Mohon tunggu...
eddy flo fernando
eddy flo fernando Mohon Tunggu... -

belajar nulis sejak sekolah dasar dan bercita-cita jadi penulis, malah nyasar di dunia broadcast. untuk menghibur diri dan memenuhi ambisi masa kecil coba-coba nulis lagi di blog.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Be My Late Valentine

18 Februari 2010   04:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja rebah di atas pasir putih pantai Carita. Untuk kesekian kalinya, aku berada di Carita sebagai salah satu pelarian atas pelbagai kesibukan di studio.Aku terus saja berjalan melintas mendung jingga di ufuk barat. Sesekali buih ombak menyeka butir-butir pasir di kakiku. Tiada kapal yang melaut, hanya sepenggal petang yang menyinggung muram. (bdk. senja di pelabuhan kecil, Chairil Anwar-1949)

Rabu, 17 Februari 2010, waktu terasa begitu cepat berlari seperti laju ombak yang bergulung menepi mencium bibir pantai. Aku tersentak, sebuah pesan pendek(sandek) masuk ke telepon genggamku. Sebait kalimat indah terbaca:

" No greeting card to give, no sweet flowers to send, no cute graphics to forward, just a loving hart saying :HAPPY VALENTINES DAY."

Seketika pesan itu membuat hamparan pasir putih berubah merah jambu.Langkahku terasa lebih ringan dari biasanya. Bayang-bayang senja yang sedianya memudar, kembali merona ceria.

Ah, mengapa dalam kesepian maha sunyi ini, engkau hadir dengan kata-kata indah seperti ini? Riak ombak terdengar sejuk mengecup sebaris karang dan rimbunan hutan bakau. Aku sukar menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab pesan itu. Kalaupun hanya sebuah ucapan, mengapa ia hadir di saat senja membingkai gelisahku?

Aku membayangkan bahwa kata-kata itu ditulis dari kedalaman bening budi serta hati yang ikhlas mencinta. Ia tercipta dari satu ujud sahaja yang mendamba. Kubiarkan khazanah maknanya menggenangi jiwaku yang lara. Lama dan lama sekali.

Kucoba menampik getar cinta yang terberi dengan mengenang satu adegan kontroversial yang pernah terjadi. Sebuah gambar dimana satu ciuman bisa menjadi awal apa yang disebut sebagai pengkhianatan.

Saban orang menyebut adegan itu sebagai Judah Kissing, ciuman Judas. Ciuman yang terkesan penuh kasih tapi terbungkus rencana pembunuhan yang sadis. Mungkinkah hal itu terjadi padaku? Apakah cintaku bakal dibunuh dengan kata-kata indah seperti yang terkirim dalam telepon genggamku. Aku tak tahu, hanya rinduku yang selalu tertuju padanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun