Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Fenomena Joseph Paul Zhang

24 April 2021   06:01 Diperbarui: 24 April 2021   06:13 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gebrak kan Joseph Paul Zang bak sebuah meteor yang meluncur jatuh ke bumi.  Dan ledakkannya langsung menimbulkan resonansi yang heboh keseluruhan penjuru Negeri. Membuat Jagat medsos dan media konvesional hiruk-pikuk macam sebuah pasar malam. 

Lempar-melempar, dan saling tunjuk-menunjuk ditengah masyarakat bagai gayung bersambut. Argumen demi argumen tak pelak lagi berseliweran di Dunia maya. Semua mendadak repot, semua mendadak bertingkah emosi sesaat, tak ubahnya macam peristiwa ketika ormas FUI menggertak paguyuban Jaran kepang . 

Kesengajaan dipastikan bersembunyi dibalik ucapan Joseph Paul yang sangat provokatif. Bohong, andai mahluk se intelektual Jozeph Paul, tak tahu sikon apa yang tengah mewabah di Republik ini, yaitu, intoleransi akibat radikalisme agama. Dan tingkah Jozeps tak ubahnya bagai menyiram bensin  keatas timbunan bara. 

Jelas sekali betapa Jozeph seakan telah memperhitungkan dan merencanakan secara cerdas tindakan provokasinya. Sebab, ucapannya yang berisi penistaan dan penghinaan pada Agama Islam dan Nabinya, sungguh membawa dampak Hukum dan konsekuensi yang amat berat buat dirinya. 

Sebagian masyarakat berpendapat secara positif. Mereka menganggap, tindakan Jozeph sebaiknya digunakan sebagai kilas-balik untuk introspeksi internal. Merujuk pada prilaku serupa yang memang kerap terjadi di Republik ini. Seperti yang diungkap seorang netizen disebuah  postingan  di Twitter. 

Bud Gapho@BGapho

Menurut saya, siapapun tak boleh menista agama, budaya, atau apapun yang sudah menjadi adat di Indonesia. Tapi marilah kita bangun Bangsa dan Negara ini untuk kita semua. Kalau lihatnya perbedaan terus kita ketinggalan sama Negara lain. 

  Di kesempatan yang bersamaan, reaksi yang lebih keras ditunjukkan oleh sebagian lainnya. Muncul ungkapan yang terasa agak berlebihan bahkan terkesan lucu, seperti halalnya darah Jozeph Paul bagi mereka. Padahal keberadaan Joseph masih belum diketahui secara pasti. Walau muncul berita bahwa Penista agama itu berada di Jerman. 

Memang sudah diduga, bahwa ucapan Joseph yang mengandung pelecehan agama itu bakal memancing reaksi berlebihan. Tak bisa dipungkiri apabila masih banyak oknum yang sakit hati, akibat Ormas mereka dibubarkan Pemerintah.  

Alangkah eloknya, kalau ungkapan itu dikemas secara lebih beretika dan beradab. Sehingga sebuah komentar yang dianggap tak senonoh dan cenderung sara, menimbulkan kejengkelan sebagian masyarakat. 

 Adalah Anwar Abbas Waketum MUI yang dituduh berkomentar tak pantas itu. Ocehannya dipandang telah menyinggung Kapolri yang memang beragama Kristen. Perlu juga diingat bahwa Anwar Abbas lah satu-satunya orang, yang paling repot mengeritik Presiden saat pemilihan Sigit Sulystiyo diangkat sebagai Kapolri. 

" Saya melihat bapak Kapolri yang sensitif sekali soal hal ini, kalau dalam video yang saya baca dan dengar itu. Paul Zhang ini yakin dia tak akan diapa-apakan karena Kapolri nya Kristen"

Kontan saja, komentar yang jelas berisi asumsi pribadinya, diprotes sejumlah orang. Anwar Abbas yang Waketum MUI dituding tak sepantasnya berbicara seperti itu. Apalagi selama ini beliau ini dianggap sering melontarkan pandangan negatif pada Pemerintah. 

Tingkah Paul Zhang seolah membangkitkan sebuah pertanyaan, mengapa kebencian terhadap Islam kian mengembang. Dan motivasi apa dibalik keberanian seorang Paul Zhang untuk berkomentar melecehkan pada umat Islam? 

Pertanyaan yang sama juga bisa terlontar pada pelecehan yang tak berbeda, dibanding vulgar nya penghinaan Jozeph Zhang. 

Ustad Abdul Somad pada sebuah kemunculannya mengucapkan: di salib Kristen ada Jin kafir. Lalu mualaf yang mendadak jadi ustad, Yahya Waloni yang mempersoalkan hal remeh-temeh, seperti kursi Kristen dan kursi islam.

Bukan sekali dua kali, ucapan agak nyeleneh dan mengandung pelecehan pada minoritas beragama terjadi di Republik ini. Merasa mau menang sendiri juga diidap oleh sebagian mereka yang sudah terkontaminasi oleh paham Radikal (kasus Meiliana di Tanjung Balai), sehingga menimbulkan kerusuhan nassal. 

Kita bersyukur mendapat Menteri Agama yang secara perlahan menerapkan toleransi antar Agama. Beliau juga menyatakan bahwa Menteri Agama bukan cuma khusus buat Agama Islam, tetapi untuk semua Agama. Pernyataan itu terasa melegakan hati semua orang. 

Pemerintah diharap mendukung sikap Menteri Agama. Tugas Menteri Agama berat, mengingat selama ini seolah terjadi pembiaran intimidasi pada budaya dan toleransi beragama. Misalnya, acara melarung, ruwatan, atau soal pendirian rumah Ibadah. 

Pemerintah juga dihimbau untuk bertindak pada ustad- ustad  yang secara fakta menyebarkan intoleransi disetiap kemunculannya. Agar ketentraman masyarakat tidak terusik karenanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun