Jejak-jejak itu seakan menertawai ku
Mereka terkekeh ditengah lumpur tanah merah
Sambil menunjuk kan jari tepat kewajahku
Merekapun saling berbisik sesama jejak
Kulit munafik lelaki itu tak pernah lenyap
Selalu menyalahkan bulan yang tak purnama selamanya
Atau hari-hari kelabu yang selalu memeluknya
Hati ku cuma mampu tersenyum menjawab bisik-kan itu
Tak ada yang salah dari mereka
Sebab
Selama umur ku terukur lewat jejak yang terlangkah
Tak sekalipun jejak itu meninggalkan jalan berlumpur di sepanjang hidupku
Selalu mereka berbekas diatas jalan berlumpur
Dan sesekali membekas pada tanah liat yang belum mengering
Nasib bukanlah takdir
Takdir pun bukanlah nasib
Dan aku akan terus berjalan diantara bisik-bisik jejak yang selalu nyinyirÂ
Sampai di suatu saat
Otot ku memgerut lemah
Pun tulang yang kian melunglai
Tetapi aku tak akan sedih
Sebab
Sedih tak ubahnya pengakuanÂ
Pada sebuah kekalahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H