"Abi, besok jam 10 bu guru bilang ambil raport UTS (Ulangan Tengah Semester)" kata anakku kala menjemputnya sepulang sekolah.
Seperti biasa, memang diriku yang sering mengambil raport si buah hati semenjak dirinya duduk di bangku taman kanak-kanak hingga sekarang di Sekolah Dasar (SD) karena memang umi nya juga bekerja sebagai pendidik di SD yang berbeda.
Setiap kali mengambil raport, menjadi suatu pengalaman tersendiri karena ada perasaan was was tentang hasil pelajaran terutama tingkah laku si buah hati di lingkungan sekolahnya.
Namun, setiap kali mengambil raport, alhamdulillah hasilnya tidak ada yang mengecewakan hanya terdapat permasalahan lumrah bagi anak-anak yang sering bermain di dalam kelas.
Jiwa anak-anak memang sedang masanya untuk bermain jadi saya menanggapinya hal yang lumrah karena hanya dirinya bermain di dalam kelas hanya sesekali jika diajak teman-temannya.
Saya juga sering menasehatinya dan didengar dan secara perlahan dirinya menuruti agar tidak bermain dalam kelas.
Yang terpenting menurut saya adalah anak kelas satu bisa membaca dan menulis dan alhamdulillah juga sudah bisa berhitung.
"Sudah cukup bagus dan tidak lagi bermain di kelas, namun jika ada kawan yang mengajak dia ikut,"ungkap ibu gurunya.
Seni mengambil raport anak memang menjadi kekhasan tersendiri karena saya juga ada melihat raport anak ada yang diambil bukan oleh kedua orang tuanya.
Sebaiknya memang kita orang tua harus menyempatkan diri mengambil raport, menjemput dan mengantarnya sekolah karena masa masa itulah menjadi masa terindah dan memori bagi kedekatan kita dengan anak. Kita mengetahui kondisi buah hati ketika berada di lingkungan sekolahnya, dan mendengar keluh kesahnya ketika pulang sekolah dan memberinya semangat ketika dalam perjalanan menuju sekolahnya.