" Badil suamimu hendak menikah hari ini. " Kalimat bapaknya itu seperti menggelincir di dinding telinganya .Â
Tak lama, mereka sekeluarga terlibat dalam sebuah perbincangan. Makin lama, wajah Sofiah kian memucat dan dipenuhi bara api.Â
" Bapak yakin suamimu Badil memang telah mempersiapkan perkawinannya ini. Bapak tak mau ngamuk di rumah itu. Walau hati bapak terasa berontak dan marah. Lebih baik bapak bersamamu untuk bersama menghancurkan kebahagiannya."Â
Sofiah menggigit bibirnya, sebuah kata pada kalimat bapaknya sungguh tepat mendarat di benaknya. Hancurkan! Ya Hancurkan! Cuma kata itu yang harus dilakukannya buat si lelaki pengkhianat itu. Hancurkan!Â
Sofiah segera berdandan, kedua anaknya yang baru bangun cuma memandang bingung pada sikap ibunya. Tanpa mandi lagi Sofiah memakaikan busana mereka. Seperti mobil Diesel yang sudah dihangatkan. Jantung Sofiah, sekarang terasa terpacu kencang.Â
Mereka langsung menaiki sebuah taksi online yang dipesan bapaknya. Kedua adik perempuannya memeluk Sofiah yang duduk ditengah mereka. Kedua anaknya didepan bersama kakeknya, sedang ibunya tersandar dikursi mobil.Â
Enak saja! Empat belas tahun dia dan kedua anaknya rela hidup dalam penghematan super ketat, dan kini ternyata lelaki..... ( menyebut nama seekor mahluk di kebun binatang) itu menggunakan hasil penghematan itu untuk menikah lagi. Bedebah!Â
Sofiah sungguh sangat marah. Emosinya dirasa meluap hingga di ujung kepalanya. Tetapi  dia masih mampu mengontrolnya. Dan dia sudah berikrar pada dirinya sendiri, akan fight mati-matian setiba dirinya di rumah neraka itu.Â
Biar si Badil itu tahu, karakter sebenarnya wanita yang mungkin dianggapnya gampang dibodohi ini. Sofia sudah tahan lagi, kakinya seolah gementar karena tak sabar untuk segera memijak halaman rumah celaka itu.Â
Sofiah segera berusaha menekan emosinya ketika telunjuk bapaknya menunjuk kedepan. Rupanya beliau sedang mengarahkan sopir online untuk mendekat ke sebuah rumah yang ditunjuk nya.Â
Debar jantung Sofiah sekarang berdentang kencang. Sekarang saatnya untuk fight buat diri dan kedua anaknya. Matanya terpusat kesebuah bangunan rumah yang ditunjuk bapaknya.Â