Hari kemenangan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sembahyang idulfitri dan kesibukan bersilaturahmi, sejenak menutup berita diseputar berita mudik.Â
Tetapi, berita yang mendadak jadi viral itu, tetap saja menarik perhatian untuk disimak. Mengapa mereka berani melakukan perbuatan melanggar ketentuan pemerintah itu.Â
Sebelumnya, Pemerintah sudah mengumumkan tentang larangan mudik berikut tanggal dan pernak-perniknya. Bahayanya penyebaran corona bila arus banjir pemudik antar daerah tak dibendung.Â
Serentak, seluruh Pemda berkemas guna mempersiapkan realisasi aturan pelarangan mudik tersebut. Bisa dibayangkan apabila banyak pihak dan dinas yang terkait di kegiatan itu. Aparat Pemda, Dishub, ke Polisian dan TNI yang diperbantukan.Â
Sepertinya, pihak Pemda memiliki kewenangan tersendiri. Dalam penerapan aturan meredam kebiasaan masyarakat yang seakan sudah menjadi tradisi itu.Â
Sosialisasi segera disebarkan, baik lewat media online maupun media mainstream. Seperti sudah diduga, wacana yang seolah melawan tradisi itu berubah menjadi konsumsi publik.Â
Pro-kontra bertebaran mengulas hal itu. Cukup menarik, karena hal ini membentur secara acak dan saling mengait. Stimulus ekonomi yang positif pada daerah asal si pemudik, dan dampak negatif pada penyebaran covid 19 menjadi bahan yang banyak terlibat dan dibicarakan.Â
Geliat ekonomi diasumsikan bisa diharapkan dari kedatangan para pemudik. Juga, duit yang dibawa pemudik pasti menyumbang pergerakkan ekonomi  didaerah yang memang melemah karena pandemi.Â
Sebaliknya, penolakan diramaikan oleh mereka yang cemas pada dampak arus sporadis migrasi bermusim secara besar-besaran itu. Terutama dari para pemerhati dan ahli kesehatan.Â
Banyak wilayah yang masih dikategorikan merah menjadi indikator yang mengkhawatirkan. Ditambah, masih banyak warga yang belum mengikuti dan mematuhi protokoler kesehatan baku. Bisa disaksikan, dikampung-kampung, dipedesaan, masih banyak para warga yang sama sekali tak bermasker di kesehariannya.Â
Tsunami Covid di India
Bersamaan dengan itu, di India terjadi ledakan pasien akibat penyebaran covid yang sangat masif. Rentetan berita kepanikan menyebar ke seluruh Dunia, tak terkecuali di Indonesia.Â
Ruang gawat darurat seakan tak mampu menampung penderita baru. Rumah sakit dan nakes terlihat pontang-panting akibat membludaknya para pasien. Deretan ambulans, bajaj, dll tampak antre dengan pasien didalamnya, menunggu giliran untuk dilayani.Â
Di beberapa daerah dilaporkan terjadinya penjarahan tabung oksigen yang akan dikirim ketempat lain
Bisa dilihat, begitu tragisnya tragedi kemanusiaan karena keganasan wabah di India itu. Krematorium kewalahan untuk melayani pembakaran jenazah korban. Bahkan laporan terakhir, dijumpai mayat-mayat yang mengapung disungai.Â
Mengapa Tiba-tiba India dilanda tsunami? Padahal tahun 2020 mereka diberitakan berhasil menekan penyebaran pandemi. Ternyata itulah problemnya, mereka terlena oleh keberhasilan yang dicapai.Â
Awal Januari 2020, India masih mengalami penurunan drastis pandemi sebagai dampak penerapan melakukan Lockdown local.Â
Tanggal 14 bulan 4/2021, adalah puncak festifal Kumbh mela, sebuah ritual keagamaan yang biasanya dilakukan tiga kali tiap dua belas tahun. Diduga 650.000 pemuja melakukan upacara dengan menyeburkan diri di Sungai Gangga, Haridwar India.Â
Beberapa sumber memastikan, bahwa festifal tersebutlah penyumbang andil terbesar merebaknya kasus pandemi di India. Menambah lonjakan kasus yang di awal 2021 memang2 mulai melonjak.Â
Berdasarkan dari tsunami India ini, Pemerintah Indonesia sepertinya tak mau kecolongan. Itulah sebabnya, peraturan penyekatan secara Nasional segera dipetakan.Â
Tradisi mudik merupakan kebutuhan spritual. Silaturahmi antar keluarga, sanak famili serta handai taulan adalah sebuah keharusan. Yang bagi mereka cuma bisa dilakukan cuma setahun sekali.Â
Tanggal sudah ditetapkan, 6 s/d 16 Â Mei adalah hari dimana ditetapkan pelarangan bagi siapapun untuk melakukan mudik. Diperlukan SIKM atau surat izin perjalanan bagi siapapun yang akan mudik.
