ga mereka yang dijuluki para Kompasianer sebagai "abal-abal" dengan resiko di
"banded" oleh Admin, dan dari semuanya itu menunjukkan bahwa Kompasiana
patut diperhitungkan keberadaannya oleh berbagai pihak.
Â
Mungkin suatu saat Kompasiana Tivi dapat menyelenggarakan tayangan sendiri
lepas dari "induk semangnya" dan menjadikan lebih membumi bahkan mendu-
nia, dengan isi tayangan yang lebih banyak jenisnya dan bila selama ini Kom -
pasiana dikunjungi oleh iklan, sangat mungkin iklan tersebut bertambah banyak
sebagai pendukung pendanaan media ini.
Mungkin juga Kompasiana memerlukan sumber daya manusia yang lebih besar
dan bukan hanya sekedar "Admin"