Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nasib

7 April 2021   11:00 Diperbarui: 7 April 2021   11:03 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka masih  terus mengais

Pada musim yang tak pernah berhenti

Ditanah kerontang penuh mahluk pengisap darah

Mereka terus bergerak karena perut terus teriak

Sementara roh- roh jahat bergentayang diseantero  penjuru

Tubuh- tubuh kering bergelimpang  ditanah subur

Meramaikan waktu derita yang tak pernah berhenti

Hidup bukanlah sebuah pilihan

Tetapi hidup harus memilih

Disini tak ada nama Tuhan tak ada nama Dewa

Dosa bukanlah sebuah pantangan yang harus selalu di tolak

Sebab pesta pora pastilah sebuah tradisi keharusan

Dari penikmat hidup  yang tak punya iba

Karena iba cuma kata lain dari kekalahan

Yang kerap bersembunyi dibalik riuh genderang kemunafik-kan

Mereka tak punya kata menyerah

Sementara kepala kita cuma dijejali mimpi- mimpi

Bangunlah nak

Bangunlah hulu- balangku.

Bangkitlah 

walau pedangmu telah dimakan karat

Sinar mentari telah lama menebar terik di ufuk timur

Walau kau kalah disaat ayam berkokok

Tetapi

Asa selalu muncul ditekad yang terpancang kuat

Hiruplah gairah hidup sekuat peparumu mengisap

Sebab perjalanan panjang masih menanti kita untuk menyanyikan kidung kebersamaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun