[caption id="attachment_343864" align="aligncenter" width="560" caption="Cable car di Genting Highland, Malaysia (eddymesakh)"]
Lalu, mengapa angka kunjungan turis mancanegara ke Indonesia lebih sedikit dibanding negara-negara tetangga? Apakah karena di sana lebih banyak obyek wisata artifisial dan itu lebih menarik dibanding wisata alami di Indonesia? Apakah strategi promosi negara tetangga jauh lebih mumpuni dibanding kita? Atau ada faktor lain, misalnya jaminan keamanan?
Destinasi wisata di Malaysia dan Singapura yang pernah saya kunjungi umumnya adalah destinasi artifisial alias hasil kreasi modern. Sebut saja Malaysia dengan Genting Highland dan Singapura dengan Sentosa Island. Ketika plesiran keliling Malaysia bersama sebuah perusahaan travel beberapa tahun lalu, tujuan utama kami saat itu adalah Genting, kemudian destinasi lainnya sebagai pelengkap. Sedangkan saat beberapa kali plesiran sendiri bersama keluarga ke Singapura, destinasi utama kami adalah Sentosa Island baru kemudian berkeliling kota dan pusat-pusat perbelanjaan.
[caption id="attachment_343867" align="aligncenter" width="635" caption="Universal Studio di Sentosa Island, Singapura (eddymesakh)"]
Saat berwisata ke Malaysia, saya melihat teman-teman serombongan sangat antusias menikmati perjalanan. Kami sangat bersemangat saat berfoto di destinasi-destinasi andalan di Genting, Kuala Lumpur, dan pusat pemerintahan Putra Jaya. Padahal tak ada atraksi budaya nan spektakuler yang bisa kami saksikan di sana. Alamnya pun biasa-biasa saja bila dibandingkan dengan keindahan alam milik Indonesia. Sebaliknya, Indonesia, selain memiliki keunggulan destinasi wisata alami, peninggalan bersejarah, dan hewan purbakala (komodo), juga memiliki destinasi-destinasi buatan seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Garuda Wisnu Kencana, Trans Studio, dan sebagainya.
[caption id="attachment_343876" align="aligncenter" width="560" caption="Sebuah lokasi wisata di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Masih alami dan sangat sedikit sentuhan pemerintah setempat guna menarik wisatawan dari luar daerah maupun mancanegara. (eddymesakh)"]
Ketika berbincang dengan teman serombongan di Malaysia yang sama-sama warga Batam, dia mengatakan, dirinya sama sekali tak tertarik dengan atraksi budaya apapun di negeri jiran itu ataupun kondisi alamnya, karena sudah pasti kalah dari Indonesia. Dirinya hanya tertarik untuk melihat “sesuatu” yang berbeda dari Indonesia. Apakah itu? “Ini pertama kali saya ke Malaysia, dan saya hanya tertarik membandingkan kemajuan Malaysia dibanding Indonesia.” Lalu apa yang paling menarik baginya? “Saya melihat sekilas masyarakat di Malaysia lebih tertib, bangunan-bangunan dan gedung-gedung lebih tertata, lalu-lintasnya tertib, lingkungannya lebih bersih, dan saya merasa Malaysia lebih aman dibanding kita,” ujarnya.
Ketika saya mengajak keluarga berkeliling Singapura, kedua anak saya yang ikut dalam perjalanan itu sangat menikmati suasana di Pulau Sentosa, terutama ketika berada di Sea Aquarium. Anak-anak saya juga tampak riang ketika bermain di pantai buatan yang terletak di atap Vivo City. Tetapi mereka tak begitu menikmati acara jalan-jalan dan justru banyak mengeluh capek, ketika kami berkeliling kota.
[caption id="attachment_343877" align="aligncenter" width="645" caption="Bermain jetski di Batam View Resort, Batam. (eddymesakh)"]
Sangat berbeda ketika keluarga saya ajak jalan-jalan ke Pulau Belakangpadang, Pantai Melayu, Kamp Vietnam, dan Hutan Mata Kucing (Batam) atau ke Tanjungpinang dan Bintan. Di Belakangpadang, anak-anak sangat menikmati alam karena mereka bisa mandi sepuasnya di pantai, di Kamp Vietnam anak-anak terlihat gembira dan asyik memberi makan ratusan monyet. Demikian pula saat berada di Pantai Trikora, Bintan, mereka bisa berenang sepuasnya. Kami juga sangat menikmati suasana tenang di Vihara Dharma Sasana Tanjungpinang, menyusuri perkampungan di Pesisir Tanjungpinang, merasakan ketegangan ketika menumpang pompong (perahu kayu berukuran kecil dengan motor tempel), dan menikmati lezatnya buah duren yang murah-meriah. Bahkan, keluarga kami sangat menikmati setiap kali digelar festival kuliner vegetarian di Maha Vihara Duta Maitreya Batam.
Zona wisata: daerah melawan negara