Pelaku perjalanan akan diperiksa surat kelengkapan dokumen, print out SIKM,hasil tes covid 19 ( RT-PCR/Rapid Test Antigen/GeNose C 19 ) diperbatasan kota, titik pengecekan, atau titik penyekatan daerah aglomerasi. Itu adalah salah satu dari peraturan yang harus dilewati setiap pelaku perjalanan diantara peraturan lainnya.
Hasilnya ? Banyak kendaraan Travel yang ditangkap dan diberi sanksi karena melanggar aturan yang telah dibuat. Beberapa pemudik mencoba mengakali petugas. Menaiki mobil truk dengan ditutupi terpal, menggunakan ambulans sebagai tumpangannya untuk mengelabui petugas, dll.
Untuk menyempurnakan operasi untuk menghadang para pemudik itu. Jalan-jalan tikus yang diduga akan dicoba dan diakali oleh pemudik, telah diantipasi petugas. Ribuan mobil dan motor diberbagai daerah berhasil dicegah dengan memutar balikan kembali kendaraan mereka kearah semula.
Bobolnya penyekatan
Di Pos Penyekatan Kedungwaringin, perbatasan Kabupaten Bekasi-Karawang, petugas kepolisian kewalahan menghadang para pemotor yang hendak mudik melalui Pantura.Kapolres Bekasi Kombes Pol Hendra Gunawan mengatakan, pihaknya terpaksa meloloskan pemudik, Â karena penumpukan yang dikhawatirkan berisiko penularan.
"Jadi kami berusaha mengurai kepadatan dan kerumunan yang sudah banyak, tapi kami tetap berkoordinasi dengan Karawang supaya melakukan putar balik " kata Hendra, selasa (11/5/2021 ).
Keinginan keras dari warga untuk mudik, sangat mencengangkan. Di Indramayu, mereka berkolaborasi dengan penduduk setempat yang siap menunjukan jalan tikus. Tentu saja dengan imbalan tertentu.Â
Bukan itu saja, mungkin merasa bahwa jalan darat susah ditembus. Mereka nekad menyewa kapal nelayan untuk sampai kekampung halaman. Walau akhirnya banyak yang gagal, karena petugas telah mencium lebih dulu aksi mereka.Â
Kerasnya keinginan warga untuk mudik bisa dimaklumi, tetapi dampak yang mengerikan akibat lonjakan paparan Covid 19. Harus lebih bisa dimaklumi.
Bisa dibayangkan, bila dampak melonjaknya kasus pandemi terjadi akibat mudik ini. Pergerakan warga akan lebih super ketat diberlakukan. Artinya, ekonomi kembali mandek, Pasar, Mall, kaki lima, kembali sepi. Warung tegal bengong, sopir angkot bingung karena anak sekolah belum lagi masuk sekolah. Pendapatanpun turun drastis.Â
Sebetulnya, Pemerintah sudah banyak melakukan sosialisasi. Bahkan presidenpun berkali-kali kali menghimbau dan memberi saran, agar tak mudik dahulu. Mengingat bahayanya risiko yang akan terjadi pada penyebaran penyakit.Â
Mungkinkah sosialisasi yang kurang gencar ? Atau ekspetasi para warga yang berlebihan terhadap suasana Lebaran, entahlah. Faktanya, jutaan penduduk telah berhasil mudik ke kampung halaman, walau secara illegal.Â
Citayam 14/5/21-12: 45
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI