Mereka masih  terus mengais
Pada musim yang tak pernah berhenti
Ditanah kerontang penuh mahluk pengisap darah
Mereka terus bergerak karena perut terus teriak
Sementara roh- roh jahat bergentayang diseantero  penjuru
Tubuh- tubuh kering bergelimpang  ditanah subur
Meramaikan waktu derita yang tak pernah berhenti
Hidup bukanlah sebuah pilihan
Tetapi hidup harus memilih
Disini tak ada nama Tuhan tak ada nama Dewa
Dosa bukanlah sebuah pantangan yang harus selalu di tolak
Sebab pesta pora pastilah sebuah tradisi keharusan
Dari penikmat hidup  yang tak punya iba
Karena iba cuma kata lain dari kekalahan
Yang kerap bersembunyi dibalik riuh genderang kemunafik-kan
Mereka tak punya kata menyerah
Sementara kepala kita cuma dijejali mimpi- mimpi
Bangunlah nak
Bangunlah hulu- balangku.
BangkitlahÂ
walau pedangmu telah dimakan karat
Sinar mentari telah lama menebar terik di ufuk timur
Walau kau kalah disaat ayam berkokok
Tetapi
Asa selalu muncul ditekad yang terpancang kuat
Hiruplah gairah hidup sekuat peparumu mengisap
Sebab perjalanan panjang masih menanti kita untuk menyanyikan kidung kebersamaan