucian, dan sejumlah balita bermain di lorong-lorong.
Upaya relokasi pedagang ke dalam gedung pasar tersebut tak berjalan mulus. Entah apa persoalan di balik gagalnya relokasi tersebut, tampaknya Pemko Batam belum menemukan metode yang baik dan tepat. Mungkin Walikota Batam Drs Ahmad Dahlan perlu belajar dari mantan Walikota Surakarta (Solo) Ir Joko Widodo, ketika merelokasi para pedagang kaki lima di kawasan Banjarsari tanpa gejolak, maupun revitalisasi sejumlah pasar di daerah tersebut. Demikian pula ketika sosok yang sama menjabat Gubernur DKI Jakarta, dinilai cukup berhasil memindahkan para PKL yang memenuhi jalan raya ke dalam Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta.
[caption id="attachment_343077" align="aligncenter" width="560" caption="BERPENGHUNI - Bocor dan senyap. Lorong di bagian dalam Pasar Induk Jodoh, Batam, Selasa (23/12/2014). Jika diperhatikan, tampaknya kios-kios di dalam pasar ini dijadikan tempat tinggal. (eddymesakh)"]
Sebenarnya berbagai upaya telah dilakukan Pemko Batam agar para PKL dan pedagang pasar di Tos 3000 bisa pindah ke Pasar Induk. Misalnya dengan menggandeng Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) hingga menyerahkan pengelolaannya kepada pihak swasta melalui kerja sama operasi (KSO) dengan PT Golden Tirta Asia (GTA) di tahun 2006. Setelah delapan tahun berlalu, upaya kerja sama itu sama sekali tak menampakkan hasil. Selain itu, telah terbentuk pula Koperasi Pasar Sejahtera Bersama (Kopas SBM) dan Asosiasi Pedagang Pasar Induk Jodoh–Batam (APPIJB) yang sekretariatnya berada di gedung Pasar Induk Jodoh yang terbengkalai itu.
Sungguh disayangkan, pasar induk yang menelan biaya pembangunan sebesar Rp 90 miliar pada 2004 itu nyaris sia-sia. Kalaupun masih berniat menghidupkan Pasar Induk Jodoh, Pemko Batam tampaknya harus kembali mengeluarkan biaya puluhan miliar untuk memperbaikinya.
Tos 3000 Paling murah
Terlepas dari persoalan relokasi itu, Pasar Tos 3000 yang bertumbuh sendiri justru semakin hari semakin ramai oleh penjual dan pembeli. Masyarakat dari berbagai penjuru Kota Batam rela menempuh perjalanan lebih jauh menuju pasar tersebut, walaupun di dekat rumahnya juga terdapat pasar yang lebih bersih dan tertata baik oleh perusahaan pengembang. Alasan utama masyarakat maupun pengusaha kuliner di Kota Batam memilih belanja kebutuhan dapur di pasar ini karena harganya paling murah di seantero kota industri ini. Selisih harga sayuran di pasar tersebut dibandingkan pasar-pasar lainnya bisa mencapai 30-40 persen dan juga lebih lengkap. Atas alasan itu pula saya pun lebih memilih berbelanja kebutuhan di Pasar Tos 3000.
[caption id="attachment_343079" align="aligncenter" width="630" caption="PARKIRAN PENUH - Parkiran penuh. Deretan sepeda motor di salah satu tempat parkir sekitar Pasar Tos 3000, Jodoh, Batam, Selasa (23/12/2014) pagi. (eddymesakh)"]
Ada sebuah pasar yang lebih tertata, bersih, dan hanya berjarak sekitar 400 meter dari rumah kami, tetapi saya lebih memilih Pasar Tos 3000 yang berjarak sekitar 20 kilometer. Lantaran jarak yang cukup jauh, kami hanya sekali seminggu belanja kebutuhan dapur dan setiap kali belanja menghabiskan antara Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu. Tapi itu untuk kebutuhan satu minggu.  Sementara jika berbelanja di pasar dekat rumah, sekali belanja bisa habis Rp 100 ribu – Rp 150 ribu, tetapi hanya untuk kebutuhan sehari. Bayangkan bila setiap hari kami belanja di pasar sebelah rumah itu, pengeluaran dapur saja bisa mencapai Rp 700 ribu – Rp 1.050 ribu per minggu! Artinya, dengan berbelanja di Pasar Tos 3000, kami sudah  menghemat pengeluaran sekitar 70 persen.
[caption id="attachment_343080" align="aligncenter" width="560" caption="PAPAN NAMA - Papan nama sebuah asosiasi pedagang di dalam gedung Pasar Induk Jodou, Batam. Foto diambil Selasa (23/12/2014) pagi. (eddymesakh)"]
Mengapa harga barang di Pasar Pagi Jodoh lebih murah dibanding pasar-pasar lainnya? Dari pengamatan penulis, rupanya banyak pedagang dari pasar-pasar lainnya di Batam juga membeli sayuran dari Pasar Tos 3000 untuk dijual kembali. Selain itu, kebanyakan sayuran dan buah-buahan dari petani di Batam, pulau-pulau lain di Kepri, dari daerah Indonesia lainnya, maupun impor dari luar negeri, lebih banyak masuk ke pasar ini. Rantai tataniaga yang lebih pendek dan (mungkin) biaya sewa lapak/lokasi berjualan yang lebih rendah merupakan faktor utama harga produk di pasar ini jauh lebih murah dibanding pasar-pasar lainnya di Kota Batam.
Kian hari, si kumuh Pasar Tos 3000 semakin sexy dan terus dibelai ribuan orang, sementara si cantik Pasar Induk malah kesepian dan terbengkalai. Â Alangkah bagusnya bila suatu ketika Pemko Batam mampu memindahkan para pedagang Pasar Tos 3000 yang memenuhi jalan raya ke dalam Pasar Induk Jodoh sehingga tidak menimbulkan kemacetan serta waktu beroperasi lebih panjang dibanding saat ini tanpa khawatir diobok-obok petugas Satpol PP. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H